Berbuat Bajik Itu Milik Segala Usia

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Anand Yahya
 
 

fotoDengan mengenakan kostum layaknya burung-burung di hutan, anak-anak Kelas Budi Pekerti Tzu Chi memainkan drama musikal yang berjudul "Burung Gagak yang Berbakti". Pertunjukan ini memberi pesan kepada para peserta pentingnya berbakti kepada kedua orangtua.

Dentum ketiga tambur yang dipukul oleh 3 relawan Tzu Chi terdengar bertalu-talu. Para peserta pemberkahan akhir tahun sejenak terkesima dan tertegun menyaksikan pertunjukan seni nan apik itu. Ya, itulah acara pembuka pemberkahan akhir tahun yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Minggu, 7 Februari 2010 pada pukul 09.00 WIB.

Saat ketiga tambur terus saja berdentum kencang dan dinamis, para hadirin pun makin dibuat terkesima. Saat pukulan ketiga pemainnya berhenti, sontak para hadirin pun bertepuk tangan serempak.

Burung Gagak yang Berbakti
Tak kalah dengan pertunjukan tambur, anak-anak Kelas Budi Pekerti Tzu Chi juga memerankan drama musikal berjudul “Burung Gagak yang Berbakti”. Dikisahkan di sebuah hutan, seekor anak burung gagak tidak mau meninggalkan sarangnya meskipun hutan sedang terbakar hebat.

Dia tidak mau meninggalkan sarang karena ibunya sedang sakit sehingga tak bisa terbang meninggalkan sarang. Ibu gagak ini sudah berkali-kali meminta si anak pergi menyelamatkan diri, namun si anak tetap bersikeras melawan api yang berhembus dengan mengepak-ngepakkan sayapnya. Ajakan teman-temannya untuk meninggalkan sarang pun tak dipedulikannya.

 Ketiga teman burung gagak pun lantas tergugah hatinya saat melihat temannya itu terus- menerus berusaha memadamkan api. Mereka kemudian membantu temannya itu memadamkan api. Tak diduga, awan di langit kemudian tiba-tiba berubah menghitam. Suara petir terdengar dan hujan deras pun turun. Si jago merah yang tadinya ganas tiba-tiba melemah dan akhirnya padam. Si anak gagak dan teman-temannya bersorak-sorai gembira. Api telah berhasil dipadamkan hujan dan ibu si gagak pun luput dari kematian.

Itulah secuil kisah burung gagak berbakti yang dimainkan oleh 9 anak-anak Kelas Budi Pekerti Tzu Chi, Metta Devi (11) salah satunya. Dalam drama musikal itu, dia berperan sebagai anak burung gagak yang menolong ibunya. “Pas mainin seneng, itu kayak bener-bener nolong orangtua,” kata Metta yang suka memijat-mijat kaki mamanya saat malam. Elisa (12), pemeran burung gagak lain yang menjadi teman Metta juga turut mengutarakan perasaannya, “Perasaannya seneng, artinya berbaktilah kepada orangtua sebelum terlambat.”

foto  foto

Ket : - 15 tahun Wen Yu bergabung di Tzu Chi, dan banyak manfaat dan perubahan yang ia rasakan. (kiri)
         - Saat hendak membaca doa, semua relawan dan hadirin lantas menyulut lilin di tangan mereka. (kanan)

Tak Seperti yang Dikatakan
Bagi Fitri Yuliani (22), pemberkahan akhir tahun ini adalah yang pertama kali diikutinya. “Katanya sih cuma bagiin angpau, sharing doang, dan membosankan. Ternyata pas aku ikuti kisahnya sangat menggugah hati banget. Tadi juga hampir meneteskan air mata beberapa kali, tapi ayo dong jangan nangis…., jangan nangis,” kata presenter DAAI TV ini.

Fitri yang sejak awal mengikuti acara ini juga mengatakan, dari yang kecil-kecil, dewasa hingga yang sudah berumur, semua ikut serta dalam pertunjukan bahasa isyarat tangan dan segala macam kegiatan lain yang sangat menggugah hati. Apalagi saat sepenggal drama musikal “Sutra Bakti Seorang Anak” dipertunjukkan, Fitri pun kembali tersentuh.

Wow oke, moga-moga nanti dibawa pulang. Sepatutnya ada 2 hal yang harus dikerjakan, berbakti kepada orangtua dan melakukan kebajikan,” kata dia. Dari acara ini Fitri memetik sebuah pelajaran untuk mulai belajar menjadi relawan dan menyisihkan waktu untuk berbuat kebajikan.   

Shigu dan shibo yang sudah senior aja mau, apalagi kita yang masih muda-muda ini. Harus bisa menyisihkan waktu untuk berbuat kebajikan. Mudah-mudahan,” katanya berharap. Saat ditanya bagaimana suasana acara yang diikutinya? Dia berujar, “Suasananya rapi dan khidmat.” “Apalagi pas berdoa yang pake lilin itu, suasananya khusyuk banget. Aku juga sempat mendoakan sesuatu saat itu,” katanya.

“Apa isi doanya?” tanya saya. “Semoga kita yang muda-muda yang masih punya tenaga, masih dikasih organ (tubuh) yang sehat, mata yang bagus, mulut untuk berbicara, semoga mulut itu bisa berguna. Semoga kata-kata yang kita keluarkan bisa menjadi inspirasi juga buat orang lain. Tidak bicara kasar, karena kita sudah dikasih mulut yang bagus sama Tuhan dan tidak cacat sama sekali,” kata Fitri yang juga reporter DAAI TV ini.

Saat itu, dia juga berharap dapat memberikan yang terbaik untuk orang lain. Apalagi kita juga mempunyai tangan dan kaki, semoga bisa membantu mereka yang membutuhkan. Di akhir wawancara, ia pun mengatakan satu misi dengan para relawan Tzu Chi. “Semoga relawan semakin bertambah dan mudah-mudahan aku ikut di dalamnya,” katanya.

foto  foto

Ket : - Diiringi lantunan musik, para hadirin mengangkat lilin yang berada di genggaman mereka dan berdoa             semoga dunia sejahtera dan terhindar dari bencana. (kiri)
         - Para relawan dan tamu undangan juga menyisihkan dana membantu korban gempa di Haiti.  (kanan)

Tak Pernah Menyangka
Bagi Wen Yu Shijie, waktu terasa cepat sekali berlalu. Tanpa terasa dia sudah bergabung dengan Tzu Chi 15 tahun lamanya. “Seolah-olah baru kemarin. Saya tentu tidak menyangka Tzu Chi Indonesia bisa berkembang seperti ini,” katanya di saat sesi satu Dharma jadi tak terhingga, yang tak terhingga bersumber dari Satu Dharma.

Wen Yu pun mengatakan bahwa pada waktu itu yang ada di pikirannya hanya mengajak teman-temannya untuk bergabung dengan Tzu Chi. “Hingga ke bos saya, Pak Eka dan Pak Franky. Juga ke Pak Sugianto Kusuma yang saya kenal tapi dia tidak kenal saya,” katanya.

“Tetapi tetap saja, mereka bergabung karena mereka memang berjodoh dengan Tzu Chi. Saya hanyalah pendorong yang baik. Saya juga sangat berterima kasih dan gan en kepada Ibu Liu Su Mei dan teman-teman dari Taiwan karena berkat tekad merekalah Tzu Chi bisa berkembang,” tambahnya. Wenyu juga mengatakan kepada para peserta yang hadir bahwa Tzu Chi di Indonesia dapat berkembang pesat seperti ini juga berkat sumbangsih dan kerja keras setiap relawan. “Saya bangga dengan Tzu Chi Indonesia,” ungkapnya dengan wajah tersenyum.

  
 
 

Artikel Terkait

Harapan yang Tidak Pernah Pudar

Harapan yang Tidak Pernah Pudar

14 Agustus 2012 ”Saya hanya berharap agar setelah kami memberikan bantuan, masyarakat paling tidak bisa pulih kembali. Selama di tempat penampungan masih bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari sampai mereka bisa mendapat rumah mereka kembali,” sahut Hemming shixiong.
Saling Berbagi Kasih

Saling Berbagi Kasih

26 Oktober 2015

Minggu pagi, 18 Oktober 2015,  sebanyak 16 relawan Tzu Chi bertolak menuju Panti Jompo Wisma Sahabat Baru, Duri Kepa, Jakarta Barat untuk melakukan kunjungan kasih kepada para kakek dan nenek penghuni panti. Mereka mengajak gerakan senam tangan, memijat, dan menghibur para penghuni panti.

Ladang Berkah Menciptakan Rasa Syukur

Ladang Berkah Menciptakan Rasa Syukur

25 Maret 2022

Bertahun-tahun menyaksikan sendiri perubahan yang sedikit demi sedikit tercipta di Kamal Muara, bukanlah satu hal yang mudah, tapi juga bukan yang melelahkan untuk Teksan Luis. Ia mengaku lebih banyak menerima pelajaran berharga. Seperti itu pula rasa syukurnya.

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -