Berbuka Bersama Insan He Qi Selatan

Jurnalis : Widosari (He Qi Selatan), Fotografer : Andry Andika (He Qi Selatan)
 
 

fotoDengan tulus, para insan Tzu Chi bersedia untuk mendengarkan curahan hati para Lao Pusa, layaknya seperti keluarga mereka sendiri.

Dalam kehidupan ini kita harus senantiasa beraktivitas, jangan menyia-nyiakan waktu dengan hidup tanpa tujuan. Kita harus mengembangkan kebijaksanaan dan kemampuan untuk menciptakan berkah bagi masyarakat. ~Master Cheng Yen~

 

 

Hallo, apa kabar? Sudah lama tak kelihatan,” sapa seorang kakek dengan senyum yang terpancar dengan indah di wajahnya. Bulan 7 penuh berkah, tidak hanya dirayakan oleh warga Tionghoa. Berdampingan dengan para umat muslim, insan Tzu Chi He Qi Selatan turut berpartisipasi dalam kegiatan berbuka puasa bersama di Panti Werda Depsos, Jl. Maraguna IV Radio Dalam Jakarta Selatan, hari Minggu 15 Agustus lalu. Dengan mayoritas penghuni panti yang beragama Islam, para relawan yang telah mempersiapkan hidangan berbuka sejak pukul 12 siang, bersama-sama membawa kolak dan hidangan makan malam.

Arti puasa adalah menahan. Menurut syariat Islam puasa adalah suatu bentuk aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan, minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak subuh hingga matahari terbenam / maghrib dengan berniat terlebih dahulu sebelumnya. Puasa sendiri memiliki fungsi dan manfaat untuk membuat manusia menjadi tahan terhadap hawa nafsu, sabar, disiplin, jujur, peduli dengan fakir miskin, selalu bersyukur kepada Allah SWT, dan juga untuk membuat tubuh menjadi lebih sehat.

Tepat pukul 4 sore, acara pun dimulai. Berkumpul di ruang keluarga, para oma dan opa yang biasa disebut Lao Pu Sa (Bodhisattva Usia Senja) menanti dengan gembira acara yang akan dibawakan oleh para insan Tzu Chi. Pannavati dan Nicholas menjadi pembawa acaranya. Ada beberapa permainan dan bernyanyi bersama, yang dengan antusias diikuti oleh para Lao Pu Sa dengan hati gembira, walaupun suaranya tak semerdu penyanyi aslinya.

Untuk menumbuhkan semangat kekeluargaan dan tidak membedakan prinsip aku,kamu, dan dia, maka Nicholas mengajak para Lao Pu Sa untuk melakukan gerakan isyarat tangan “Satu Keluarga” sambil bersenandung.

foto  foto

Ket : - Salah satu relawan menyuapkan kolak kepada Lao Pu Sa sebagai tanda cinta kasih seperti seorang              anak terhadap ibunya. (kiri)
         - Kolak yang dibawa, dituang ke dalam tempat yang lebih besar di panti agar tidak tumpah dan tetap             menjalankan misi pelestarian lingkungan dengan tidak menggunakan mangkok sekali pakai. (kanan)

“Alhamdulilah,” ujar para Lao Pu Sa yang berpuasa ketika waktu menunjukkan tepat jam berbuka. Sebagian relawan membagikan makanan untuk para Lao Pu Sa. Ritual biasa pun dilakukan. Beberapa relawan menggunting kuku tangan dan kaki para Lao Pu Sa agar terhindar dari penyakit yang dapat menyerang kulit. Karena hari sudah sore, pemotongan rambut tidak dapat dilakukan karena sinar matahari, tak cukup untuk memberikan terang yang diinginkan.

Banyak penghuni panti yang tidak dapat mengikuti acara karena keterbasan gerak, mereka hanya tiduran ditempat tidur dengan penuh rasa penantian. Maka kemudian para insan Tzu Chi mendatangi ruangan mereka dan tetap menghibur para Lao Pu Sa. Insan Tzu Chi dengan ramah senantiasa mendengar cerita para Lao Pu Sa kala mereka muda dahulu. Banyak yang ingin mereka lakukan, namun sudah tidak sanggup mengingat umur sudah senja. Banyak dari para Lao Pu Sa yang hampir kehilangan kemampuan panca indranya merespon. Banyak dari insane Tzu Chi yang kurang paham dengan apa yang mereka katakan, namun mereka tetap berusaha menjadi pendengar yang baik.

Panti werdha ini merupakan panti yang dimiliki oleh Departemen Sosial dan Tenaga Kerja, jadi kebanyakan dari para Lao Pu Sa dibawa ke panti ini oleh lembaga pemerintahan seperti RT, RW, kelurahan, maupun kecamatan. Dan sebagian sudah tidak  memiliki  keluarga lagi. Ini adalah ladang kebajikan bagi para insan Tzu Chi untuk bersumbangsih dalam kasih. Sedikit perhatian dari kita akan terasa teramat penting bagi  mereka yang sudah tak berdaya.

Seorang Lao Pu Sa yang bernama Sahri, kira–kira sudah berusia 91 tahun menurut penuturannya. Beliau sering merasa sudah tak berguna. Mata pun dapat melihat tapi sulit berkomunikasi karena telinganya sudah tidak dapat mendengar. “Hidup dalam kematian,” ujarnya. Patah kaki yang dialaminya mulai dari pangkal paha hingga ke engsel, membuat kakinya lepas, hingga bisa diputar–putar. Walaupun hampir tak bergigi, Lao Pu Sa masih tetap hebat di usianya yang ke-91 ini. Lao Pu Sa tersebut  minta dipindahkan ke kamar dekat kamar mandi, karena kakinya yang mulai sulit berjalan. Jadi ketika Lao Pu Sa ingin buang air kecil ke kamar mandi, tidak pernah keburu dan akhirnya mengompol.

foto  foto

Ket : - "Aku pulang dari rantau. Bertahun-tahun di negeri orang, oh Malaysia" sepenggal lagu Bimbo dinyanyikan            seorang Lao Pu Sa ketika bernyanyi bersama.  (kiri)
          - Para relawan Tzu Chi mengucapkan terimakasih kepada para Lao Pu Sa, yang memberikan mereka              kesempatan untuk menyebarkan cinta kasih. Acara ini ditutup dengan makan malam berbuka bersama.             (kanan)

Sebenarnya, para Lao Pu Sa membutuhkan banyak perhatian dan pengobatan. Bukan hanya makanan, mereka pun memerlukan susu, obat-obatan, dan lainnya. Masih banyak kekurangan yang belum dapat diberikan. Dengan adanya pengurus panti, para Lao Pu Sa merasa lebih beruntung karena mereka dapat tinggal dan tidak perlu terlunta-lunta di jalan untuk mengais kasih sayang manusia lain dalam bentuk uang receh.

"Aku pulang dari rantau. Bertahun-tahun di negeri orang, oh Malaysia." Sepenggal lagu Bimbo yang dinyanyikan Lao Pu Sa ketika bernyanyi bersama. Yang membuat mereka sedih adalah ketika ditanya tentang keluarga, mereka akan menangis. Untuk itulah para insan Tzu Chi datang menghibur kerinduan mereka terhadap  keluarga. “Kita beruntung mempunyai keluarga yang utuh. Untuk itu peliharalah keluarga kita dengan baik,” ujar Pannavatti.

Waktu kunjungan pun sudah selesai. "Gan En" ujar Nicholas kepada para Lao Pu sa yang ditutup dengan makan malam dan berbuka bersama. Makan malam berbuka terasa lebih nikmat karena rasa kebersamaan antar relawan dan para Lao Pu Sa terasa begitu akrab sambil berbuka puasa bersama.

  
 
 

Artikel Terkait

Jembatan Simpay Asih Cikaung Meningkatkan Ekonomi Warga

Jembatan Simpay Asih Cikaung Meningkatkan Ekonomi Warga

07 April 2022
Tzu Chi Bandung meresmikan Jembatan Simpay Asih Cikaung di Desa Sukabungah Kec Campakamulya, Kab Cianjur.
Melihat dengan Hati

Melihat dengan Hati

17 Desember 2011 Nathania memegang dan mendoakan ibu tersebut agar cepat sembuh. Ibu tersebut sangat terharu dan meneteskan air mata. Ibu tersebut juga mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah banyak membantu.
Harapan untuk Eka (Bag. 2)

Harapan untuk Eka (Bag. 2)

20 Oktober 2011 Pada tanggal 16 September 2011, Eka menjalani operasi yang kedua di RSCM Jakarta. Operasi kedua ini berjalan dengan lancar. Menurut dokter, 80% tumor di tubuh Eka sudah dibersihkan. “Saya cuma bisa ngucapin banyak-banyak terima kasih, anak saya bisa dibantu,” kata Subarni haru. “Terima kasih banyak Eka dah dibantu buat biaya operasi.
Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -