Berdoa dan Berikrar di Bulan Vegetarian

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 
foto

Untuk lebih memantapkan hati, Iwan (30) menuliskan ikrarnya untuk bervegetarian seumur hidup di sebuah kertas yang disediakan untuk itu di Jing-Si Books and Cafe Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Rabu sore, 26 Mei 2009, sudut-sudut ruang kelas Jing-Si Book & Café Kelapa Gading, Jakarta Utara masih tampak lenggang. Belum ada seorang pun relawan Tzu Chi yang telah tiba. Di salah satu ruang kelas, di depannya terpampang dua buah kata, ”berdoa dan berikrar”. Sebuah anjuran bagi setiap orang untuk ikut serta bervegetarian di bulan Mei ini. Di bawah tulisan itu, sebuah meja kecil lengkap dengan kertas ikrar dan alat tulis telah menanti sentuhan tangan mereka yang hendak berikrar. Sementara di ujung dinding kelas yang satunya lagi, telah terpampang pula puluhan kertas ikrar yang diletakkan oleh mereka yang telah bertekad untuk menjadi seorang vegetarian dalam kurun waktu tertentu—sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Belajar dari Hal Kecil
Lima belas menit kemudian, relawan Tzu Chi pun mulai berdatangan. Mereka segera menyiapkan dua ruang kelas untuk acara sharing vegetarian yang akan dimulai pada jam 7 malam. Di ruang kelas depan, mereka menyiapkan perlengkapan audio dan video. Di ruang kelas belakang, mereka mempersiapkan makanan vegetarian yang akan menjadi menu utama santap malam. Ada relawan yang membawa nasi, kue, asinan, dan juga empek-empek. Salah satu relawan yang membawa makanan malam itu adalah Jenny (34). Malam itu, ia membuatkan asinan sebagai makanan penutup. “Habis makan yang berat-berat, bisa makan asinan. Biar seger,” ujarnya.

Walau Jenny bukanlah seorang vegetarian, namun untuk makan sehari-hari ia mengaku selama ini kurang suka mengonsumsi daging. Karenanya di bulan vegetarian ini, ia pun makin bertekad untuk belajar menjadi seorang vegetarian. Baginya, dengan menjadi seorang vegetarian, berarti ia mengikuti anjuran Master Cheng Yen, disamping ia merasa menjadi vegetarian itu lebih sehat.

Senada dengan Jenny, Lius (23) yang malam itu membawakan brownies hasil buatannya sendiri mengatakan, walau ia sehari-hari bukanlah seorang vegetarian, namun di bulan vegetarian ini ia telah bertekad untuk menggunakan 1 hari dari 7 hari yang ada untuk total bervegetarian. Tekad itu sudah ia ikrarkan seminggu yang lalu. Dan kebetulan, hari di mana ia harus bervegetarian itu jatuh di hari Sabtu atau Minggu. Namun tak urung, ia pun sempat lupa bahwa di hari Sabtu di minggu kedua dimana ia semestinya bervegetarian, ia justru melanggarnya. Untuk “menebusnya”, ia pun lalu melanjutkan misi vegetariannya di hari Minggu esoknya. Saat berikrar, ia pun berdoa semoga di dunia ini tak lagi ada penderitaan. Untuk dirinya sendiri, ia berharap semoga ikrarnya berhasil hingga akhir.

foto  foto

Ket : - Sebelum mengikuti acara sharing, para donatur dan relawan Tzu Chi diajak untuk mencicipi hidangan
           makan malam vegetarian. "Tiada beda rasanya dengan makanan non vegetarian. Sama enaknya,"
           ujar Kurniawan, seorang relawan Tzu Chi. (kiri)
         - Penuh kesungguhan hati, para donatur dan relawan Tzu Chi berlutut memanjatkan doa agar dunia terhindar
           dari bencana dan derita. (kanan)

Sharing Vegetarian
Usai makan malam vegetarian bersama di ruang kelas belakang, para relawan Tzu Chi dan donatur berpindah tempat ke ruang kelas di depan. Di sana telah tertata rapi bangku-bangku plastik. Sharing vegetarian pun dimulai. Relawan Tzu Chi, Fenni Sandani yang menjadi pembawa acara memaparkan betapa penting dan sehatnya menjadi seorang vegetarian. “Menjalin cinta kasih dan melahirkan karma baik,” ujarnya. Ia juga menambahkan, menurut Master Cheng Yen, vegetarian itu memiliki tiga manfaat penting. Pertama, vegetarian itu baik bagi spiritualitas, kedua, melestarikan lingkungan, dan ketiga, baik untuk kesehatan.

Bagi Fenni sendiri, untuk bulan Mei ini ia kadang “On Off” dalam vegetarian. “Diusahakan lebih bagus juga, peacefull. Berasa lebih tenang dan bisa jaga diri. Menjaga tingkah laku dan sabar,” jelasnya sambil tersenyum. Ia pun lanjut bertutur, “Jika sudah diniatkan, biasanya tidak jebol.” Bahkan tak jarang, saat ia mengatakan sedang vegetarian, beberapa temannya malah tertarik untuk untuk bertanya lebih lanjut. Maka ia pun tanpa sungkan menjelaskan penting dan baiknya menjadi seorang vegetarian. “Melakukan perbuatan baik dan mengajak orang lain untuk berbuat kebajikan. Itu menjadi sebuah kebahagiaan buat diri sendiri,” paparnya.

foto  foto

Ket : - Setiap orang tampak menikmati makanan vegetarian yang tersedia. Lebih sehat bagi tubuh dan ikut
            melestarikan lingkungan, itulah nilai lebih makanan vegetarian. (kiri)
         - Usai menuliskan ikrar, Iwan menempelkan ikrar tersebut bersama dengan puluhan kertas ikrar lain yang
           digantungkan di sebuah dinding. Ikrar bersama ini menjadi pertanda: menjaga kesehatan, meningkatkan
           spiritualitas, dan melestarikan lingkungan. (kanan)

Energi Positif Vegetarian
Usai acara, Iwan (30) tampak sedang menuliskan ikrarnya di depan kelas. Dalam ikrarnya, ia menulis akan bertekad menjadi vegetarian seumur hidup. Tidak saja di kehidupan saat ini, namun juga di kehidupan-kehidupan selanjutnya. Saat saya bertanya, sudah berapa lama ia menjadi seorang vegetarian? Ia pun lalu menceritakan kisahnya. Saat ia masih tinggal di luar negeri sekitar 4 tahun yang lalu, ia telah menjadi seorang vegetarian. Namun sejak kembali ke Indonesia, ia kembali tidak bervegetarian. Namun, saat peralihan itu, tubuhnya harus beradaptasi dahulu selama satu minggu. “Perut, badan semua ga beres. Tidak karuan rasanya,” jelasnya. Tak lama setelah itu, tepatnya delapan bulan yang lalu, ia pun kemudian kembali menjadi seorang vegetarian. Badannya pun kini menjadi lebih fit. Energi juga jauh lebih bagus. “Apalagi pas olahraga. Jika makan daging malah lemas kalau vegetarian malah engga. Lebih kuat 80-90%,” tandasnya.

“Untuk pembawaan sehari-hari pun berbeda,” urainya. Ia pun kemudian menjelaskan hukum kekekalan yang dipahaminya. Hewan ketika akan disembelih, pada saat itu ia menahan rasa sakit dan secara naluriah tubuhnya mengeluarkan energi negatif (toksin/racun –red). Maka pada saat dimakan, energi negatif tersebut akan berefek kepada tubuh manusia. Berbeda dengan tumbuhan atau sayuran. Saat dipetik, mereka akan tetap tumbuh kembali. Tumbuh kembali yang berarti menandakan energi dari tumbuhan itu besar. “Makanya dengan memakan sayur-sayuran, energi kita pun makin besar,” urainya menjelaskan. Berdoa, berikrar dan melakukan praktik nyata, itulah yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi di bulan vegetarian ini. Menjaga kesehatan, mengikuti pesan Master Cheng Yen akan pentingnya spiritualitas dan melestarikan kehidupan, itulah tiga hal penting yang ingin dicapai di bulan vegetarian ini.

 

Artikel Terkait

Ifit yang Kini Lebih Percaya Diri

Ifit yang Kini Lebih Percaya Diri

29 Juni 2020

Relawan Tzu Chi melakukan kunjungan kasih ke rumah Ifit Safitri (8) di Kampung Cihaliwung, Desa Cikancana, Kec. Sukaresmi, Cianjur, Jumat, 26 Juni 2020. Ifit Safitri adalah salah satu pasien operasi bibir sumbing yang berhasil ditangani pada kegiatan baksos yang digelar Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pada November 2019 lalu di RS Bhayangkara, Cianjur, Jawa Barat. 

“Be A Good Speaker for A Better Future”

“Be A Good Speaker for A Better Future”

30 Juli 2021

Tzu Chi Cabang Sinar Mas mengadakan webinar “Be A Good Speaker for A Better Future” yang ditujukan bagi penerima beasiswa Tzu Chi Sinar Mas dan Eka Tjipta Foundation, minggu 25 Juli 2021. Virtual ini menghadirkan Suryadi Tirowadi S.Psi, C.Ht. CPS.

Kisah Ahmad Husein (Bagian 2)

Kisah Ahmad Husein (Bagian 2)

29 Juni 2009 “Berapa hari ini?” tanya Tunjung kepada Subaidi. “Baru satu malam, Pak. Memang waktu itu saya masuk ke sini tuh hari Sabtu, Minggunya tutup,” jawab Subaidi. “Di Pati itu gimana?” Tunjung kembali bertanya. “Tidak bisa, Pak. Di sana mengajukan untuk diamputasi,” jelas Subaidi lirih. “Kemari itu atas dasar kamu sendiri apa dari dokter? “Ya saya minta surat izinnya dari dokter untuk pindah kemari, Pak. Cuma saya ditanya mau dipindah ke Semarang apa ke Solo. Saya minta di Solo biar ditangani oleh dr Tunjung,” terang Subaidi.
Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -