Berkah Kasih Kesehatan Gigi di Tanjung Priok

Jurnalis : Dharma Chandra (戴伟明), Felicite Angela Maria (高俪菁) (Tzu Chi Timur), Fotografer : Dharma Chandra (戴伟明), Felicite Angela Maria (高俪菁) (Tzu Chi Timur)

doc tzu chi

Tzu Chi Indonesi kembali menggelar baksos kesehatan gigi di Gereja Katolik Fransiskus Xaverius Tanjung Priok, Sabtu 21 Oktober 2017. Baksos ini disambut warga dengan antusias, misalnya saja Bapak Salomon Teti Matara.

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia wilayah Timur kembali menggelar bakti sosial (baksos) kesehatan gigi pada Sabtu 21 Oktober 2017 di Gereja Katolik Fransiskus Xaverius Tanjung Priok. Baksos ini adalah lanjutan dari baksos gigi pada Sabtu 16 September 2017 yang diikuti 276 pasien, terdiri dari 241 pasien dewasa dan 35 pasien anak-anak.

Pasien gigi yang datang mendaftar di baksos lanjutan ini ada sebanyak 106 orang terdiri dari 85 orang dewasa dan 21 anak-anak. Baksos berlangsung dari pukul 07.00 hingga 11.00 WIB. Kali ini tim dokter gigi TIMA yang datang dua kali lebih banyak, yaitu 9 dokter dengan penanggung jawab Drg. Laksmi. Ada juga satu apoteker dan satu perawat Gigi. Adapun relawan Tzu Chi, jumlahnya 18 orang  dengan penanggung jawab Desi Widjaja.

Adapun tim relawan kesehatan Gereja Fransiskus Xaverius ada tiga orang yang membantu di bagian apotik dan satu perawat gigi di bagian pemeriksaan. Lalu relawan dari gereja dengan koordinator Irene ada 10 orang. Baksos ini juga dibantu 10 siswa Perawat Gigi dari RSAL (RS. Angkatan Laut).

doc tzu chi

Drg.Laksmi (jilbab putih), penanggung jawab tim dokter TIMA di program kesehatan gigi kali ini.

doc tzu chi

Warga gereja dan warga lingkungan sekitar Tanjung Priok antusias ikut serta di acara baksos gigi ini.

Romo Antonius Wiwit Subagyo melihat  indahnya keberagaman dalam baksos ini. “Indahnya Tanjung Priok dalam keberagaman. Kebhinnekaan ini menjadi lahan untuk berbuat kasih. Kita harus melihat ini sebagai sebuah kekayaan yang harus dikembangkan dan persaudaraan itu lebih utama dari segala-galanya,” ungkap Romo Antonius Wiwit Subagyo.

Baksos pengobatan gigi ini juga disambut antusias warga. Di antaranya Ibu Allan yang mengikuti baksos pengobatan ini untuk kedua kalinya. Karena itu Ibu Allan telah mengenal apa dan bagaimana Yayasan Buddha Tzu Chi. Pada baksos kedua ini ia melanjutkan proses tambal gigi. Dari baksos pertama hingga kedua, Ibu Allan tidak pernah mengunjungi dokter lain karena sudah ada kegiatan Yayasan Buddha Tzu Chi.

“Semoga acara seperti ini dapat terus diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi karena ini sangat bermanfaat bagi saya dan juga warga sekitar. Tanpa kegiatan semacam ini, mungkin saya tidak akan sadar akan kesehatan gigi,” ungkapnya.

doc tzu chi

Kehadiran baksos ini benar-benar dirasakan manfaatnya oleh ibu Laurensia.

doc tzu chi

Romo Antonius Wiwit Subagyo mengatakan kehadiran Yayasan Buddha Tzu Chi di tengah-tengah masyarakat Tanjung Priok benar-benar menjadi berkat.

Ibu Allan merupakan umat Gereja Fransiskus Xaverius. Ia menjual susu kacang kedelai tiap minggunya, dan menjajakannya kepada umat sekitar gereja. Dari hasil berjualan susu kacang ini, ia bisa menghidupi keluarganya terutama anaknya hingga ke jenjang kuliah. Ibu Allan selalu bersyukur bahwa apa yang dijalankannya ini menjadi bagian dari karunia yang dia terima tanpa mengeluh.

Manfaat yang sama juga dirasakan Bapak Salomon Teti Matara (72). Setelah pensiun sebagai pegawai administrasi di salah satu universitas swasta Kristen di Jakarta, ia menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan sosial gereja, seperti menjaga kapel di wilayah tempat tinggalnya di Warakas. Ia juga menjadi salah satu pengurus RT.

Bapak Salomon menyambut gembira adanya baksos gigi ini. Ia berangkat dari rumah dengan berjalan kaki pada pukul 7 pagi. Ia datang dengan keluhan gigi yang membuatnya sulit untuk makan. Karena tak ada biaya untuk berobat, juga tidak paham akan keluhan giginya, maka rasa sakitnya ini dipendamnya selama empat tahun. Hingga datanglah jodoh baik bagi Pak Salomon untuk berobat gratis ke balai kesehatan gereja Santo Fransiskus Xaverius ini.

doc tzu chi

Tim relawan yang membantu di bagian sterilisasi, mencuci alat-alat kedokteran gigi yang sudah dipakai dengan larutan kimia yang tinggi, membersihkan darah, liur dan bakteri.

Pak Salomon bersyukur setelah mendapat penanganan dari tim dokter gigi TIMA yang baik juga ramah. Setelah gigi yang bermasalah dicabut, pak Salomon pun merasa masalah di giginya sudah hilang.

“Saya sangat gembira, senang ada kegiatan seperti ini. Mudah-mudahan jangan berhenti, tapi diteruskan karena banyak umat yang sakit gigi itu, cuma karena banyak yang tidak mampu,” ungkapnya.  Beliau pun merasa bersyukur dengan adanya Yayasan Buddha Tzu Chi ini. ”Yayasan ini memang bagus, kalau jalan terus, Tuhan pasti akan memberkati dan pasti akan memberikan rahmat berlimpah kepada para dokter, para perawat, kepada para panitia yang menjalankan karena itu adalah satu ajaran cinta kasih, jadi tidak pandang orang siapa-siapa, yang penting itu dilaksanakan,” tambahnya.

Bagi Romo Antonius Wiwit Subagyo, kehadiran Tzu Chi di tengah-tengah masyarakat Tanjung Priok, benar-benar menjadi berkat. Karena memang banyak orang di sana yang benar-benar membutuhkan. Dengan berbuat baik kita menjadi perpanjangan tangan Tuhan. Dengan terus menerus berbuat kebajikan, kita memberi makna hidup kita.

Senada dengan Romo Antonius Wiwit Subagyo, Johan Kohar, koordinator lapangan kegiatan ini mengatakan dengan melaksanakan program yang bermanfaat bagi masyarakat maka juga berarti menciptakan nuansa damai.

“Kita benar-benar harus menyatu, dengan adanya kita membantu sesama dalam program kesehatan gigi ini, kita juga menyatukan hati kita untuk sesama kita, menciptakan nuansa damai penuh suka cita. Kita turun ke lapangan benar-benar melakukan apa yang menjadi kehendak ajaran dari Master, dan juga apa yang menjadi dasar ajaran agama kita,” ungkap Johan Kohar.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Menghargai Diri Sendiri

Menghargai Diri Sendiri

02 Oktober 2020

Para xiao phu sa diajak untuk menyadari kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kita tidak harus pandai dalam segala hal. Apa yang menjadi kekurangan kita, harus kita pelajari sehingga kita bisa. Dan apa yang menjadi kelebihan kita, harus kita kembangkan lagi dengan lebih berguna.

Pelayanan Kesehatan yang Berkelanjutan

Pelayanan Kesehatan yang Berkelanjutan

28 Desember 2017
Yayasan Buddha Tzu Chi Makassar kembali menggelar bakti sosial kesehatan degeneratif yang kedua pada Sabtu, 23 Desember 2017. Kali ini tim medis Tzu Chi melayani sebanyak 55 pasien.
Mengikis Kegelapan serta Noda Batin

Mengikis Kegelapan serta Noda Batin

24 Februari 2015 Kegiatan Xun Fa Xiang adalah mendengarkan ceramah Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi dan rutin dilakukan oleh relawan Tzu Chi setiap Sabtu dan Minggu mulai jam 06.00-07.30.
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -