Bersama untuk Taiwan

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 
foto

Loso saat berkeliling mengedarkan kotak dana meminta sumbangan dari teman-temannya. Berkeliling membawa kotak dana adalah inisiatifnya sendiri untuk mengetuk hati rekan-rekannya sebelum gaji dibagikan.

 

Senin, 24 Agustus 2009, selepas Maghrib, sebanyak 72 orang pekerja pembangunan program “Bebenah Kampung Tzu Chi” di Pademangan Barat mengumpulkan dana untuk diserahkah kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk membantu korban bencana alam di Taiwan. Kegiatan pengumpulan dana memang sudah berjalan beberapa bulan sebelumnya. Biasanya, seminggu sekali setelah menerima gaji, para pekerja memasukkan sendiri uangnya ke kotak dana. Geri Danoko, salah satu mandor mengatakan bahwa kegiatan ini berawal dari keinginan sejumlah mandor untuk turut bersumbangsih pada kegiatan kemanusiaan Tzu Chi, sekaligus memberikan teladan kepada warga yang rumahnya telah dibangun. Kebetulan sekali ide ini disambut baik oleh para pekerja hingga berjalan dengan lancar setiap minggunya sampai saat ini.

 

Bersyukur Bisa Bersumbangsih

Tino yang juga seorang mandor menerangkan kalau ia dan para pekerja lainnya menyambut positif kegiatan ini. “Kegiatan ini baik sekali karena untuk menyalurkan kepada yang memerlukan bantuan, kepada orang-orang sakit, kepada orang yang tidak mampu, dan untuk korban bencana alam,” kata Tino.

Loso, salah satu pekerja bangunan menyatakan gembira dengan diadakannya kegiatan amal ini. Sebab menurutnya, melalui kegiatan ini cinta kasih yang ada di dirinya dan teman-temannya menjadi tumbuh. Loso juga tidak merasa keberatan atau menyesal, sebab beramal berarti berbagi kepada yang masih kekurangan. “Kalau dulu melakukan sendiri tidak bisa. Sekarang beramal bersama-sama bisa disumbangkan kepada yang tidak mampu,” akunya.

foto  foto

Ket : -Salah seorang pekerja sedang memasukkan uang ke dalam kotak dana setelah menerima gaji mingguan.
           Kegiatan ini selalu rutin dilakukan sebagai bentuk partisipasi mereka membantu sesama. (kiri)
        - Hadi Kusuma, relawan Tzu Chi merasa gembira melihat ketulusan dari para pekerja yang menyumbangkan            dana untuk korban bencana alam di Taiwan. (kanan)
           

Lebih lanjut Loso juga mengungkapkan prinsipnya bahwa beramal itu berarti seseorang memiliki kemurahan hati dan setiap orang seharusnya mempunyai pengertian dan cinta kasih di dalam hidupnya. Selain itu, ia juga mengatakan kalau beramal itu adalah bagian dari ibadah, “Dengan beramal, mudah-mudahan saja dosa-dosa kita diampuni oleh Yang Maha Kuasa. Mungkin amal kita baru diambil nanti setelah kita menghadap Yang Maha Kuasa. Tujuannya baik juga,” terangnya.

Hadi Kusuma, relawan Tzu Chi yang hadir pada hari itu merasa gembira melihat antusiasme para pekerja untuk bersumbangsih kepada korban bencana Topan Morakot di Taiwan. ”Kegiatan ini bagus sekali. Saya senang melihat mereka bisa ikut melakukan kebajikan, menolong orang yang kesusahan walau pun jauh. Saya berharap ke depannya mereka bisa lebih banyak berbuat baik,” katanya.

foto  foto

Ket : - Setelah semua pekerja menyumbangkan dana, kotak itu dibuka dan dihitung bersama. (kiri)
          - Doa bersama yang dilakukan oleh para pekerja bangunan untuk meringankan derita korban bencana alam
          di Taiwan. (kanan)

Setelah seluruh pekerja memberikan sumbangannya ke dalam kotak dana, sekitar pukul 18.30 kotak itu dibuka bersama-sama untuk diberikan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.  Setelah itu, dengan dipimpin oleh Loso, para pekerja memanjatkan doa untuk para korban bencana alam di Taiwan, “Dengan doa ini kita harapkan semoga para korban bencana alam diringankan bebannya dan dikuatkan batinnya.”     

 

 

Artikel Terkait

Sepenuh Hati Menyayangi Bumi

Sepenuh Hati Menyayangi Bumi

22 April 2015

Bumi dengan enam milyar penduduk sudah kelebihan beban. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian dari setiap orang untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Hal inilah yang menjadi harapan Master Cheng Yen yaitu setiap orang bisa menghormati langit dan mengasihi bumi serta menyebarkan benih cinta kasih di dunia.

Sekantung Kurma untuk Berbuka

Sekantung Kurma untuk Berbuka

18 September 2009 Dinginnya udara Pangalengan di malam hari, dan panasnya terik matahari di siang hari selalu menemani para pengungsi di tendanya masing-masing. Acara berbuka puasa bagi mayoritas warga yang menjalankannya pun dilakukan dengan makanan seadanya.  Kedatangan Tzu Chi dengan membawa bantuan yang salah-satunya adalah buah kurma, sangat disambut baik oleh para pengungsi.
Pemberkahan Akhir Tahun 2022

Pemberkahan Akhir Tahun 2022

03 Januari 2023
Rasa sukacita meliputi Tzu Chi Indonesia yang tahun ini dapat kembali menyelanggarakan Pemberkahan Akhir Tahun 2022. Kegiatan ini mengusung tema: Berbuat Baik Dengan Welas Asih Mendatangkan Berkah, Membawa Diri Dengan Kebijaksanaan Mewariskan Nilai Luhur Bagi Keluarga.
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -