Bulan Penuh Berkah: Menanamkan Pengertian Benar

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Anand Yahya, Feranika Husodo (He Qi Utara)
 
 

foto
Pementasan isyarat tangan dan lautan Dharma oleh para relawan Tzu Chi pada rangkaian acara doa bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah.

Bulan Tujuh diidentikkan dengan bulan hantu atau bulan tidak baik bagi sebagian orang, dimana pada bulan ini para setan keluar untuk memperoleh persembahan dari sanak keluarga. Karena itulah maka Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan peringatan Bulan Tujuh Penuh Berkah agar para insan di dunia memiliki pengertian benar.

 

 

Bulan Bakti dan Pertobatan
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan doa bersama di Bulan Tujuh Penuh Berkah setiap tahunnya, dan kali ini dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2013 di Aula Jing Si ruang Pembabaran Sutra lantai 4, Pantai Indah kapuk (PIK), Jakarta Utara. Master Cheng Yen memberikan pemahaman dan meluruskan pandangan para muridnya bahwa bulan tujuh bukan merupakan bulan untuk memberikan persembahan makanan dan membakar kertas sembahyang sebagai bakti kepada leluhur. Namun, Master Cheng Yen mengajak agar para insan memiliki Samma Ditthi (pandangan benar) sehingga dengan apa yang diperoleh dari orangtua dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk melakukan kebajikan. Dengan kebajikan yang dilakukan bisa dilimpahkan kepada leluhur sebagai rasa bakti agar para leluhur berbahagia. Selain itu juga adanya pertobatan (perubahan diri) pada diri setiap para insan.

Hal ini terjadi pada Wen Wei-Wei, salah seorang relawan biru putih Tzu Chi. Pada acara pementasan peringatan Bulan Tujuh Penuh Berkah kali ini, ia memeragakan isyarat tangan (shou yu). Wei-Wei, sapaan akrabnya, sebelum mengenal Tzu Chi merupakan pribadi yang sering melakukan kebiasaan buruk menghabiskan uang dengan terjun di dunia malam (dugem). Ia gemar minum-minuman keras walaupun tidak sampai lupa diri dan masih dalam kondisi sadar. Ia mengaku masih masih memiliki  jodoh baik sehingga melalui pergaulannya yang kurang baik dan selalu minum-minuman keras, tetapi tidak sampai menghantarkannya pada konsumsi obat-obatan terlarang (Narkoba). Bukan hanya minum-minuman keras, Wei Wei juga memiliki hobi belanja (shopping). Hampir setiap minggu ia selalu belanja. “Saya merasa memiliki cukup banyak uang jadi saya sangat menikmatinya. Sekali belanja bisa menghabiskan 2-3 juta pada saat itu,” kata Wei-Wei menceritakan masa lalunya.

Pada tahun 2008, Wei-Wei masuk dalam barisan relawan Tzu Chi. Ia juga sering menonton Lentera Kehidupan yang ditayangkan DAAI TV. Melalui ceramah Master Cheng Yen dan kegiatan-kegiatan yang diikutinya di Tzu Chi telah mampu mengubah gaya hidup Wei-Wei. “Saya menonton ceramah Master Cheng Yen. Pada ceramahnya yang mengena pada hati saya bahwa hidup harus berhemat dan melakukan sumbangsih untuk orang lain. Jadi saya belajar menjadi manusia seutuhnya bahwa hidup ini tidak sendirian dan harus berbagi dengan orang lain,” ungkapnya. Ia telah meninggalkan kegemaran minum-minuman keras juga hobi shopping-nya. Kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat menjadi lebih baik. Pola hidup boros sudah berganti dengan pola hidup sederhana. Bukan hanya itu, Wei-Wei juga mengaku bahwa dirinya termasuk salah satu orang yang gampang emosian jika tidak sesuai yang diharapkan. Tetapi setelah sering mengikuti kegiatan Tzu Chi dan bertemu dengan banyak orang sehingga bisa belajar untuk mengendalikan diri.

foto   foto

Keterangan :

  • Dengan penuh perhatian para peserta mendengarkan ceramah Master Cheng Yen pada acara doa bersama bulan tujuh penuh berkah (kiri).
  • Wen Wei-Wei (Relawan Biru Putih) dengan khusyuk mengikuti ritual penghormatan kepada Buddha dalam acara doa bersama ini (kanan).

Menyambut bulan tujuh penuh berkah ini, para relawan berikrar untuk melakukan vegetarian selama sebulan penuh. Demikian pula dengan Wei-Wei yang telah bervegetaris hingga sekarang sejak ia berikrar di bulan tujuh penuh berkah empat tahun silam (2009). Sebelumnya ia hanya bervegetaris setiap Ce It Cap Goh (tanggal 1 dan 15 penanggalan lunar). “Tahun 2009, di Bulan Tujuh Penuh Berkah saya berikrar akan bervegetaris. Saya mulai bervegetaris seminggu saja, dan ternyata saya bisa menikmati,  jadi lanjut sampai sekarang. Saya sekarang bertekad akan bervegetaris sampai kapan pun,” kata Wei-Wei. Ia mengaku dengan bervegetaris banyak manfaat yang diperolehnya. Selain untuk kesehatan tubuhnya, setiap bervegetaris ia melimpahkan jasa kebajikan yang telah dilakukan kepada orang tua dan para leluhurnya.

Menanamkan Pengertian Benar
Bukan hanya itu, setelah mendapatkan banyak nutrisi batin dengan mendengarkan ceramah Master Cheng Yen dan aktif dalam kegiatan Tzu Chi, ia telah menanamkan pengertian benar tentang cara berbakti kepada orangtua dan para leluhur. Ia mengaku untuk berbakti kepada orang tua yang masih hidup dengan menjaga dirinya dengan baik (tidak melakukan perbuatan buruk) agar orangtuanya tidak khawatir dengan dirinya. Untuk berbakti kepada leluhurnya, Wei Wei berdoa melalui doa bersama seperti acara doa Bulan Tujuh Penuh Berkah untuk melimpahkan jasa kebajikan yang ia lakukan. Melalui pemahaman yang ia peroleh dari Master Cheng Yen mengenai cara berbakti kepada leluhur, ia juga memberikan pemahaman kepada orangtuanya yang masih mengikuti tradisi memberikan persembahan makanan berupa daging dan bakar kertas sembahyang. “Saat saya pulang (ke rumah orangtua) ikut sembahayang leluhur, saya melihat tradisi (persembahan makanan berupa daging dan bakar kertas) masih ada, jadi saya  komunikasi dengan orang tua agar tidak memberikan persembahan makanan berupa daging dan tidak bakar kertas sembahyang. Mama pun setuju untuk yang tidak memberikan persembahan daging,” ungkapnya. Hingga sekarang, orangtua Wei-Wei selalu mempersembahkan makanan vegetarian dalam doa untuk leluhur.

Inilah jalinan jodoh baik Wei-Wei dengan ajaran Tzu Chi. Ia bisa mencerap apa yang disampaikan Master Cheng Yen untuk senantiasa memiliki pengertian benar yang dipupuk pada diri sendiri dan mentransformasikan energi positif tersebut untuk keluarganya dan bahkan untuk orang lain di sekelilingnya.

  
 

Artikel Terkait

Internasional: Perayaan Waisak Tzu Chi

Internasional: Perayaan Waisak Tzu Chi

17 Mei 2010
Biarawati yang tinggal dengan Master Cheng Yen melaksanakan upacara perayaan Waisak, Master Cheng Yen sendiri menyaksikan proses acara dari lantai empat. Upacara ini diselenggarakan dalam suasana hormat dan penuh khikmat.
Peresmian Sekolah Tzu Chi Indonesia

Peresmian Sekolah Tzu Chi Indonesia

20 Juli 2011
Sekolah Tzu Chi Indonesia adalah sekolah yang menggunakan 3 jenis bahasa, yaitu bahasa Indonesia, Mandarin dan Inggris, dimana bahasa Mandarin dan bahasa inggris merupakan bahasa utama dalam pelajaran dan dalam komunikasi sehari-hari para guru dan siswa.
Merasakan Penderitaan Sesama Menumbuhkan Cinta Kasih

Merasakan Penderitaan Sesama Menumbuhkan Cinta Kasih

07 November 2014 Guna menyebar cinta kasih terhadap sesama yang membutuhkan kesehatan, pada tanggal 13 September 2014, pukul 07.30 WIB Yayasan Buddha Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas secara resmi mengadakan kegiatan baksos kesehatan umum.
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -