Cinta yang Tak Terlukis

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : Lea Ang (He Qi Utara)
 
 

foto
Oma Lian Nio, wanita berusia 62 tahun ini menderita stroke, kaki dan tangan yang lemah mengecil, membuatnya ia susah untuk bergerak.

Minggu pagi, 8 Juni 2013, relawan He Qi Utara kembali melakukan kegiatan amal sosial. Sekitar pukul 08.10 WIB relawan mulai kumpul di Jing Si Book and Café, Pluit. Pagi ini ada 2 kegiatan yang akan dijalankan, yaitu survei kasus bantuan pendidikan (beasiswa) atas nama Hestu Anggrainy, yang mengambil jurusan keperawatan D3. Dan kunjungan kasih ke rumah Penerima bantuan Tzu Chi oleh 3 relawan dari Hu Ai Jelambar, 1 relawan Hu Ai Pluit.

 

Sesudah itu para relawan segera menuju ke arah Jelambar untuk menjemput Yek Ciau Shijie. Dari sana, rombongan langsung menuju Jelambar Aladin RT 004/RW 006 No. 28, kamar kontrakan oma Lian Nio (62). Oma ini menderita stroke. Tubuh yang kecil, kaki dan tangan yang lemah mengecil, membuatnya ia susah untuk bergerak. Sesampai di kontrakan, oma sedang berbaring lemah. Oma menyambut kami dengan gembira, ia bercerita bahwa ia baru saja mengonsumsi obat dokter, dan merasa mengantuk. Yek Ciau Shijie memberikan sekantong kecil buah-buah segar ke oma. Relawan datang berkunjung untuk menggunting rambut oma, yang sudah hampir setengah tahun tidak digunting. Oma harus melakukan gerakan telungkup pelan agar bisa bangun dari tempat tidurnya. Kemudian relawan mulai membantunya agar bisa duduk di kursi roda, mendorongnya keluar dari kamar kontrakan, membantunya duduk tegak dan memberikan bangku kecil sebagai sandaran kakinya agar tidak menggantung di kursi roda.

Mimi Shijie, relawan bertanya pada oma, model rambut yang disukai oma seperti apa. Sambil menggunting rambut, Yek Ciau Shijie membujuk oma, agar tinggal di Panti Jompo. Tiba-tiba oma menangis, memanggil ibunya yang sudah almarhum. Ia bercerita kalau ia takut tinggal di Panti Jompo. Para relawan menghibur sambil mengusap tangan oma agar jangan menangis dan tidak usah takut. Di sana pasti banyak teman bisa diajak bicara, nonton bersama, makan bersama dan melakukan kegiatan bersama dengan suka cita.

Tanpa terasa rambut telah selesai digunting. Kini muka oma terlihat bulat berisi, lebih segar daripada model rambut sebelumnya, yang panjang tidak terurus, dan menutupi mata dan mukanya. “Oma, kita bantu oma mandi ya,” bujuk Yek Ciau Shijie. “Malu, di belakang masih ada orang yang lagi masak,” jelas Oma.

Relawan mendorong oma ke arah tempat tidurnya. Tiba-tiba oma berkata, “Saya takut, di sana tidurnya rame-rame. Dulu saya lihat ada orang sedang memukul pundak temannya.” Dulu oma memang pernah tinggal di Panti, namun tidak lama.

foto   foto

Keterangan :

  • Minggu pagi, 8 Juni 2013, relawan Tzu Chi datang berkunjung untuk menggunting rambut oma, yang sudah hampir setengah tahun tidak digunting (kiri).
  • Memperlakukan orang lain seperti keluarga sendiri merupakan wujud dari kasih sayang yang tak terlukis besarnya (kanan).

Bagai Sebuah Keluarga
Setelah selesai melayani oma, para relawan lanjut menuju ke rumah susun Tanah Pasir Blok L lt.2 No. 10, Pluit. Di sana kita akan mengunjungi Oma Giok San Minah (76). Oma menderita stoke ringan. Tangan kanannya tidak bisa bergerak dan jarinya tidak bisa terbuka (terus mengepal). “Oma, kita bantu gunting rambut oma,” jelas seorang relawan. Saat saya membantu memakai kain penyangga di leher. Oma langsung mengeluh panas dan tidak mau memakai kain tersebut. Saya langsung membuka kain tersebut. Yek Ciau Shijie menjelaskan kalau tidak pakai kain ini, nanti rambutnya akan masuk ke dalam badan. “Panas, panas,” kata oma. “Kita pakai kain kecil ini di punggung saja ya oma,” bujuk saya.

Dulu oma mempunyai salon, selalu gunting rambut sendiri, pernah membuka usaha kecil. “Saya pintar buat bakcang, dagingnya harus dicampur dengan bawang goreng, agar harum dan enak. Tetangga selalu minta lagi setelah makan kue bakcang saya,” cerita oma. Waktu muda, oma selalu berkeliling dunia. Suatu hari, temannya menipu uangnya sehingga ia stress dan mengalami stroke. Suaminya mengalami gangguan jiwa. Tetapi saat kita berkunjung, suaminya telah mengalami kemajuannya. Untuk kebutuhna hidup oma dapatkan dari menjual kardus-kardus bekas yang didapat dari lingkungan rumahnya.

Sambil bercanda, saya melakukan terapi kecil, mencoba membuka jari-jari tangan kanan oma. “Oma, sakit ngak, kuku tangannya panjang sekali, saya bantu gunting ya, biar tidak melukai kulit oma nantinya.” “Nggak sakit, nggak mau digunting, nanti susah garuk kalau gatal,” bantah oma. Saya menceritakan dan menunjukkan kuku panjang oma ke Yek Ciau Shijie. Shijie langsung menghampiri suami untuk meminjam gunting kuku. Saya mulai menggunting kuku dan membersihkan kuku oma dengan cinta kasih dan hati-hati agar tidak melukai kulit kuku. Saat menggunting kuku oma, saya teringat pada mama, dulu pernah mencatkan kuku kaki mama sehari sebelum hari raya Imlek. Tak henti-hentinya, saya menasehati oma agar tiap hari melakukan gerakan kecil pada tangan kanan dan jari-jari tangan kanan. Sambil melakukan terapi, suaminya mulai bercanda dengan memasukan botol balsem ke tangan kanan oma.

Walau oma sakit, oma selalu tersenyum, mukanya sangat cerah. Selama kunjungan ini, oma berbahasa Hokkien dan suaminya berbahasa Mandarin, saya berbalas dengan bahasa hokkien sehingga suasana jadi hidup dan cair penuh canda.

Jam telah menunjukkan pukul 12.00 kurang, saatnya relawan pamitan pada oma. Saya melambaikan tangan pada oma and opa. “Kam sia, kam sia,” kata oma sambil melambaikan tangannya. Sepanjang perjalanan pulang, saya merasakan oma seperti keluarga sendiri yang sudah lama tidak bertemu.
  
 

Artikel Terkait

Bantuan Kemanusiaan Tzu Chi Bagi Korban Gempa Cianjur

Bantuan Kemanusiaan Tzu Chi Bagi Korban Gempa Cianjur

01 Desember 2022
Tzu Chi Indonesia memberikan layanan kesehatan dan bantuan logistik guna meringankan beban warga korban gempa  yang mengguncang wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat  pada Senin, 21 November 2022.
Membangun Prinsip Dasar Humanis Tzu Chi Sejak Dini

Membangun Prinsip Dasar Humanis Tzu Chi Sejak Dini

10 April 2018
Kelas budi pekerti mengajarkan prinsip dasar budaya humanis Tzu Chi menerapkan arti yang sebenarnya dari Bersyukur, Menghormati, dan Mencintai.
Anak Sehat, Anak yang Bahagia

Anak Sehat, Anak yang Bahagia

01 Agustus 2023

Relawan Xie Li Kalimantan Timur (Kaltim) 1 mengunjungi BPA sambil  mengajarkan mereka bagaimana mencuci tangan dan menggosok gigi yang benar. Dikarenakan usia rata-rata anak yang mengikuti kegiatan BPA berkisar 3-4 tahun para relawan harus dengan telaten mengajarkan satu persatu anak-anak tersebut.

Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -