Dari Tanah Meteran Sampai Sepiring Makanan

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari, dok Tzu Chi Tj Balai Karimun

Dalam momen penuh haru saat pemindahan dari ruko sederhana ke Kantor Penghubung Tzu Chi yang baru di Tanjung Balai Karimun, Ah Kiong dengan penuh hormat membawa potret Master Cheng Yen.

Ah Kiong berdiri mantap di atas sebuah tangga hitam, tangannya sigap memgang palu dan paku. Ia sedang ingin memasang bingkai besar bergambar wajah Buddha di Jing Si Corner, Kantor Penghubung Tzu Chi Tanjung Balai Karimun.

Hari itu adalah H-1 sebelum peresmian (14 Juni 2025), dan meski secara struktur bangunan semuanya telah selesai, dirinya masih menaruh perhatian pada detail terkecil. Di bawah tangga, dua relawan lainnya sigap membantu, mengarahkan dan menopang agar lukisan tergantung dengan sempurna, tak miring sedikit pun.

Cahaya alami menyinari ruangan, menciptakan siluet lembut pada wajah Buddha yang damai, seolah ikut menyaksikan buah dari kerja keras dan kerja sama yang penuh cinta kasih.

Sementara para tamu undangan yang adalah relawan dari luar kota Tanjung Balai Karimun mulai berdatangan, antusias melihat seluk beluk kantor baru sambil ikut kagum dan sedikit “iri”: ‘kapan kota kami punya kantor Tzu Chi seperti ini juga ya.’ Ah Kiong senyum saja mendengarnya.

Meski tugas Ah Kiong sebagai pimpinan proyek seharusnya selesai saat bangunan berdiri, nyatanya, bagi relawan senior di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun ini, tanggung jawab itu belum benar-benar usai. Ia tetap turun tangan, memastikan bahwa rumah yang akan diresmikan esok harinya itu bukan sekadar selesai, tapi layak disebut rumah cinta kasih.

Kesibukan yang Menyenangkan
Siang itu, selepas gerimis, sinar matahari kembali muncul dan menyapu pelataran Kantor Penghubung Tzu Chi Tanjung Balai Karimun yang sedang sibuk-sibuknya menuju peresmian. Semua bersiap mempercantik sebuah bangunan kokoh berwarna abu-abu khas Tzu Chi yang telah berdiri anggun di tengah lahan yang dulunya hanyalah lapangan kosong penuh tanah merah.

Ah Kiong tak kalah sibuk. Dia sudah ke sana kemari sejak pagi. “Oh tadi Ah Kiong Shibo izin pulang dulu, ganti seragam Tzu Chi,” kata Siti, relawan Tanjung Balai yang sempat mengingatkan Ah Kiong untuk merapikan diri. “Sudah banyak tamu, Shibo. Nanti juga DAAI TV akan wawancara Shibo, jadi jangan pakai baju biasa ya,” begitu kata Siti.

Ah Kiong tengah mempersiapkan ruang Jing Si Corner dengan memasang bingkai besar bergambar wajah Buddha. Sudut ini menjadi ruang refleksi dan ketenangan bagi siapa pun yang datang ke Kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun.

Sejurus kemudian Ah Kiong langsung mengendarai motornya dan melaju, mengganti baju biru putih berlogo Tzu Chi, seragam relawan komitenya.

Kota Tanjung Balai Karimun tak begitu luas. Semua bisa ditempuh dalam hitungan menit saja. Ke sana sini, dekat. Maka tak perlu waktu lama bagi Ah Kiong untuk kembali lagi ke kesibukannya di Tzu Chi. Esok hari adalah hari yang semua orang tunggu, tak boleh ada yang tertinggal sedikit pun. Maka ketika ada yang kurang, ia langsung sigap mencari tangga, memasang gambar Buddha.

Bagi relawan yang terlibat sejak awal, bangunan ini memang lebih dari sekadar kantor belaka. Berulang kali Ah Kiong bahkan berkata, ini sudah seperti Jing Si Tang (Aula Jing Si).

Bisa jadi kantor ini adalah simbol ketekunan, kesabaran, dan cinta kasih yang dirajut selama dua tahun penuh kerja keras. Ya, dua tahun pembangunan, yang banyak tantangan.

Tak cuma Ah Kiong, Mie Li, salah satu relawan senior, yang juga adik ipar dari Ah Kiong pun tak kuasa menahan air matanya saat mengenang proses panjang pembangunan kantor ini.

"Dari tanah kosong, pasang-pasang tiang, gali lubang, pasang belandar... kami menangis haru. Rasanya seperti mimpi, sekarang kami punya rumah sendiri," tuturnya dengan air mata mengalir, tak kuasa ia tahan.

Mie Li mengenang awal benih Tzu Chi di Karimun. Tahun 2005, ia diajak membantu kegiatan bakti sosial oleh relawan dari Batam, Malaysia, dan Singapura. “Saya waktu itu belum tahu Tzu Chi itu apa. Hanya diajak bantu jadi penerjemah. Ternyata dari situlah awal cinta kasih ini tumbuh.”

Kompak Bangun Rumah Bersama
Setelah 14 tahun menumpang di ruko Ong Lie Fong dan Benjamin, para relawan mulai merasa perlu memiliki tempat sendiri. Tapi keterbatasan dana bukan hal kecil. Maka, lahirlah ide gotong royong: relawan diajak 'membeli' satu atau beberapa meter lahan sebagai bentuk sumbangsih. "Satu meter pun boleh," kata Mie Li. "Yang penting semua merasa terlibat."

Tapi tak semua bisa menyumbang uang sehingga mereka hadir dengan cara lain. Setiap Sabtu siang, para relawan bisa memasak makanan vegetarian untuk para seniman bangunan. Ini juga bentuk dukungan yang sangat menghangatkan. Makan siang bersama di bawah pohon di tengah lokasi proyek menjadi momen kebersamaan yang tak terlupakan untuk mereka.

Mie Li (tengah) menerima sekop dalam seremoni Peletakan Batu Pertama pembangunan Kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, menandai dimulainya sebuah perjalanan baru dalam menebar cinta kasih dan kebajikan.

Walaupun sekarang terasa sudah sangat ringan untuk dikenang, Ah Kiong, sang pemimpin proyek, merasakan langsung betapa beratnya tanggung jawab itu. "Awalnya saya mau tolak. Bangunan ini besar. Saya bukan orang teknik bangunan. Saya ini dulunya nelayan,” akunya. “Tapi saya ingat, ini rumah kita semua. Rumah orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Jadi ya kalau bukan saya (yang ambil tanggung jawab), siapa lagi,” lengkapnya.

Selama dua tahun, ia datang pagi-pagi ke lokasi, memastikan pekerjaan berjalan meski terkendala beberapa hal dalam pembangunan, hingga harus beberapa kali menghubungi arsitek yang merupakan relawan Tzu Chi dari Batam untuk membantu mencari solusi.

"Saya sempat mimpi didatangi Master Cheng Yen. Beliau bilang, 'Muridku, kerja bagus. Jaga baik-baik ya.' Dari situ saya merasa diberi kekuatan untuk terus lanjut. Capek hilang," kenangnya haru.

Kini, gedung ini telah berdiri megah, lengkap dengan aula, kantor, juga depo daur ulang. “Ini bukan cuma kantor,” kata Ah Kiong, “ini seperti Jing Si Tang bagi kami.”

Undangan untuk Berbuat Baik
Dengan bangunan baru, laporan permohonan bantuan pun meningkat. Kantor kini lebih mudah diakses warga, dan para relawan pun merasa lebih siap menyambut siapa saja yang datang. Tapi tanggung jawab baru pun menanti: merekrut lebih banyak relawan.

Di awal proses pembangunan, Ah Kiong tidak sendirian. Ia dibantu oleh relawan Tanjung Balai Karimun bersama relawan dari Tzu Chi Batam. Semangat kebersamaan dan gotong royong menjadi fondasi yang kuat bagi berdirinya kantor ini.

Mie Li menyebut kantor ini sebagai bukti nyata kekompakan keluarga besar relawan. “Dulu tahun 2005, saya ajak kakak saya, dia awalnya hanya mau berdana. Tapi lama-lama ikut pelatihan, dan sekarang satu keluarga ikut semua. Kalau kita bisa berbuat baik bersama, itu berkah terbesar,” katanya.

Di ujung kisah, baik Mie Li maupun Ah Kiong sama-sama menaruh harapan besar pada rumah ini. “Semoga dari sini, makin banyak orang baik bergabung. Supaya kita bisa bantu lebih banyak yang membutuhkan,” ujar Ah Kiong.

Mie Li menambahkan dengan senyum, “Kalau yang kita tanam itu kebaikan, nanti kita tuai juga kebaikan.”

Dan seperti itu pula lah rumah ini dibangun, dengan tekad, gotong royong, dan cinta kasih yang tak kenal pamrih. Kini, dari tanah merah itu, berdiri sebuah rumah yang menjadi pelita bagi warga Tanjung Balai Karimun.

Tak hanya menyumbangkan dana, para relawan juga berbagi makanan vegetarian bergizi bagi para seniman bangunan. Sebuah bentuk perhatian dan cinta kasih yang menyentuh dari hati ke hati.

Semangat yang sama masih terus hidup, dan kini saatnya kita meneruskannya bersama. Kesempatan terbuka bagi siapa pun yang ingin menjadi bagian dari perjalanan ini. Maka, untuk masyarakat Tanjung Balai Karimun, jangan sampai tertinggal untuk melakukan kebaikan.

Apabila ingin bergabung bersama barisan relawan Tzu Chi di sana, Anda bisa langsung menuju Kantor Penghubung Tanjung Balai Karimun di Jl. Telaga Mas RT 02 RW 02, Kelurahan Sungai Lakam Barat, Kecamatan Karimun dan bisa menghubungi nomor telepon 0811-7766-599. Mari bergabung dan bersama menanam benih kebajikan.

Editor: Arimami Suryo A

Artikel Terkait

Dua Ibu Rumah Tangga Menggerakkan Cinta di Kampung Halamannya

Dua Ibu Rumah Tangga Menggerakkan Cinta di Kampung Halamannya

17 Juni 2025
Perjalanan dua perempuan sederhana Ong Lie Fong dan Sukmawati dalam membangun dan mengembangkan Tzu Chi di kampung halamannya, Tanjung Balai Karimun.
Tzu Chi Tanjung Balai Karimun Resmikan Kantor Barunya

Tzu Chi Tanjung Balai Karimun Resmikan Kantor Barunya

16 Juni 2025

Peresmian Kantor Penghubung Tzu Chi Tanjung Balai Karimun menjadi momen penuh haru. Setelah 14 tahun perjalanan, kini relawan memiliki rumah yang dibangun dari ketulusan dan semangat kebersamaan.

Dari Tanah Meteran Sampai Sepiring Makanan

Dari Tanah Meteran Sampai Sepiring Makanan

20 Juni 2025

Pembangunan Kantor Penghubung Tzu Chi di Tanjung Balai Karimun bukan hanya soal bahan bangunan, tapi tentang semangat gotong royong, ketulusan, dan keyakinan akan kekuatan cinta kasih.

Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -