Daur Ulang Sampah, Daur Ulang Hati

Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Feranika Husodo (He Qi Utara)
 
 

foto20 Mei 2012 adalah hari diresmikannya depo yang disebut sebagai Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi.

Semilir angin segar yang berhembus, suara nyanyian burung yang terdengar merdu, dan langit biru yang berhiaskan awan putih, serta pepohonan dan rumput hijau yang setia berdiam di sekitar Jl.Walet Indah II No.32 A, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, seolah dengan bangga menampakkan diri di bawah sinar matahari yang ramah. Di sana, di tengah suasana asri nan nyaman itu, di atas sepetak tanah seluas 12x12,5 meter, beralas keramik, bertiangkan bambu dan beratap terpal, berdiri sebuah depo pelestarian lingkungan. Pagi itu jam 7 pagi, tanggal 20 Mei 2012 adalah hari diresmikannya depo yang disebut sebagai Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi.

Sebanyak 49 relawan dan warga sekitar serta tamu undangan telah berkumpul untuk mengikuti kegiatan ini. Acara dibuka dengan penampilan isyarat tangan (shouyu) lagu Pun So, yang dibawakan dengan kompak dan indah oleh tim isyarat tangan Hu Ai PIK, dimana makna lagunya adalah mengajak setiap orang untuk melakukan pelestarian lingkungan dalam upaya penyelamatan bumi. Setelah itu, Adenan Shixiong sebagai koordinator acara menjelaskan mengapa kita harus melakukan pelestarian lingkungan, apa dan bagaimana caranya agar bumi bisa terselamatkan. “Kita tahu terdapat banyak eksploitasi terhadap bumi, menyebabkan empat unsur alam tidak stabil sehingga timbul banyak bencana. Bencana-bencana ini tentu saja mempengaruhi musim tanam dan hasil panen pangan. Belum lagi pangan untuk peternakan, untuk menghasilkan 1 kg daging sapi saja dibutuhkan pangan untuk 8 orang. Kita perlu mengatur ulang pola hidup kita, salah satunya adalah dengan bervegetarian. Kita juga mesti mengurangi sampah, mendaur ulang sampah, hasil daur ulang bisa digunakan untuk membantu orang. Mengubah sampah menjadi emas, dan emas menjadi cinta kasih.” jelasnya.

Adenan Shixiong melanjutkan, “Sekarang kita tahu cara penanggulangannya, jangan sampai suatu saat nanti bila bumi sudah rusak parah, anak cucu kita nanti bertanya kepada kita, mengapa dulunya kita tidak melakukan upaya pelestarian lingkungan? Marilah, kita memulainya dari rumah, kita punya hati dan peduli, sedapat mungkin kurangi sampah, sampah yang ada kita bersihkan, kita daur ulang. Dengan berkegiatan, badan juga lebih sehat. Ada seorang nenek yang sengaja datang ke Taiwan hanya untuk mengikuti kegiatan daur ulang. Di sini kita sangat beruntung, depo sangat dekat dengan rumah, kita bisa berkumpul, bersama-sama belajar. Di Tzu Chi kita belajar, bukan sekedar amal sosial. Kita harus memulainya dari lingkungan yang kecil, dari keluarga dan diri sendiri.“

foto    foto

Keterangan :

  • Penampilan isyarat tangan lagu Pun So, yang dibawakan oleh tim isyarat tangan Hu Ai PIK, dimana makna lagunya adalah mengajak setiap orang untuk melakukan pelestarian lingkungan dalam upaya penyelamatan bumi (kiri).
  • Sebanyak 49 relawan dan warga sekitar serta tamu undangan telah berkumpul untuk mengikuti kegiatan ini (kanan).

Eco Garbage Enzyme
Menurut Adenan, sampah kering maupun sampah basah di rumah, keduanya bisa kita daur ulang. Sampah basah bisa diolah melalui sistem eko-enzim. Eco Garbage Enzyme merupakan hasil penelitian yang ditemukan oleh Dr. Rasukon Poompanvong asal Thailand. Enzim organik yang dihasilkan dapat digunakan sebagai deterjen, pembersih, penyegar ruangan, antiseptik, pupuk, pengusir serangga yang semuanya sangat ramah lingkungan. Cara membuatnya juga sangat sederhana dan mudah. Campuran 1000 cc air, 100 gr gula aren, dan sampah organik dalam botol plastik yang tertutup akan siap dipakai setelah difermentasi selama 90 hari, dengan catatan tutup botol harus dibuka satu kali sehari selama bulan pertama untuk melepas gas yang dihasilkan. Dan ternyata, ampas dari hasil fermentasi ini juga dapat digunakan sebagai pupuk yang dapat memperbaiki kualitas tanah dengan cara menguburnya di tanah.

Sedangkan sampah kering seperti kertas, plastik, logam bisa kita pilah dan dapat disumbangkan ke depo pelestarian lingkungan. Pada kesempatan itu Adenan juga menjelaskan bagaimana cara memilah sampah daur ulang dengan baik dan benar, cara menyusun untuk mengurangi volumenya agar tidak menumpuk di rumah, dan bahan-bahan apa sajakah yang bisa dan yang tidak bisa didaur ulang. Dengan demikian kita juga bisa dengan bijak memilih kemasan tertentu ketika hendak membeli suatu produk, sedapat mungkin belilah produk yang menggunakan kemasan yang bisa didaur ulang.

“Dengan mengolah sampah basah dan kering, saya yakin sampah di rumah kita akan berkurang banyak, sampah yang benar-benar harus dibuang mungkin hanya tersisa 10%,” tutur Adenan Shixiong, hadirin yang mendengar dengan serius terlihat mengangguk ringan tanda setuju.

foto   foto

Keterangan :

  • “Dengan mengolah sampah basah dan kering, saya yakin sampah di rumah kita akan berkurang banyak, sampah yang benar-benar harus dibuang mungkin hanya tersisa 10%,” tutur Adenan Shixiong dalam penjelasannya mengenai eko-enzim (kiri).
  • Pelestarian lingkungan, bukan hal yang asing lagi saat ini karena bumi dan isinya bagaikan orang tua kita yang sudah sepatutnya untuk kita rawat (kanan).

Sehat Lahir dan Batin
Sesuai dengan namanya, Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan ini memang menitik beratkan pada pendidikan mengenai lingkungan. “Karena depo ini adalah depo pendidikan, jadi bukan hanya sekedar melakukan daur ulang, tapi ada pendidikannya,” ungkap Adenan Shixiong ketika ditemui penulis di sela-sela acara. “Karena visi Tzu Chi adalah menyucikan hati manusia, menciptakan masyarakat harmonis, sehingga dunia bebas bencana. Maka melalui setiap kegiatan Tzu Chi, termasuk daur ulang, tujuannya juga untuk menyucikan hati dan pikiran manusia. Sehingga melalui kegiatan daur ulang ini, bisa lebih sehat, sehat lahir dan batin.”

Di RW 06 PIK yang terdapat 1100 Kepala Keluarga ini, mobil pengangkut emas (barang daur ulang) sudah beroperasi 2 tahun lebih. Mobil ini setiap hari Selasa akan keliling menyusuri setiap jalan dan mengumpulkan sampah daur ulang dari warga RW06 PIK. “Sambutan warga sangat bagus, karena setiap kali angkut kita memakai 2 mobil dan kedua mobil itu penuh, sehingga harus berjalan 2 kali,” akunya. Berdirinya depo ini juga atas niat baik dan kemurahan hati seorang pengusaha asal Taiwan sekaligus donatur Tzu Chi, yaitu Yang Tze Hua Shijie yang saat ini sudah tinggal di Jakarta, karena depo ini berdiri di atas tanah yang dipinjamkan olehnya untuk Tzu Chi.

Sungguh kita harus bersyukur, karena adanya sumbangsih dari banyak orang sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik. Acara kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah pengenalan makanan vegetarian. Warga yang belum terbiasa makan masakan vegetarian mengaku makanan yang dihidangkan sangat enak. Acara kemudian diakhiri dengan pemilahan sampah bersama. Diiringi lagu Pun So yang semangat, relawan dan warga bersama-sama memilah emas dengan penuh sukacita, begitu ramainya sehingga pemilahan pun selesai dalam waktu yang singkat.

Pelestarian lingkungan, bukan hal yang asing lagi saat ini. Bumi dan isinya bagaikan orang tua kita, yang memberi kita makan, menyediakan semua kebutuhan kita. Sumber daya yang dihasilkan bila tidak kita jaga dan lestarikan dengan baik, maka suatu saat akan habis. Bagaimanakan cara kita membalasnya? Apakah dengan sampah yang menumpuk? Akankah kita bisa mempertahankan udara segar, langit biru, dan pepohonan hijau? Ini semua tergantung dari diri kita sendiri. Kita sudah tahu, sudah sering dengar, tapi apakah sudah dilakukan? Demi kehidupan, demi kelangsungan hidup, demi anak cucu, yukk... mari kita sama-sama daur ulang sampah, dan daur ulang hati kita juga. Gan En

  
 

Artikel Terkait

Menyatukan Langkah Dalam Misi Amal

Menyatukan Langkah Dalam Misi Amal

12 Februari 2014 Selasa, 14 Januari 2014, relawan yang tergabung dalam komunitas He Qi Barat memanfaatkan waktu dengan mengikuti rapat pendalaman Standar Operasional (SOP) Misi Amal Tzu Chi.
Bantuan Banjir di Tanjung Pasir

Bantuan Banjir di Tanjung Pasir

20 Januari 2020

Minggu 19 Januari 2020, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia membagikan 2.650 paket bantuan bagi korban banjir 2020 di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang.

PAT 2023: Doa Bersama Pemberkahan Awal Tahun 2023 Bersama para donator dan Penerima Bantuan Tzu Chi.

PAT 2023: Doa Bersama Pemberkahan Awal Tahun 2023 Bersama para donator dan Penerima Bantuan Tzu Chi.

16 Februari 2023

Yayasan Buddha Tzu Chi kantor cabang Medan mengadakan Pemberkahan Awal Tahun 2023 bersama para donator dan masyarakat umum. 

Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -