Dua Kemudahan Dalam Memberi Bantuan

Jurnalis : Akien (Tzu Chi Aceh), Fotografer : Lina (Tzu Chi Aceh)
 
 

foto
Tanggal 24 Januari 2013, relawan Tzu Chi Aceh memberi bantuan kepada warga korban gempa di kawasan Mane, Geumpang, dan Tangse.

Pagi tanggal 22 Januari 2013, tepatnya pukul 05.22 WIB, gempa kembali mengguncang Banda Aceh. Guncangan di pagi hari itu berkekuatan 6 skala Richter (SR) dengan durasi gempa cukup lama, dan ditambah 2 kali gempa susulan.

Gempa kali ini merupakan gempa tektonik yang berpusat di kawasan Mane-Geumpang, Kabupaten Pidie. Gempa sudah menjadi langganan bagi masyarakat Aceh, namun gempa kali ini tergolong kuat dan sangat mengagetkan warga yang masih terlelap dalam tidur, menimbulkan kepanikan di sejumlah wilayah Aceh lainnya, seperti Banda Aceh, Aceh Besar, kawasan pesisir Barat, seperti Calang, Meulaboh, dan Nagan Raya.

Warga yang panik berlarian keluar rumah dan memilih berada di luar sambil siap siaga, sedangkan warga yang bermukim di pesisir pantai berhamburan mencari lokasi-lokasi yang dianggap aman (dataran tinggi atau bukit) untuk menyelamatkan diri dari kemungkinan timbulnya  tsunami.

foto  foto

Keterangan :

  • Gempa berkekuatan 6 skala Richter ini merusak banyak bangunan, termasuk rumah ibadah dan juga rumah-rumah warga (kiri).
  • Relawan menyurvei dan mendata warga yang rumahnya rusak dan hancur akibat gempa (kanan).

Di hari itu juga relawan mulai mengumpulkan informasi tentang dampak dari gempa ini. Sehari kemudian, tanggal 23 Januari 2013, berdasarkan data dari Koran Serambi Indonesia, relawan mendapatkan informasi lokasi yang terkena musibah, yaitu kawasan Mane, Geumpang, dan Tangse. Gempa telah meluluhlantakkan kawasan tersebut. Beberapa bangunan hancur atau rusak, seperti mesjid,  madrasah, sekolah, kantor-kantor pemerintahan dan swasta, Puskesmas, jembatan, asrama TNI, rumah warga dan Pos Pemantau Gunung Api Peut Sagoe juga tak luput dari musibah ini. Gempa juga memakan korban meninggal 1 orang dan warga yang menderita luka-luka ada 15 orang.

Melihat kondisi ini, relawan Tzu Chi segera menggelar rapat di malam hari dan diputuskan keesokan paginya tanggal 24 Januari 2013 (kebetulan hari libur) akan berangkat ke lokasi bencana. Pemerintah Aceh patut diberi jempol, bantuan tanggap darurat sudah diberikan di hari pascakejadian, berupa tenda, pakaian, peralatan rumah tangga hingga sembako.

Pagi hari tanggal 24 januari 2013, relawan sudah berkumpul sejak jam 8 pagi. Ada sebanyak 14 orang relawan yang turun, dan dengan mengendarai 2 unit mobil relawan siap berangkat menuju Tangse. Waktu perjalanan hingga ke tempat tujuan membutuhkan 5 jam. Rombongan sempat berhenti di Sigli karena tiba-tiba mobil Afung Shigu sempat kurang beres, sempat tersendat-sendat, jadi sampai di Sigli kita mencari bengkel mobil sambil beristirahat.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi selalu memberikan bantuan dengan penuh rasa hormat kepada para penerima bantuan (kiri).
  • Cinta kasih yang diberikan dan disertai niat yang tulus akan dapat terus terkenang di lubuk hati para penerima bantuan (kanan).

Pemilik bengkel sempat menanyakan rombongan kami, dan Afung Shigu langsung menjelaskan tentang Tzu Chi kepada pemilik bengkel dan mendapat respon yang sangat baik. Sang pemilik bengkel mengatakan bahwa nama Tzu Chi sudah tidak asing lagi baginya. Walaupun ia tidak begitu mengenal Tzu Chi, tetapi ia dapat merasakan bahwa Tzu Chi itu adalah baik. Setelah urusan selesai, tiba-tiba istri sang pemilik bengkel datang dengan terburu-buru  mengendarai kereta roda dua (motor) menghampiri Afung Shigu sambil menyodorkan sekantong plastik yang berisi sebotol minyak angin. Rupanya Shijie ini sempat melihat Afung Shigu mencari minyak angin, tapi tak ada satu pun relawan yang membawa – yang dibawa relawan adalah minyak kayu putih. Afung Shigu sempat terkejut dan hendak membayarnya, tapi dengan kerendahan hati istri pemilik bengkel itu tidak mau menerima uang Afung Shigu. Sungguh suatu ikatan jodoh yang sangat baik terjalin saat itu.

Saat relawan sedang beristirahat, seorang bapak bernama Ibrahim datang menghampiri Supandi Shixiong, memperkenalkan diri bahwa ia mengenal Supandi Shixiong bersama relawan saat datang ke Tangse tahun lalu dalam kegiatan menyalurkan bantuan untuk korban banjir di Tangse. Setelah bersilaturahmi sebentar, Ibrahim kemudian mengulurkan bantuan untuk memperkenalkan kawannya yang akan membantu menunjukkan jalan menuju lokasi bencana untuk mempermudah rombongan kami dalam menemukan kawasan gempa. Sekali lagi kami dipermudah dalam perjalanan ke lokasi bencana.

Kemudian rombongan melanjutkan perjalanan, naik turun gunung membuat kepala rasanya pusing. Sebagian relawan memilih tidur, supir dengan cekatan mengemudi. Jalannya begitu sempit, sementara di kiri-kanan jalan masih ada sisa-sisa longsoran tanah. Air di sungai berwarna kuning mengalir begitu deras menandakan kemarin hujan cukup lebat di daerah ini. Kawasan ini setiap tahun selalu mengalami banjir di saat musim hujan. Meski harus menempuh medan yang sulit, semangat relawan untuk membantu sesama tak pernah surut. Akhirnya relawan pun dapat memberikan bantuan kepada warga yang menjadi korban gempa.

  
 

Artikel Terkait

Aktif di Pelestarian Lingkungan, Aktif juga di Bedah Buku

Aktif di Pelestarian Lingkungan, Aktif juga di Bedah Buku

14 September 2016

Sebagai upaya untuk terus menghidupkan Kegiatan bedah buku dan Pelestarian Lingkungan, relawan Tzu Chi Komunitas Kebonjeruk 1 menggelar gathering. Bedah buku memberikan inspirasi bagi seseorang untuk konsisten melakukan pelestarian lingkungan dan bentuk kebaikan lainnya.

Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -