Dunia Itu Kecil

Jurnalis : Erich Kusuma (He Qi Barat), Fotografer : Erich Kusuma, Feranika Husodo (He Qi Utara)
 
 

foto Suasana hikmat selalu ada dan terasa di setiap acara yang dilakukan oleh insan Tzu Chi.

Orang yang berani memikul tanggung jawab memiliki tenaga yang berlimpah karena mereka melakukannya dengan sukacita serta mampu mengubah tekanan menjadi panggilan jiwa. (Master Cheng Yen)

Jodoh Tak Lari Kemana
Namaku Arjo Suntoro, umur 74 tahun, memiliki seorang istri bernama Leni Setiawati, empat orang anak, dan tiga orang cucu. Sejak muda aku sudah aktif mengikuti berbagai kegiatan sosial, dan aku juga salah satu dari tiga Pembina Yayasan Buddha Dharma Jayapura. Istrikupun gemar mengikuti kegiatan–kegiatan sosial, bahkan dia bisa sampai mengenal para pegawai Pemda di Jayapura. Selama bertahun–tahun kami berkecimpung di bidang sosial, hingga akhirnya takdir membawaku bertemu dengan Tzu Chi.

Pertemuanku dengan Tzu Chi pertama kali ketika aku melakukan perjalanan ke kota Beijing, di Tiongkok. Saat itu aku masih belum mengenal apa itu Tzu Chi, yang aku tahu Tzu Chi adalah yayasan sosial dari Taiwan. Taiwan Buddhist Tzu Chi Foundation, begitulah tulisan pada spanduk yang kubaca saat diriku berada di kota Beijing. Yayasan sosial Taiwan berada di Tiongkok? Hal ini membuatku bertanya–tanya sekaligus kagum. Karena setahuku, China dan Taiwan memiliki hubungan yang kurang harmonis, tetapi kenapa saat itu di Tiongkok bisa masuk sebuah yayasan sosial dari Taiwan, dan begitu banyak orang yang terlihat tertarik terhadapnya. Tampaknya saat itu diriku mulai penasaran dengan Tzu Chi dan kegiatannya.

Tahun demi tahun berlalu, dan tepatnya pada tahun 2008, tiba–tiba aku dikagetkan dengan kabar bahwa pada bulan Mei nanti Tzu Chi ingin membagikan 40.000 ton beras kepada masyarakat kurang mampu di Jayapura. Berkat shijie Silva Olivia relawan dari Jakarta yang datang ke Jayapura, jodohku dengan Tzu Chi kali ini benar–benar terjalin. Dia menjelaskan apa itu Tzu Chi dan memberikan kita baju seragam abu dan celana putih Tzu Chi. Shijie Silva menjelaskan proses bagaimana Tzu Chi memberikan bantuan agar bantuan yang diberikan kepada masyarakat bisa langsung diterima oleh mereka yang membutuhkan. Setelah mendengarkan informasi sekilas tentang Tzu Chi aku jadi bersemangat dan langsung mendaftarkan diri sebagai anggota relawan Tzu Chi. Terlebih lagi istriku, dia benar–benar antusias menyambut Tzu Chi di Jayapura, bahkan dia langsung mengikuti aktivitas relawan Tzu Chi bersama shijie Silva dalam kegiatan kunjungan kasih dan survei ke masyarakat.

foto  foto

Keterangan :

  • Meski berasal dari daerah yang berbeda-beda, laksana sebuah keluarga besar, para relawan Tzu Chi ini berkumpul dan mengikuti acara Tzu Chi di RSKB Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta. (kiri)
  • Para relawan Tzu Chi ini berbaris rapi saat mengikuti acara. (kanan)

Kunjunganku Yang Kedua
Jumat, tanggal 15 Oktober 2010. Di hari ini sebuah perjalanan yang panjang dan melelahkan telah menantiku. Berada selama 5 jam di dalam pesawat dengan tujuan Jayapura menuju Jakarta sudah cukup membuat tubuh tuaku ini menjadi letih. Tetapi ternyata aku begitu menikmati perjalananku ini. Ditemani relawan–relawan Tzu Chi dari Biak dan Jayapura (meski ini adalah untuk yang kedua kalinya). Semua terasa begitu menyenangkan. Bagaikan memiliki sebuah keluarga yang besar, berkumpul, dan melakukan perjalanan bersama-sama. Sempurna!

Pesawat mendarat di Jakarta pukul empat sore, dan dengan menggunakan taksi aku langsung melaju ke apartemenku di Kelapa Gading. Tidak seperti di Jayapura, di sini begitu macet dan sesak. Bahkan perjalananku menuju apartemen membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam. Capek dan lelah kini begitu terasa di kaki dan badanku. Telebih lagi terkadang aku sering mengalami kram pada tubuhku yang menurut dokter dikarenakan ada satu saraf di punggung yang terjepit. Dokter menganjurkan agar aku tidak terlalu capek dan harus banyak melakukan aktivitas berenang. Tetapi mengikuti kegiatan Tzu Chi kan tidak ada kegiatan berenang? No Problem. Bagiku yang sudah berumur 74 tahun, masih memiliki semangat itu sudah cukup. Karena di Taiwan sana juga banyak relawan–relawan yang berusia lanjut dan masih aktif sebagai relawan Tzu Chi.

“Sisa hidupku akan aku sumbangsihkan untuk Tzu Chi,” Itulah tekadku sejak mengenal Tzu Chi. Jadi perjalanan jauh seperti apapun pasti akan aku tempuh. Apalagi perjalanan kali ini begitu penting karena hari Minggu besok aku akan dilantik menjadi relawan biru putih.

foto  foto

Keterangan :

  • Pada malam keakraban, semua relawan Tzu Chi tertawa lepas, termasuk shibo Arjo Suntoro (berambut putih) yang berasal dari Jayapura.  (kiri)
  • Suasana permainan yang mengasyikan membuat para relawan Tzu Chi ini tidak ingin waktu berlalu dengan cepat. (kanan)

Tzu Chi Selalu di Hati
Sabtu, 16 Oktober 2010. Aku langsung berangkat menuju Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi  di Cengkareng, karena pukul satu siang nanti aku harus menghadiri program Tzu Chi di sana. Meski ini adalah yang kedua kalinya aku ke RSKB (pertama kali aku ke RSKB pada saat pelatihan relawan abu putih tahun lalu). Aku masih merasakan gejolak kagum melihat rumah sakit dan sekolah Tzu Chi di Jakarta. “Andai di Jayapura juga bisa dibangun seperti ini,” Pikirku. Kalau apa yang aku pikirkan ini terjadi, aku pasti akan mendukung dengan sepenuh hati.

Kegiatan Tzu Chi hari itu dimulai dengan program pendalaman kasus. Di sini kami diajarkan dan diberi contoh tentang bagaimana kita menghadapi berbagai macam-macam karakter pasien, bagaimana sikap kita terhadap pasien, dan yang terpenting bagaimana tanggapan kita terhadap pasien. Selain itu, relawan Tzu Chi Jakarta juga menunjukkan beberapa pasien kasus yang pernah Tzu Chi pernah bantu, dan hebatnya pasien yang dibantu oleh Tzu Chi pun kini ikut membantu orang lain. Program ini benar–benar membuka mataku, bahwa Tzu Chi memiliki cakupan bantuan yang begitu luas dan langsung pada sasaran, terlebih lagi Tzu Chi tidak hanya mengobati luka fisik akan tetapi Tzu Chi juga mengobati batin pasien agar kembali menemukan kepercayaan diri. Kisah ini membuatku semakin bersemangat mengikuti Tzu Chi.

Tanpa terasa matahari sudah mulai terbenam. Program berikutnya akan dilakukan di lantai 3 RSKB. Ruangan yang begitu luas dan lapang, sambutan hangat dari relawan, dan menu makanan vegetarian yang lezat, semua itu membuat semakin lengkap mewarnai program Tzu Chi di sore itu. Relawan Tzu Chi di Jakarta menyambut kami bak menyambut seorang raja. Aku jadi merasa tersentuh. Kemudian acara makanpun dilakukan dengan penuh hikmat dan rapi. Semua relawan Tzu Chi berbaris rapi dan teratur. Rasa kagumku tidak berhenti di sini saja. Setelah acara makan bersama selesai, kami diajak berkumpul dan membentuk sebuah barisan–barisan rapi di tengah ruangan. Awalnya aku berpikir akan melakukan apa. Ternyata relawan mengajak kita bermain dan berkenalan dengan relawan baru lainnya yang juga berasal dari lokasi yang tidak dekat. Permainannya seru dan menyenangkan. Aku sampai tidak ingat apa yang dikatakan dokterku sebelumnya tentang fisikku yang tidak boleh capek. Yang ada dibenakku hanyalah, ini benar–benar menyenangkan. Selain mengajak kita bermain, relawan Jakarta juga mengajak kita menonton video Ceramah Master yang ditampilkan di sebuah layar dengan menggunakan proyektor.

Satu hari bersama Tzu Chi terasa begitu cepat. Seakan tubuhku yang tua ini kembali muda. Setelah mengenal Tzu Chi lebih dalam, tekadku untuk Tzu Chi semakin kuat. Besok adalah hari yang penting, karena besok aku akan dilantik menjadi relawan biru putih yang mana berarti tanggung jawabku untuk Tzu Chi juga akan semakin bertambah. Tetapi tak apa, apapun untuk Tzu Chi aku akan mendukungnya. Meskipun aku sudah tua, tetapi semangatku untuk bersumbangsih di Tzu Chi tak akan pudar.

  
 

Artikel Terkait

Konvensi TIMA 2020:

Konvensi TIMA 2020: "Mengatasi Pandemi, Melindungi Bumi dan Batin"

08 Oktober 2020

Karena pandemi, Konvensi Tahunan TIMA yang diadakan di Hualien, Taiwan tahun ini diikuti relawan TIMA seluruh dunia secara online pada 1-3 Oktober 2020. Isi pertemuan mencakup laporan, sharing inspiratif, sharing informatif, serta sharing kesan peserta, dengan tema “Mengatasi Pandemi, Melindungi Bumi dan Batin”.

Ayo Bervegetarian

Ayo Bervegetarian

04 Juni 2014 Dalam rangka memperingati Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia, Tzu Chi Bali mengadakan kegiatan membagikan nasi vegetarian yang bertujuan untuk menginspirasi semua orang untuk bervegetarian. Selama bulan Mei ini relawan di wajibkan untuk bervegetarian.
Melatih diri adalah membina karakter serta memperbaiki perilaku.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -