Generasi Cinta Kasih

Jurnalis : Meiliana (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Elvana, Lina Chen, Meiliana (Tzu Chi Pekanbaru)

fotoJessica, salah satu penerima bantuan alat dengar dengan penuh sukacita menyambut kunjungan dari teman-teman sebayanya.

Rumah Tzu Chi yang tidak tergolong besar hari ini terasa padat dipenuhi oleh begitu banyak Bodhisatwa yang hendak mengepakkan sayap cinta kasih di beberapa pelabuhan berkah. “Generasi cinta kasih “ mungkin adalah kata yang tepat untuk mengungkapkan jenis perahu ini. Dimana, untuk menjalankan misi Bodhisatwa, tidak hanya dilakukan oleh relawan senior yang biasanya. Namun juga, semua generasi Tzu Chi dari Tzu Ching, Tzu Shao dan bahkan dari generasi paling kecil yakni Bodhisatwa cilik dari kelas budi pekerti Er Tong Ban.

Orang tua pun tidak kalah semangat untuk turut bersumbangsih mendampingi anak-anak dalam kegiatan ini.

Tzu Ching dan Tzu Shao akan melakukan kunjungan kasih ke salah satu panti asuhan di Pekanbaru, sedang Bodhisatwa cilik akan melakukan kunjungan kasih kepada beberapa penerima bantuan Tzu Chi. Yang tentunya, mereka akan didampingi oleh Bodhisatwa seniornya dari tim amal. Hari ini pula merupakan hari dimana tim pendidikan menjadwalkan interview (wawancara) untuk semua orang tua Bodhisatwa cilik yang telah mengikuti kelas budi pekerti maupun yang akan bergabung dalam kelas budi pekerti Tzu Chi Pekanbaru, sebagai bagian dari proses penerimaan Bodhisatwa cilik untuk tahun ajaran baru mendatang.

Bulan lalu pada tanggal 12 Februari 2012 tim pendidikan telah menyajikan beberapa materi yang berkenaan dengan tema Rang Ai Chuan Chu Chi (Sebarluaskanlah Cinta Kasih) dan hari inilah saatnya untuk merealisasikan teori yang telah dipelajari. Berbekal Kata Renungan Master Cheng Yen, Dharma Master, Lagu, dan tayangan video yang menyentuh, serta game yang menarik dimana di dalam permainan tersebut, Bodhisatwa cilik berusaha semampunya untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya beberapa barang keperluan yang kemudian akan diserahkan kepada penerima bantuan Tzu Chi dalam kegiatan kunjungan kasih yang dijadwalkan hari ini.

Bodhisatwa cilik dibagi dalam 8 kelompok dengan masing-masing kelompok didampingi oleh 1 sampai 2 orang Dui Fu Mama, masing-masing kelompok mendapat satu titik tempat kunjungan. 8 kelompok tersebut antara lain: He Xin (4 xiao phu sha), He Qi (7 xiao phu sha), Hu Ai (7 xiao phu sha), Xie Li (8 xiao phu sha), Zhi Zhu (9 xiao phu sha), Gan En (8 xiao phu sha), Shan Jie (7 xiao phu sha), Bao Rong (8 xiao phu sha). Dengan hati nan bersih mereka siap menyebarkan cinta kasih. Sembari menunggu kepulangan para Bodhisatwa tersebut, beberapa relawan dari tim pendidikan siap sedia di Rumah Tzu Chi untuk melakukan proses wawancara dengan orang tua.

foto    foto

Keterangan :

  • Dengan adanya kunjungan kasih ini, xiao phu sha belajar meneladani kehidupan orang lain yang tidak seberuntung mereka (kiri).
  • Belajar percaya diri untuk tampil ke depan dan sharing dengan teman lainnya atas kunjungan yang telah dilakukan. Mereka berdiskusi dengan seksama (kanan).

Mulai pukul 4 sore, satu per satu kelompok telah tiba kembali di Rumah Tzu Chi. Sambil beristirahat, xiao phu sha diberi waktu untuk berdiskusi dengan kelompoknya untuk bahan sharing bersama. Ketika semua telah duduk di dalam kelas, Lutiana shiqu bertanya: “xiao phu sha ingin mendengarkan lagu apa?”. Tidak lama dengan kekompakannya mereka menjawab ‘Lagu Satu Keluarga’ Dan anak-anak pun dengan semangat turut menyanyikan lagu tersebut diikuti gerakan isyarat tangan.

Memaknai Lagu
Sesi berbagi cerita (sharing) pun dimulai. Setiap kelompok wajib mengirimkan beberapa teman untuk maju sharing ke depan bersama Lutiana shigu. Dengan kepolosan hati Bodhisatwa yang masih cilik mereka bercerita dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Lutiana shigu.

Diawali oleh kelompok He Xin. Yang mengunjungi keluarga Bapak Nasrul sebagai penerima bantuan sembako berkala. Jika dilukiskan, kehidupan Bapak Nasrul adalah berbanding terbalik dengan kehidupan xiao phu sha. Keadaan rumah Bapak Nasrul cukup memprihatinkan, hanya seperti sebuah rumah panggung. Yang berdiri di atas 4 kayu besar sebagai penopang rumahnya. Sedangkan rumah yang xiao phu sha tempati terbuat dari beton dan kuat. Mereka memasak masih menggunakan kayu bakar. Dengan arang bertebaran dimana-mana. Dan tentu ini dapat menjadi penyebab sebuah penyakit. Sedangkan xiao phu sha dimasakin mama yang menggunakan kompor gas. Mandi di tepi sungai siak yang airnya dijamin tidak higienis untuk kulit dan juga dingin. Sedangkan xiao phu sha bermandikan air yang hangat dan bersih dan bahkan kamar mandi yang nyaman. Satu keluarga Bapak Nasrul tidur dalam satu tempat yang sempit. Sedangkan xiao phu sha mendapatkan tempat tidur sendiri yang nyaman. Anak-anak Bapak Nasrul makan hanya satu kali dalam sehari dan tanpa lauk pauk. Jika ada lauk pauk, itu merupakan pemberian dari orang lain. Sementara xiao phu sha, setiap hari makan berkecukupan 3 kali dalam sehari.

foto  foto

Keterangan :

  • Ibunda dari xiao phu sha bernama Cintya Angelina dalam sharingnya merasa bersyukur atas berkah yang dimiliki keluarganya saat ini (kiri).
  • Beberapa relawan dari tim pendidikan melakukan wawancara dengan orang tua anak disela-sela kunjungan kasih (kanan).

Setelah melihat dan merasakan sendiri kondisi keluarga Bapak Nasrul, timbul rasa syukur di dalam sanubari xiao phu sha grup He Xin. Apa yang semestinya kita lakukan seandainya kita adalah bagian dari keluarga Bapak Nasrul ? “akan tetap sabar dan mandiri…” demikian jawaban xiao phu sha dari grup He Xin.

Rasa syukur dan terharu mungkin tidak hanya telah berlabuh di dalam hati xiao phu sha. Orang tua jua turut merasakannya. Grup Xie Li mengunjungi Pasien Lara Ananda Putri yang menderita hydrocephalus. Ibunda dari xiao phu sha bernama Cintya Angelina dalam sharingnya mengatakan bahwa “saya yang mempunyai anak yang sehat saja, terkadang saya suka merasa tidak bersyukur. Melihat mama dari anak yang menderita hydrocephalus ini, mengapa dia bisa begitu tegar menerima kenyataan ini. Sedangkan saya masi suka mengeluh”.

Demikian juga grup yang lainnya. Setelah kembali dari kunjungan yang mereka lakukan, xiao phu sha pulang dengan membawa berbagai perasaan dan pelajaran. Bersyukur, terharu, kasihan, harus tetap semangat walaupun hidup susah, harus mandiri, ingin bisa menolong sesama manusia, ingin memberikan sumbangan dari uang jajan yang disisihkan, ingin membantu orang tua, ingin belajar yang rajin, ingin mendoakan kesembuhan bagi mereka yang sedang sakit, adalah sedikit ungkapan dari apa yang telah mereka lihat dan rasakan hari ini. Semoga, tiap tetes niat bajik dari Bodhisatwa cilik ini dapat membentuk sebuah rumpun berkah yang tidak hanya disemaikan untuk tanggal 11 Maret 2012 ini saja. Namun, setiap hari setiap saat setiap detik kehidupan Bodhisatwa cilik.

  
 

Artikel Terkait

Melepas Belenggu, Menggapai Cita

Melepas Belenggu, Menggapai Cita

13 November 2018

Sebelas November 2018 kata kebanyakan orang adalah tanggal yang bagus di mana ada perulangan angka yang sama di dalamnya. Bagi saya ternyata sama, di mana di tanggal ini ada sebuah pengalaman hidup yang begitu berharga, “Kesehatan itu Amatlah Berharga”. Setidaknya itu yang saya peroleh dari kegiatan Pelestarian Lingkungan Ke-2 di Xie Li Cikarang.

Kenyamanan Bagai Keluarga Sendiri

Kenyamanan Bagai Keluarga Sendiri

27 Desember 2016
Relawan Tzu Chi Medan mengundang para penerima bantuan untuk berkumpul bersama pada Minggu, 18 Desember 2016 di Pujasera Rose Garden, Jalan AR Hakim gg. Melur Sukaramai, Medan.
Bersyukur dengan Perhatian Para Relawan Tzu Chi

Bersyukur dengan Perhatian Para Relawan Tzu Chi

21 Juni 2023

Menjadi anak asuh Tzu Chi Tangerang adalah satu hal yang sangat disyukuri Theresia. Tak hanya mendapat bantuan biaya pendidikan, ia juga mendapat perhatian dari para relawan Tzu Chi yang secara tidak langsung turut mengisi kekosongan figur orang tua.

Kekuatan akan menjadi besar bila kebajikan dilakukan bersama-sama; berkah yang diperoleh akan menjadi besar pula.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -