Hadir Menyebarkan Cinta Kasih untuk Para Korban Tanah Longsor

Jurnalis : Clarissa Ruth, Fotografer : Clarissa Ruth

Lokasi Bancana Tanah Longsor terjadi pada 11-12 Oktober lalu, pada hari Jumat, 14 Oktober masih dilakukan evakuasi untuk mencari 2 warga yang masih belum ditemukan.

Musibah datang tanpa diketahui kapan akan terjadi, seperti pada Rabu, 12 Oktober 2022 pukul 16.00 sore warga Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Bogor Tengah, ditimpa bencana tanah longsor yang mengakibatkan 2 orang meninggal dunia, 4 orang terluka parah yang kini sedang dirawat di RSUD Bogor, dan 2 orang lainnya belum ditemukan.

Kepala RT 02 Nurul Fatimah menjelaskan, musibah yang menimpa warganya adalah musibah susulan setelah sehari sebelumnya yaitu di tanggal 11 sudah terjadi bencana yang sama di RT 01.

“Hari Selasa-nya di daerah Kebon Jahe awalnya dari situ kenanya ke wilayah RW 01, nah sebelahnya RW 02 ini kan dampak awalnya itu air dari longsoran yang pertama jadi ke sini semua tumbang dan merembet ambruk lah sebagian dari rumah warga, tangga yang ada di situ juga enggak ada, saya lihat ke sisi lainnya rumah-rumah juga pada enggak ada, pada rusak, itu kejadiannya kurang lebih sekitar setengah 4 sore,” cerita Fatimah.

Nurul Fatimah menceritakan awal terjadinya bencana, dan menunjukan posisi rumah warga yang juga sahabatnya menjadi salah satu warga yang belum ditemukan.

Kejadian ini membuat Fatimah sangat sedih terlebih hatinya semakin terpukul saat tahu rekan sesama Ketua RT sekaligus sahabatnya Siti Warasih (Cici) ketua RT 03 hingga jumat kemarin belum juga ditemukan. Fatimah bercerita pada saat ia dapat informasi dari Lurah bahwa terjadi longsor di rumah Cici, ia langsung keluar rumah dan melihat dari atas ternyata benar rumah teman karibnya itu sudah tidak terlihat.

“Perasaannya sedih banget itu, karena sebelum kejadian di hari Rabu di hari Minggunya Ibu Cici ke rumah saya itu terakhir ketemu, nah setelah saya lihat kejadian pada saat longsor rumah ibu cici udah enggak ada saya nangis, ngerasa kehilangan banget, saya sedihnya itu rumah tuh enggak kelihatan apalagi ke sini-sininya belum ketemu, itu yang buat saya enggak bisa tidur, susah makan, enggak tenang. Beliau orang baik, ketua RT juga, seumuran sama saya juga, sahabat saya juga, dia juga kadar teladan,” ungkap Fatimah sambil menangis.

Total korban ada delapan orang, di dalam rumah Cici ada 3 KK dengan jumlah 7 orang jiwa, 1 orang lainnya warga dari wilayah Cimapar yang kebetulan sedang main ke wilayah itu. Dari hari Rabu pencarian sudah diproses dari pagi hingga malam. Fatimah berharap Cici dan satu korban lainnya bisa segera ditemukan, dan tim yang mencari diberikan kelancaran dan kesehatan.

Rumah Hancur, Tidak Ada yang Tersisa

Relawan Tzu Chi di Bogor mengunjungi warga di tempat pengungsian di Masjid Nurul Ikhsan, relawan membagikan kupon kepada 55 keluarga, dan ditukar dengan bantuan 1 paket kontainer dan ember.

Warga yang kehilangan rumah, dan yang terkena dampak dari bencana tersebut sudah diungsikan di Masjid Nurul Ikhlas, sebanyak 135 jiwa dan 35 keluarga. Salah satunya Yulia (39) setelah bencana, ia, suami, dan keempat anaknya segera datang ke pengungsian. Menurut Yulia dari kejadian pertama di hari Selasa rumahnya terkena banjir, karena hujan besar lalu ia mendengar suara runtuhan besar yang ternyata itu longsor di pemancingan wilayah Kebon Jahe tempat suaminya bekerja, beruntung saat itu terjadi suaminya selamat. Di hari itu Yulia dan keluarganya segera mengungsi ke rumah tetangga.

“Besokannya cek kerumah masih banjir segini (sepaha), terus masih hujan juga nah sorenya terjadi lagi sama kaya hari Selasa, rumah saya kena, hancur enggak ada yang tersisa satupun, cuma baju yang saya bawa sebelum mengungsi kemarinnya, perlatan sekolah anak juga enggak ada tersisa, ya sangat menyedihkan,” cerita Yulia dengan mata yang berkaca-kaca.

Relawan Tanggap darurat dari Jakarta juga ikut hadir untuk memberikan dukungan, semangat dan juga bantuan untuk warga kelurahan Kebon Kelapa.

Tetapi baginya tidak ada yang penting selain keselamatan keluarganya dan juga dirinya, beruntung semua anggota keluarganya lengkap dan selamat dalam bencana itu. Baginya rumah hanya harta sementara, tapi keluarga adalah harta terpenting. “Saya hanya pasrah saja, berdoa, yang penting, suami, anak-anak dan saya semua selamat, tidak bisa berkata-kata lagi,” tutur Yulia.

Akibat bencana ini juga anak-anak Yulia menjadi trauma, setiap mendengar air hujan mereka menagais histeris takut kejadian yang menimpa mereka terulang kembali. Sebagai seorang ibu ia ikut terenyuh dan menangis “Enggak tega, mereka selalu tanya ‘mama rumah mana? Mama mau sekolah.’ Saya menjelaskan dengan pelan ‘Rumah kita sudah enggak ada,’ setiap mereka takut dengar hujan saya tenangin ‘ga pa pa, berdoa saja’, ” ucap Yulia sambil terisak.

Yulia hanya berharap semoga secepatnya bisa diberi tempat tinggal sementara, karena anak-anaknya yang masih sekolah dan suaminya yang harus bekerja untuk mencari nafkah.

Brigjen TNI Rudi Saladin M.A Danrem 061/SK juga datang memberi dukungan untuk para pengungsi dan mengucapkan rasa syukur dan terimakasih untuk Tzu Chi dan semua organisasi yang ikut memberi bantuan.


Datang Menyebarkan Kebajikan dan Cinta Kasih

Mendengar kabar di kota mereka terjadi bencana, relawan Tzu Chi komunitas Xie Li Bogor, bekerja sama dengan relawan tim Tanggap Darurat dari Jakarta untuk bisa segera menolong mereka yang ada di pengungsian. Jumat, 14 Oktober lalu relawan datang ke tempat pengungsian warga untuk menyebarkan kebajikan dan kepedulian untuk mereka yang sedang bersedih.

Tzu Chi memberikan bantuan berupa beras 930 kg, minyak goreng 100 liter, mie instan 200 dus, telur 5 boks, tikar 200 pcs, karbol 2 dus, dan paket kontainer + ember sejumlah 55 boks. Bantuan ini di sambut bahagia oleh para pengungsi, mereka bersyukur masih banyak yang peduli bukan hanya memberi bantuan tetapi juga memberi dukungan secara batin yang dapat menguatkan mereka melewati musibah yang sedang mereka lalui.

Elis (kiri) merasa terbantu dengan semua bantuan yang mengalir di tempat pengungsian, ia berharap semua yang memberi bantuan bisa selalu di lindungi Tuhan dan diberikan kesehatan.

Seperti Elis Suryani (54) yang rumahnya tidak jauh dari lokasi bencana juga terkena imbas dari musibah yang terjadi, bagian dapur rumahnya rusak dan beberapa sisi dari rumahnya juga retak. Sementara ia dan keluarganya harus mengungsi. Elis mengaku keadaannya di pengungsian lebih aman walaupun masih belum tenang dan membuatnya susah tidur.

“Selama di sini baik-baik saja cuma saya enggak bisa tidur ya, yang namanya tempat pengungsian, ya saya rasa beban mental, karena saya masih trauma apalagi saya mendengar dan menyaksikan langsung gemuruh itu (tanah longsor),” kata Elis.

Banyak dukungan dan bantuan untuk Elis dan pengungsi lainnya membuatnya semakin bersyukur dan berharap secepatnya bisa segera berlalu, dan rumahnya yang kena dampak bisa segera dirapikan. “Alhamdulillah, saya terima dengan syukur, ini saya buka isinya ada selimut bisa buat badan hangat pas malam, ada alat mandi, sandal juga, makasih banyak ya ini buat bantuannya dari Tzu Chi,” ujarnya.

Yulia dan anak-anaknya sangat senang saat membuka paket bantuan dari Tzu Chi, Yulia sangat bersyukur untuk semua kepedulian yang diberikan untuknya dan para pengungsi lainnya.

Yulia yang menerima bantuan dari Tzu Chi juga sangat bersyukur dan terharu, bantuan ini begitu berarti untuknya dan juga pengungsi lainnya. “Terimakasih untuk Tzu Chi kita sudah diperhatikan, bersyukur sekali dapat bantuan, sangat berguna,” ucap Yulia.

“Syukur Alhamdullilah, semua yang sudah peduli, yang mau membantu, yang memberikan support saya ucapkan beribu-ribu terima kasih, dengan keadaan seperti ini kami sangat membutuhkan bantuan apapupun dan kami sangat bersyukur,” tutur Fatimah.

Relawan Tanggap Darurat komunitas Bogor Agus Mulyadi (kanan), mengatakan walaupun waktunya singkat hanya setengah hari tetapi relawan tetap bersemangat dan sangat penuh hati membantu mereka yang sedang ditimpa musibah.


Relawan Tzu Chi di Xie Li Bogor dan Jakarta berharap kebajikan dan cinta kasih yang sudah disebarkan bisa dapat membantu dan meringankan beban mereka.

“Rasanya sangat tersentuh karena bagaimana pun mereka kehilangan tempat tinggal, ada juga yang kehilangan harta bendanya, pakaian, segala macam. Jadi melihat bukan hanya Tzu Chi tetapi tanggapan dari organisasi lain yang hadir untuk memberi bantuan, saya harap dengan menyalurkan cinta kasih ini bisa sedikit meringankan penderitaan mereka, dengan harapan mereka bisa segera kembali ketempat tinggalnya, memulai kehidupan yang baru,” tutur Agus Mulyadi, relawan Tzu Chi di Bogor.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Bantuan bagi Korban Gempa di Solok Selatan

Bantuan bagi Korban Gempa di Solok Selatan

19 Maret 2019
Widya Kasuma langsung mengkoordinir semua relawan.  Hari itu juga disiapkan sebanyak 40 paket sembako yang berisi beras, roti, serta mie instan DAAI. Sehari kemudian, pada 2 Maret 2019 sebanyak 11 relawan langsung menuju lokasi dan menyalurkan paket sembako tersebut. 
Gempa Palu: Cinta Kasih ini Bukan Kiasan

Gempa Palu: Cinta Kasih ini Bukan Kiasan

24 Oktober 2018

Relawan Tzu Chi memberikan selimut kepada warga di 6 posko pengungsian pada Selasa, 23 Oktober 2018. Relawan Tzu Chi juga mengajarkan para ibu-ibu di pengungsian untuk memasak dan mengolah Nasi Jing Si.


Bantuan Bencana Banjir Desa Jak Luay

Bantuan Bencana Banjir Desa Jak Luay

31 Mei 2022

Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas Xie Li Kalimantan Timur 2 menyalurkan bantuan untuk warga terdampak banjir di Desa Jak Luay, Kecamatan Muara Wahau.

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -