Hidup Penuh Syukur

Jurnalis : Benny Halim, Thjin Hordil Ferdi, Rudi Santoso (He Qi Utara), Fotografer : Benny Halim, Thjin Hordil Ferdi, Rudi Santoso (He Qi Utara)
 

foto
Suryatno (nomor tiga dari kanan) merasa bersyukur atas perhatian relawan Tzu Chi yang telah membersihkan rumahnya selain memberi bantuan pengobatan untuk penyakit diabetes yang dideritanya.

Suryatno, lahir di Tebing Tinggi, Sumatera Utara tahun 1967. Ia merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Pekerjaannya adalah penjual nasi ayam. Karena letak rumahnya berdekatan dengan sekolah maka jualannya pun cukup laris. Namun sekitar 2 tahun lalu kaki kanan Suryatno terluka, dan dari luka yang kecil kemudian menjadi luka yang serius. Awalnya ia tidak menyadari bahwa dirinya menderita diabetes. Ketika lukanya itu diperiksa, dokter juga mengecek darahnya. Dari hasil periksa darah itulah Suryatno divonis menderita Diabetes.

Selama menjalani pengobatan, lukanya bukan sembuh malah semakin menjadi parah, sampai para pelangan nasi ayamnya pun merasa risih membeli jualannya. Omset penjualan menurun drastis sampai pada akhirnya tidak ada satupun pembeli meski sudah buka seharian. Maka Suryatno memutuskan untuk berhenti berjualan.

Menurut Suryatno, kalau dihitung-hitung ia sudah tidak jualan selama 7 bulan. Selama itu pula ia menjalani pengobatan dengan uang hasil tabungannya. Namun lama kelamaan uangnya pun habis. Untuk kehidupan sehari-hari ia mendapat bantuan dari teman-temannya dan kalau tidak cukup ia akan meminta kepada kakaknya yang juga hidup pas-pasan. Sementara itu, lukanya semakin hari semakin serius, membengkak dan membuatnya susah berjalan.

Sekitar awal Juli 2013, ia berobat ke Klinik Wira Ketapang. Setelah menjalani pengobatan sekitar 1 bulan lukanya sempat membaik, nanahnya sudah dikeluarkan semua dan lukanya telah kering. Tetapi apa daya ia kehabisan biaya untuk melanjutkan pengobatan di sana, dan terpaksa merawat sendiri lukanya di rumah. Sesuai anjuran teman, Suryatno memakai daun sirih dan lain sebagainya sebagai obat, tetapi lukanya bukan membaik malah kembali semakin parah, bahkan lebih parah dari sebelumnya karena ia tidak meminum obat diabetes dan tidak dapat mengganti perban lukanya sendiri.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan yang hadir dengan sigap bersama-sama membantu membersihkan seluruh sudut rumah Suryatno (kiri).
  • Benny Halim Shixiong, salah satu relawan Tzu Chi dengan telaten membersihkan kamar mandi dan toilet hingga bersih (kanan).

Uluran Tangan untuk Pengobatan
Melihat kondisi Suryatno yang sudah mulai melemah, seorang teman menganjurkannya untuk meminta bantuan pengobatan ke Yayasan Buddha Tzu Chi. Pada awal September ia ditemani temannya itu mendatangi Kantor Tzu Chi di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara untuk mengajukan permohonan bantuan pengobatan kakinya. Selang beberapa hari, Candy Sun Shijie dan Hui Tjen Shijie melakukan survei ke tempat tinggal Suryatno. Berselang beberapa hari kemudian ia menerima kabar bahwa ia akan mendapat bantuan untuk berobat di RSUD Cengkareng.

Suryatno sangat bahagia menerima kabar ini. Di saat dirinya sudah tidak mampu lagi menjalani pengobatan, ada yang mengulurkan tangan memberi bantuan. Ia pun segera berobat di sana. Namun, setelah sepuluh kali lebih berobat, Suryatno tidak merasakan kemajuan dalam pengobatannya, malah ia merasa semakin sakit. Ia sering demam tinggi dan menggigil. Lukanya pun sudah mengeluarkan aroma tidak sedap. Berat badannya turun dari yang sebelumnya hampir 90 kg menjadi 70 kg.

Akhirnya, menurut dokter yang menangani Suryatno, kakinya harus diamputasi. Mendengar itu ia bagaikan tersambar petir di siang bolong. Dalam hatinya ia menangis dan meronta. Ia tidak ingin kakinya diamputasi. Sejak saat itu ia memutuskan untuk berhenti dan tidak pergi berobat lagi di sana.

Tanggal 3 Oktober 2013, relawan He Qi Utara Hong Mao Hua Shixiong dan relawan lainnya berkunjung ke rumah Suryatno tetapi ia tidak berada di tempat. Kemudian Hong Mao Hua Shixiong meminta relawan melakukan kunjungan kasih ke Suryatno untuk melihat perkembangan pengobatannya dan kondisi kesehatannya. Karena itu, tanggal 7 Oktober relawan Thjin Hordil Ferdi Shixiong kembali menyambangi rumah Suryatno. Dari situlah relawan mengetahui bahwa ia tidak berobat lagi karena takut dokter mengamputasi kakinya. Suryatno pun mengisahkan bahwa kakinya sudah hampir sembuh ketika berobat di Klinik Wira, tetapi karena kehabisan biaya ia terpaksa menghentikan pengobatannya.

Relawan membawa hasil kunjungan itu di rapat komunitas, yang memutuskan untuk memberi bantuan pengobatan lanjutan kepada Suryatno di Klinik Wira. Maka, sejak tanggal 12 Oktober 2013, ia berobat kembali di sana. Relawan selalu menemani Suryatno dalam menjalani pengobatan. Di sana lukanya dibersihkan dan perbannya selalu diganti, sehingga lukanya terlihat bersih tidak seperti sebelumnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Demikian pula dengan Wawa Lie Shijie, membersihkan dapur rumah Suryatno dan mencuci seluruh peralatan dapur yang kotor (kiri).
  • Sebagian relawan menyiapkan makanan vegetarian sesuai aturan diet dari dokter untuk Suryatno (kanan).

Semenjak menjalani pengobatan ini, Suryatno merasa semakin sehat. Demamnya sudah mulai menurun. Walau kadang masih demam tetapi sudah tidak setiap hari. Kadar gula darahnya pun menurun, dan tingkat leukosit/infeksi dalam tubuhnya juga menurun. Minggu pertama menjalani pengobatan, dokter hanya membersihkan luka-luka serta memberi infus untuk membunuh kuman di lukanya. Namun memasuki minggu kedua, dokter mulai memijat kakinya untuk mengeluarkan nanah dan darah beku di dalam lukanya. Suryatno berjuang menahan sejuta rasa sakitnya demi kesembuhan.

Ia pun berkisah pada relawan yang mendampinginya bahwa sebelumnya ia tidak menyadari bahwa kesenangannya mengonsumsi minuman bersoda dan pola makan yang tidak sehat telah menyeret dirinya di ambang maut yang sangat mengerikan. Suryatno benar-benar menyesal karena mengidap sakit yang sangat menyakitkan ini. Namun relawan menghibur bahwa semua ada hikmahnya, dan menyarankan Suryatno untuk ikhlas menerima kondisi agar karma buruknya cepat berlalu. Relawan juga sering bercerita tentang kisah Master Cheng Yen pada Suryatno di sela-sela waktu menunggu antrian dokter. Sampai suatu hari Suryatno berkata, nanti bila ia sembuh ia akan ikut bersumbangsih di Tzu Chi. Saat ini kemajuan pengobatannya sudah makin nyata. Walau belum sembuh total, senyum telah kerap terlihat menghias wajahnya. Ia merasa bahagia dan sangat terharu ada orang yang memperhatikan serta setia menemaninya menjalani pengobatan.

Bersih-bersih Rumah
Saat relawan mengetahui bahwa Suryatno yang sedang sakit ini tinggal sendirian, relawan komunitas He Qi Utara berembuk dengan relawan-relawan dari Hu Ai Jelambar, Angke, Pluit, dan PIK untuk bersama-sama melakukan kegiatan pembersihan di rumah Suryatno. Setelah melakukan rapat, para relawan pun mulai bergerak mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Persiapan perlengkapan ini dilakukan dengan sangat baik oleh Yopita Tjoe dan Aminah Shijie.

Maka pada tanggal 27 Oktober 2013, sebanyak 7 relawan He Qi Utara melakukan kunjungan kasih dan pembersihan tempat tinggal Suryatno. Pagi-pagi relawan telah mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut. Relawan terlebih dahulu ke pasar membeli sayur yang dimasak untuk Suryatno sesuai dengan anjuran dokter. Pada pukul 11 siang, relawan Wawa Lie Shijie, Noer Maghfiroh Shijie, dan Lina Lim Shijie bersama-sama dengan penuh semangat menyiapkan menu untuk Suryatno, dan setelah itu berangkat ke rumahnya. Sekitar pukul 13:30 relawan sampai. Setelah memberi salam dan meminta izin kepada Suryatno, relawan pun dengan cekatan bersama-sama membersihkan setiap ruangan di sana. Benny Halim Shixiong dan Thjin Hordil Ferdi Shixiong langsung membersihkan kamar mandi, sementara Wawa Lie Shijie dan Welly Arianto Shixiong membersihkan dapur dan peralatan makan. Lie Lie Huang Shijie dan Noer Maghfiroh Shijie membersihkan ruang tamu dan pekarangan rumah Suryatno.

Dengan hati penuh cinta kasih dan welas asih, relawan bekerja tanpa pamrih, bahu-membahu, dengan semangat membahagiakan sesama. Tampak relawan sangat bersukacita dalam melakukan kegiatan, seringkali terdengar tawa dan saling melempar canda, dengan bahagia melakukan kewajiban masing-masing dengan senyum menghias wajah. Saat relawan melakukan pembersihan rumah, Suryatno merasa sungkan dan berkata, “Tzu Chi sudah membantu pengobatan saya, sekarang membantu saya membersihkan rumah, saya sangat bersyukur.”

foto  foto

Keterangan :

  • Setelah pekerjaan selesai, seluruh relawan dan Suryatno menyantap makan bersama dengan penuh sukacita dan canda tawa (kiri).
  • Para relawan dengan bersyukur membungkukkan badan mengucapkan terima kasih dan berpamitan kepada Suryatno sebelum meninggalkan rumahnya (kanan).

Dua jam berlalu dan relawan pun telah selesai membersihkan kediaman Suryatno. Wajah ceria terpancar di wajah relawan maupun Suryatno. Seakan rasa lelah hilang saat melihat senyuman Suryatno mengembang di bibirnya. Lalu relawan mengajaknya untuk makan bersama. Suryatno mengatakan bahwa ia ingin makan lesehan di ruang tamu saja, karena jika berjalan ke belakang kakinya nanti sakit. Oleh karena itu relawan segera membawa makanan vegetarian yang telah disiapkan ke ruang tamu. Bersama-sama, semua makan dengan lahap dan sukacita. Rasa satu keluarga terasa sangat kental, sampai-sampai Hansip yang datang karena ditugaskan oleh RT setempat memberikan acungan jempol.

Setelah makan bersama selesai, relawan pun berbincang dengan Suryatno. Mereka memberikan semangat kepada Suryatno dalam menjalani pengobatannya. Walau hidup sendiri, relawan Tzu Chi akan tetap memperhatikan dirinya. Ia pun menyatakan rasa terima kasihnya kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah membantunya, dan menyampaikan bahwa ia sangat kagum atas perhatian para relawan. “Pekarangannya rapi dan bersih dan seluruh ruangan menjadi wangi, saya sampaikan terima kasih pada semua relawan Tzu Chi atas perhatian ini,” ungkapnya.

Thjin Hordil Ferdi yang menjadi koordinator kegiatan bersih-bersih ini mengaku sangat bahagia melihat relawan begitu antusias dalam menjalankan kegiatan kali ini. Ia berharap kegiatan ini akan berkelanjutan. Wawa Lie Shijie selaku Wakil koordinator kegiatan ini mengatakan, “Saya sangat bahagia bisa ikut kegiatan ini. Suasana kekeluargaan membuat saya begitu bersemangat sehingga sedikitpun tidak merasa lelah, sebaliknya saya merasa penuh sukacita.” Hal sama juga diungkapkan oleh Lie Lie Huang Shijie, “Ini pertama kalinya saya ikut kegiatan kunjungan kasih membersihkan rumah Gan En Hu, sehingga pengalaman ini sangat luar biasa bagi saya. Kalau ada kegiatan seperti ini saya akan ikut lagi,” ujarnya penuh semangat.

Nur Maghfiroh Shijie ikut mengungkapkan, “Saya bahagia bisa membuat Gan En Hu tersenyum, saya juga merasa terharu melihat Gan En Hu hidup sendiri dalam keadaan sakit. Dalam hati saya berdoa semoga ia lekas sembuh.” Benny Halim berkata, “Kegiatan seperti ini harus dijalankan berkesinambungan. Bukan hari ini saja sudah selesai, karena kegiatan ini sangat bermanfaat untuk Gan En Hu dan terutama sekali manfaat besar dirasakan para relawan karena kami dapat belajar melayani dan menghargai hal apapun dalam hidup ini.”

Waktu menunjukkan pukul 16:20 saat relawan berpamitan dengan Suryatno. Sebelum melambaikan tangan perpisahan, relawan membungkuk dan mengucapkan “Gan En”, karena Suryatno sudah memberikan kesempatan kepada mereka untuk membersihkan rumahnya. Para relawan Tzu Chi menjunjung tinggi rasa kemanusiaan, tak kenal lelah terus menerus menebarkan cinta kasih. Semoga segera terwujud dunia bebas bencana, bebas derita menuju dunia satu keluarga yang damai dan harmonis.
  
 

Artikel Terkait

A Happy Family Day

A Happy Family Day

17 Desember 2014 Bagi Canny, keberadaan keluarga sangat penting artinya. Kadang-kadang bila teman ajak keluar, Canny akan berpikir dulu apakah penting, kalau tidak begitu penting maka ia akan memilih menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya saja. Dan ia sangat suka menjalani kebersamaan itu.
Suara Kasih: Terampil Mendaur Ulang

Suara Kasih: Terampil Mendaur Ulang

09 Juli 2011
Para relawan daur ulang sangat mengasihi bumi dan menghargai apa pun. Cinta kasih mereka dapat merangkul seluruh dunia ini beserta dengan isinya. Inilah yang disebut dengan hati seluas jagat raya, yakni cinta kasih  yang melingkupi seluruh dunia.

"Ayoo…, Menjadi Pahlawan"

23 Mei 2013 Tapi untuk menjadi seorang pahlawan cukup dengan hati yang tulus dan peduli terhadap sesama, seperti yang diselenggarakan oleh segelintir jiwa muda yang peduli akan nasib antar sesama.
Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -