Relawan membagikan bibit tabebuya, mangga, durian, dan alpukat kepada para Gan En Hu.
Bumi bukan hanya sekadar tempat kita tinggal, tapi juga rumah yang menyediakan segala kebutuhan hidup, dari udara yang kita hirup, air yang kita minum, hingga sumber daya alam yang menopang kesejahteraan manusia. Dalam era modern ini, bumi menghadapi ancaman serius seperti deforestasi, polusi, perubahan iklim, dan penurunan keanekaragaman hayati. Sebagai makhluk yang menempati planet ini, sudah sepatutnya kita bertanggung jawab untuk menjaga dan merawatnya. Merawat bumi bukan sekedar panggilan hati, namun perlu tindakan nyata yang harus kita wujudkan bersama.
Menyadari pentingnya pelestarian lingkungan, komunitas relawan Tzu Chi di Hu Ai Perintis di Medan mengadakan edukasi pelestarian lingkungan pada kegiatan “Kepulangan Anak Asuh dan Gan En Hu Penerima Bantuan Rutin” yang digelar di Kantor Tzu Chi Medan, Jalan Perintis Kemerdekaan, Komplek Grand Jati Junction, Minggu 5 Oktober 2025.
Kegiatan ini mengajak para relawan serta Gan En Hu untuk menjaga bumi dengan menanam pohon di rumah masing-masing. Bibit pohon seperti tabebuya, trembesi, mangga, durian, dan alpukat dibagikan kepada relawan dan Gan En Hu yang bersedia menanam di rumah masing-masing. Bibit tanaman tersebut diperoleh dari kerjasama dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Wampu, Sei Ular, Medan. Dukungan dari BPDAS dalam penyediaan bibit jadi contoh nyata sinergi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.
Bibit-bibit pohon hasil kerja sama dengan BPDAS Wampu Sei Ular menjadi simbol kepedulian lingkungan.
Seorang Gan En Hu dengan antusias menerima bibit pohon untuk ditanam di rumah masing-masing.
Materi sesi pertama dibuka dengan edukasi mengenai pohon oleh Sani Husiana. Dalam sesi ini para peserta diajak untuk lebih memahami dampak positif dari menanam pohon seperti menjaga kualitas udara, mencegah erosi tanah, hingga memberikan sumber pangan dan penghidupan. Peserta tak hanya diajak menanam, tetapi juga diajak menjaga, merawat, dan mencintai tanaman.
“Memang dari semua bibit, bibit tabebuya adalah yang paling kecil, tetapi saat tumbuh tanaman itu bisa menjadi sangat besar dan sangat indah seperti bunga Sakura,” kata Sani Husiana.
Sri Agustini, salah satu peserta sangat senang bisa mendapatkan bibit mangga sambung untuk ditanam di halaman rumah. “Harapan saya keluarga bisa makan mangga hasil dari tanaman sendiri,” katanya sambal tersenyum.
Lina Lumbini memaparkan cara membuat Eco Enzyme dari limbah dapur.
Sesi kedua tidak kalah menarik, dibawakan oleh Lina Lumbini tentang pemanfaatan Eco Enzyme untuk tanaman. Eco Enzyme diperoleh dari hasil fermentasi limbah organik dapur seperti kulit buah dan sayur yang dicampur dengan gula dan air dengan perbandingan tertentu. Eco Enzyme dapat dimanfaatkan untuk pembersih rumah tangga dan juga untuk menyuburkan tanaman.
Selaras dengan materi yang disampaikan, disajikan pula buah-buahan lokal seperti nanas, bengkuang, manga, dan timun sebagai camilan sehat untuk para peserta, kemudian disampaikan bahwa kulit buah-buahan yang disajikan tersebut bisa dibuat sebagai Eco Enzyme. “Dengan membuat Eco Enzyme, kita dapat mengurangi sampah rumah tangga, menjaga kesuburan tanah dan juga mendukung gaya hidup nol sampah,” terang Lina Lumbini.
Penampilan isyarat tangan “Dunia yang Bersih” mengajak para Gan En Hu untuk peduli terhadap bumi.
Acara juga menampilkan isyarat tangan “Dunia yang bersih” yang dibawakan tim relawan. Melalui penampilan isyarat tangan bisa menyampaikan pesan yang mudah diingat dalam mengajak peserta agar lebih peduli terhadap bumi. Selain itu pada sesi yang lain, para Gan En Hu juga diberi kesempatan untuk tampil memperagakan isyarat tangan “Satu Keluarga” di depan panggung. Mereka memperagakan isyarat tangan “Satu Keluarga” dengan baik.
Untuk menambah kebersamaan relawan dengan para Gan En Hu, acara dilanjutkan dengan games dan kuis mengenai materi yang disampaikan. Pada sesi kuis, peserta diminta bercerita mengenai Tzu Chi. Salah satu peserta yang merupakan Anak Asuh Tzu Chi, Matthew Gideon C Panjaitan dapat menceritakan tentang Tzu Chi dengan lengkap dan dapat menjelaskan Sejarah berdirinya Tzu Chi. “Tzu Chi sudah masuk lebih dari 60 negara, dan masuk ke Indonesia tahun 1993, memiliki 4 misi utama misi amal, kesehatan & budaya humanis,” ujarnya.
Suasana ceria saat para Gan En Hu mengikuti kuis dan permainan edukatif tentang lingkungan.
Menjaga kelestarian lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga tertentu, tetapi tugas kita bersama. Salah satu langkah sederhana namun berdampak besar adalah menanam pohon. Pohon tidak hanya memperindah lingkungan, tapi juga memberikan oksigen, menyerap polusi, dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Pohon-pohon ini kelak akan menjadi saksi bisu bahwa kita pernah peduli. Mereka akan tumbuh, menjulang, dan berbicara kepada dunia bahwa di masa lalu, pernah ada manusia-manusia yang tidak hanya berpikir untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk bumi, dan untuk esok yang belum lahir.
Master Cheng Yen dalam ceramahnya pernah menyampaikan bahwa, “Kita benar-benar harus memiliki keyakinan pada umat manusia. Meskipun manusia telah merusak lingkungan, kita harus yakin bahwa manusia juga dapat menyelamatkan bumi.”
Editor: Khusnul Khotimah