Ikhlas dari Hati

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto, Dok. Pribadi
 
 

fotoMayanti Pardede tampak menunjukkan foto dirinya saat belum mengalami kecelakaan. Meski, belum bisa sembuh total, Mayanti tetap bersyukur dapat kembali siuman dari koma panjangnya dan menghirup kembali indahnya dunia.

Malam itu, tanggal 10 Desember 2009 pukul 20.00 WIB, Mayanti Pardede (27) baru pulang dari bank tempat ia bekerja. Baru saja ia turun dari KWK 03 (mobil angkutan penumpang-red) yang ditumpangi dan KWK itu pun belum jauh beranjak dari tempat ia berdiri, sekonyong-konyong sebuah sepeda motor yang ditunggangi seorang pemuda langsung menabraknya. Brak! Akibat ditabrak, Mayanti terjatuh, terlempar, dan langsung tak sadarkan diri. Darah pun bercucuran dari kepalanya.

Sopir KWK 03 yang melihat Mayanti ditabrak sepeda motor segera berhenti dan bersama dengan warga sekitar membawanya ke Klinik Pengobatan Sejahtera. Di sana, luka di kepala Mayanti dijahit, namun karena luka sudah sedemikian parah, ia pun dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, Jakarta Timur. Di rumah sakit ini, lagi-lagi karena keterbatasan fasilitas, Mayanti tak bisa ditangani. Maka di pagi harinya, berbekal rujukan asuransi dari bank kantor Mayanti bekerja, ia segera dirujuk ke Rumah Sakit Harapan Bunda Jakarta.

Di rumah sakit ini, pada pukul 12.00 WIB, Mayanti kemudian menjalani operasi. Saat itu, dokter yang mengoperasi sudah memberitahukan pihak keluarga bahwa harapan Mayanti untuk kembali sadar bahkan sembuh sangatlah kecil. “Kalaupun nanti siuman, pasti akan ada kelainan di Mayanti,” ujar M Tobing (ibu dari Mayanti). Enam jam kemudian Mayanti keluar dari ruang operasi dan segera ditempatkan di ruang gawat darurat, tetap dalam kondisi tak sadarkan diri.

foto  foto

Ket : - Berkat Riyana, Mayanti akhirnya berjodoh dengan Tzu Chi. Dari Tzu Chi, Mayanti mendapatkan bantuan             pengobatan berupa biaya obat-obatan yang diperlukan.(kiri)
        - Tanpa adanya kehadiran seorang kepala rumah tangga karena telah meninggal dunia, M Tobing             (duduk no 2 dari kiri) berjuang ekstra keras menyembuhkan Mayanti. Usahanya itu tidak sia-sia karena             kini Mayanti telah menghirup udara kehidupan kembali. (kanan)

Buah dari Memaafkan
Siapa yang tidak marah, benci, bahkan mungkin dendam jika anak atau saudara kita yang sangat kita cintai terancam kehilangan nyawa karena ditabrak orang yang lalai dalam berkendaraan di jalan, apalagi si pengendara itu melakukannya dalam kondisi mabuk. Hal lain yang makin membuat miris adalah si pengendara itu ternyata masih dalam satu rukun warga (RW) dengan M Tobing. Sebagai korban, tentu sudah sepatutnya Mayanti mendapatkan bantuan secara penuh dari pelaku yang menabraknya, namun beribu alasan disampaikan oleh keluarga pelaku, salah satunya adalah kondisi ekonomi yang terbatas meski menurut pendapat para tetangga pelaku keluarga tersebut sebenarnya tergolong keluarga mapan.

Meski mendapat perlakuan demikian, M Tobing dan keluarga tidak menaruh dendam ataupun menuntut lebih kepada si pelaku. Mereka bahkan memaafkan si pelaku dan berharap anak mereka Mayanti yang terbaring kritis di ruang gawat darurat dapat segera siuman. Satu bulan di rumah sakit, Mayanti akhirnya siuman dari komanya. Saat pertama kali siuman, yang bisa dilakukan Mayanti hanya bertanya, “Kenapa saya ada di sini?”  Berkat doa, dan simpati banyak orang, serta sikap ikhlas untuk memaafkan perbuatan pelaku, Mayanti akhirnya sadar dari koma panjangnya.

Dukungan Banyak Pihak
Saat Mayanti kecelakaan apalagi masuk di ruang gawat darurat, M Tobing sebetulnya sangat khawatir dengan biaya pengobatan yang pasti sangatlah besar, namun berkat dukungan banyak pihak, biaya pengobatan yang jika dihitung berkisar ratusan juta rupiah itu ternyata dapat mereka atasi. “Tadinya rumah ini sudah siap untuk dijual, bahkan HP juga sudah siap. Beruntung berkat dukungan banyak orang. Semua tidak ada yang dijual,” kata M Tobing lagi.

foto  foto

Ket : -Inilah kondisi Mayanti di Rumah Sakit Harapan Bunda Jakarta. Lebih dari 1 Minggu Mayanti tak             sadarkan diri di ruang gawat darurat. (kiri)
         - Ini adalah foto pada saat Mayanti masih sehat dan bugar. (kanan)

Salah satu dukungan yang hadir berasal dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Menurut Riyana, kakak dari Mayanti dukungan itu datang saat Mayanti membutuhkan dana untuk menebus obat yang diperlukan. Saat itu kondisi Mayanti telah sadar dari komanya, namun untuk memulihkan kondisinya kembali masih banyak obat-obatan yang harus ditebus. Jodoh baik itu berawal saat Riyana bertemu dengan Ike, teman pelayanannya di gereja. Kebetulan Ike ternyata adalah tetangga dari Susilo, seorang relawan Tzu Chi di He Qi Utara. Maka Susilo yang mengetahui keadaan Mayanti segera mengurus segala sesuatunya. Dari mengurus surat-surat yang diperlukan, hingga mendampingi M Tobing di rumah sakit. “Ibu Susilo sangat membantu kami,” kata Riyana.

Usai survei dan rapat relawan, Mayanti kemudian diputuskan mendapatkan bantuan dana untuk menebus obat-obatan yang diperlukan. “Sangat bersyukur sekali karena Tzu Chi yang sebelumnya tidak kami kenal sama sekali malah memberikan bantuan,” ucap M Tobing. Tidak hanya itu, M Tobing dan keluarga pun menyadari akibat musibah ini, mereka kini dapat lebih bersyukur dan melihat bahwa saudara itu ada di mana-mana. “Banyak dari mereka yang tidak kami kenal malah membantu kami,” tutur Riyana. Satu hal lain yang sangat membuat mereka kagum adalah sikap tulus atasan Mayani yang merelakan uang tunjangan hari Natalnya untuk membantu Mayanti.

Mayanti Saat Ini
Mayanti kini sudah sadar dan dapat beraktivitas meski tidak seperti dahulu. Akibat kecelakaan itu, ia kini jadi mudah lupa. Bahkan kaki dan tangan kirinya pun seperti tak bertenaga. Jika berjalan, ia kerap harus dipandu orang lain. Menurut M Tobing, akibat operasi di kepalanya, Mayanti kini tidak seperti dahulu. “Dokter memang bilang pasti akan terjadi kelainan pasca operasi,” kata M Tobing.

Meski begitu, M Tobing dan keluarga tetap ikhlas menerima kondisi Mayanti. Apalagi Mayanti pun tidak kehilangan semangat dengan kondisi yang dialaminya. Satu yang masih menjadi harapan Mayanti adalah kembali bekerja seperti dahulu. Hingga bulan Juli ini, Mayanti akan tetap menerima gaji seperti biasa, walau ia tak bekerja di sana. Sebuah kebijakan yang sepatutnya ditiru oleh perusahaan lain. Hingga kini, M Tobing dan keluarga pun tetap berdoa dan berharap semoga Mayanti dapat kembali pulih seperti sedia kala.

  
 
 

Artikel Terkait

Keceriaan Anak-anak di Depo Pelestarian Lingkungan

Keceriaan Anak-anak di Depo Pelestarian Lingkungan

30 Juni 2016
Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Medan kehadiran tamu istimewa, anak-anak dari Chloe Learning Centre. Mereka datang untuk mengenal pelestarian lingkungan.
Melawan Rasa Takut untuk Mendonorkan Darah

Melawan Rasa Takut untuk Mendonorkan Darah

25 November 2015

Sabtu, 21 November 2015, relawan Tzu Chi Komunitas Kebon Jeruk kembali bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) melakukan kegiatan donor darah yang rutin diadakan setiap tiga bulan sekali. Kegiatan ini bertempat di kantor RW 06, Kelurahan Bojong, Kecamatan Rawa Buaya.

Di Tengah Kepasrahan

Di Tengah Kepasrahan

09 September 2013 Melihat perjuangan Turima yang begitu gigih dan teguh dalam menghadapi keterbatasan-keterbatasan, dan memperjuangkan nafkah bagi dirinya dan Sani.
Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -