Jing Si Talk: Bakti Kepada Guru

Jurnalis : Dina (He Qi Utara), Fotografer : Dina (He Qi Utara)
 

fotoBeberapa relawan juga menceritakan pengalamannya selama menjadi relawan Tzu Chi.

“Kehidupan akan terasa damai apabila kita mampu menerima segala hal yang terjadi dengan lapang dada dan menyelesaikannya dengan hati yang tenang”. (Master Chen Yen).


Minggu, 13 Maret 2011, untuk kedua kalinya Jing Si Talk diadakan di Jing Si Books and Café Pluit, Jakarta Utara. Jing Si Talk diadakan setiap bulan sekali, dimana kali ini pembicara yang diundang adalah Yabin Yap dari Daai TV. “Bakti Kepada Guru” adalah tema sharing yang dibawakan oleh Yabin kepada 35 orang relawan Tzu Chi.

Ajaran Jing Si dari Master Chen Yen berlandaskan Sutra Bunga Teratai dari Mazhab Mahayana. Jadi sebelum mengurai lebih banyak mengenai bakti kepada guru, Yabin mengajak para relawan Tzu Chi untuk memahami filosofi ajaran Mahayana yang mendasar, karena dengan filosofi inilah baru dapat memahami makna dari guru yang sebenarnya. Dalam salah satu sutra, Buddha bersabda, “Bentuk adalah kosong, kekosongan itu sendiri adalah bentuk. Bentuk adalah tidak lain dari kekosongan, kekosongan adalah tidak lain dari bentuk”. Berdasarkan sabda tersebut Yabin berkata, “Konsep kekosongan (sunya) diibaratkan seperti udara, udara adalah kosong tidak terlihat tetapi sesungguhnya ada”. Yang dimaksud kosong di sini bukanlah tiada sesuatu apapun, tetapi kosong berarti kondisi hati nurani yang bebas leluasa tidak terikat pada kemelakatan. Kepemilikan dan keakuan yang begitu kuat, dengan segala bentuk penderitaan, permasalahan, perselisihan dan pertengkaran yang berakar dan bertumpu pada “aku”, yang dapat menciptakan sekat-sekat perbedaan di antara manusia, namun pada dasarnya “aku” adalah kosong.

foto  foto

Keterangan :

  • Yabin Yap saat menjelaskan tentang kekosongan dalam agama Buddha. (kiri)
  • Bedah buku yang dihadiri oleh relawan dan masyarakat umum menjadi sangat menarik ketika membahas Sutra. (kanan)

Menurut Yabin, dalam konsep kekosongan ini ada 2 jenis kebenaran: kebenaran yang relatif (duniawi) dan kebenaran absolut (hakiki). Kebenaran relatif berhubungan dengan kelima indera manusia dan adanya pemahaman dualisme dunia. Sedangkan pemahamam kebenaran hakiki adalah dengan hati nurani yang bebas leluasa, kita meihat dunia dan segala isinya sebagai bentuk yang kosong dan fana. Maka tiada satu pun kemelekatan yang dapat mengikat kita, ”aku” yang sejati ada dalam diri kita, yaitu hati nurani.

Ajaran Jing Si dari Master Cheng Yen bersumber dari konsep kekosongan dan 2 jenis kebenaran ini. Master sering mengatakan “Hakikat pikiran kita dengan Buddha adalah sama”. Buddha juga memiliki kemelekatan, tetapi Buddha menginsafi konsep kekosongan bahwa segala sesuatu itu adalah fana (tidak kekal). Menggunakan wujud dan rupa untuk mencapai kesadaran, itulah bedanya manusia dengan Buddha.

Ajaran Jing Si dalam pemahamam kebenaran relatif mengajarkan kita agar segala sesuatu yang merugikan, menyakiti orang lain harus dihindari, sedangkan segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan, kebahagiaan harus dilakukan, maka di dalam Tzu Chi terdapat 10 sila.

Sedangkan untuk kebenaran absolut, Master Cheng Yen juga mengatakan, “Orang yang memberi bantuan pada hakikatnya adalah kosong, orang yang menerima bantuan pada hakikatnya juga kosong, dan dana yang diberikan juga kosong.” Master ingin mengajak kita agar tidak terjebak pada kemelekatan, keakuan, dan keegoisan. Jika memahami konsep kekosongan ini maka pada saat kita memberi bantuan, baik secara materi maupun tenaga, hati nurani adalah biasa dan wajar tidak merasa diri yang paling hebat, sehingga apapun yang dihadapi hati tetap bahagia. Maka semua kemelekatan dan keakuan akan sirna. Inilah realisasi dari hakikat kekosongan.

foto  foto

Keterangan :

  • Jing Si Talk menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas batin para relawan. (kiri)
  • Sebelum acara ditutup, para relawan terlebih dahulu berdoa untuk kesehatan dan keselamatan Master Cheng Yen. (kanan)

Suasana Jing Si Talk semakin seru, para relawan yang hadir mulai memberikan pendapatnya masing-masing mengenai sharing Dharma yang memerlukan pemahaman yang cukup dalam ini. Agar dapat menemukan seorang guru sejati dalam kehidupan ini, Yabin mengatakan seorang guru harus memiliki 2 kualitas selain mempunyai pemahaman akan ajarannya, yaitu harus memiliki kebijaksanaan dan welas asih. Namun ada beberapa tahap untuk menemukan seorang guru, yaitu tahap awal kita harus mahir memeriksa guru, di pertengahan secara mandiri mengikutinya, di tahap akhir secara mahir mencontoh realisasi dan perbuatannya.

Yabin mengatakan Master Cheng Yen adalah seorang yang telah menginsafi makna dari kekosongan yang dilandasi oleh welas asih. Pada saat mendirikan Tzu Chi yang ada di pikiran Master adalah bagaimana cara agar dapat menolong orang lain lebih banyak tanpa membedakan agama, ras dan suku bangsa, karena di dalam hati Master Cheng Yen semua makhluk di dunia adalah satu keluarga. Kita sebagai muridnya haruslah meneladani, mempraktikkan, dan yakin akan ajaran Master Cheng Yen. Ini adalah bakti kita yang paling besar kepada seorang guru di Tzu Chi, yaitu Master Chen Yen. Budi jasa seorang guru lebih besar di banding dengan seorang Buddha. Jika setiap manusia dapat menginsafi makna dari kekosongan yang dipadukan dengan kebijaksanaan dan welas asih secara sempurna, dan menjadikan hati nurani sebagai pengendali dalam diri, maka terciptalah dunia yang rukun, harmonis dan damai sentosa, itulah bakti terbesar kita kepada Master Chen Yen.

  
 

Artikel Terkait

Perayaan Natal Bersama di Distrik Andei

Perayaan Natal Bersama di Distrik Andei

18 Desember 2018

Bertempat di halaman SD dan SMP 1 Atap Distrik Andei, Tzu Chi Biak mengadakan perayaan Natal Bersama masyarakat di empat kampung sekitar sekolah, Sabtu 15 Desember 2018.

“Menebar Benih Cinta Kasih di Rusun Marunda”

“Menebar Benih Cinta Kasih di Rusun Marunda”

19 September 2013 Meja serta bangku kayu yang tersusun rapi membentuk barisan, agar warga penerima beras dapat mengikuti alur untuk menerima beras cinta kasih dengan tertib.
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -