Kamp Budaya Humanis Zhen Shan Mei Sumut 2025: Mewariskan Kebenaran, Kebajikan, dan Keindahan

Jurnalis : Liani, Mellisa Sim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Liani, Lily Hermanto, Elisa Intan (Tzu Chi Medan)

Januar, salah seorang pelopor Zhen Shan Mei di Tzu Chi Medan menjelaskan makna dari Zhen Shan Mei.

Zhen Shan Mei (ZSM) Sumatera Utara sukses menyelenggarakan Kamp Budaya Humanis Zhen Shan Mei Sumut 2025 dengan tema Mewariskan Kebenaran, Kebajikan, dan Keindahan. Kegiatan yang berlangsung di Kantor Tzu Chi Medan pada 7–8 Juni 2025 ini diikuti oleh 67 peserta dari berbagai kota seperti Aceh, Bireuen, Medan, Tebing Tinggi, Tanjung Balai, dan Pematang Siantar.

Didukung oleh 35 panitia, 36 relawan komite, serta 5 relawan TIMA (total 102 orang), kegiatan ini bertujuan memperkenalkan budaya humanis dan menanamkan nilai Zhen (Kebenaran), Shan (Kebajikan), dan Mei (Keindahan) dalam kehidupan sehari-hari. Para peserta juga dibekali keterampilan dokumentasi, baik dalam bentuk tulisan, foto, maupun video, guna merekam setiap momen dalam kegiatan komunitas Tzu Chi.

Jusni Lina (kiri) memaparkan budaya humanis Tzu Chi yang penuh keindahan, ada seni menyeduh teh, seni merangkai bunga dan isyarat tangan. Yenny Waty (kanan) menampilkan seni menyeduh teh Jing Si.

Stephen Ang, via Zoom dengan materi Foto Mengabadikan Jejak Kebaikan Tzu Chi.

Acara dibuka pada Sabtu siang, 7 Juni 2025, dengan doa bersama yang khidmat. Sesi pertama diisi oleh Januar Tambera, pelopor ZSM Medan sejak 1990-an. Ia mengisahkan sejarah terbentuknya Zhen Shan Mei dan peran vital dokumentasi dalam menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan.

"Menulis artikel tidak sulit," ujarnya. "Selama seseorang bisa berbicara dan menulis, maka ia bisa menuliskan apa yang ia pikirkan. Asalkan tulisan itu berkaitan dengan hal yang nyata (Zhen), maka tulisan itu bisa dipahami dan bermakna."

Januar juga menjelaskan bagaimana tim penulis Tzu Chi pertama kali terbentuk pada 15 Oktober 1989, yang kemudian berkembang menjadi tim dokumentasi 3-in-1 (penulis, fotografer, videografer) pada 2003. Pada 2004, tim ini resmi mengemban nama Zhen Shan Mei, dengan makna mendalam: Zhen (Kebenaran): Menampilkan kenyataan secara jujur melalui gambar. Shan (Kebajikan): Menuliskan kisah tentang hati yang baik dan tindakan mulia. Mei (Keindahan): Menggabungkan tulisan dan gambar menjadi karya budaya yang menginspirasi.

Elin Juwita menguraikan tentang Cara Menulis Artikel yang Menyentuh Hati.

Dipandu Budi Dharmawan, peserta mengikuti malam keakraban yang di selingi dengan permainan penuh suka cita.

Sesi kedua dibawakan Jusni Lina yang menekankan pentingnya budaya humanis sebagai wujud nilai kepribadian dan tata krama. Melalui seni menyeduh teh, merangkai bunga, dan isyarat tangan, peserta diajak memahami makna ketulusan, keindahan amal, dan komunikasi tanpa kata. Peragaannya ditampilkan oleh Yenny Waty (seni menyeduh teh), Hui Mei (merangkai bunga), Sufinah dan tim isyarat tangan (gerakan tangan yang bermakna kasih).

Adapun materi ketiga disampaikan oleh Stephen Ang dari He Xin ZSM Tzu Chi Jakarta secara daring, bertema Foto: Mengabadikan Jejak Kebaikan Tzu Chi. Ia mengajarkan teknik dan filosofi pengambilan foto yang menyentuh hati. “Sebuah foto bisa mengubah hidup seseorang,” ucapnya. “Kita harus peka terhadap momen karena ekspresi tak bisa diulang.”

Sesi penutup hari pertama dibawakan oleh Elin Juwita dengan materi “Menulis Artikel yang Menyentuh Hati.” Ia menekankan pentingnya persiapan, pemilihan judul yang singkat, serta kedekatan dengan narasumber. “Setiap orang bisa menulis. Jangan remehkan diri sendiri,” tutupnya penuh semangat.

Drg Yumira (kanan) mendapat banyak ilmu di kamp ini, terutama tentang budaya humanis.

Hui Mei menampilkan seni merangkai bunga. Dalam merangkai bunga, kita belajar untuk mengembangkan rasa bersyukur, hormat dan cinta kasih.

Malam harinya, acara dilanjutkan dengan Malam Keakraban, dipandu Budi Dharmawan. Peserta diajak bermain secara berkelompok dengan hadiah menarik dari panitia, membangun keakraban dan kebersamaan.

Salah satu peserta, drg. Yumira, yang tergabung dalam tim medis Tzu Chi atau TIMA sejak 2020 turut mengikuti kamp ini. Ia mengungkapkan rasa syukur dan kekagumannya terhadap budaya ZSM.

"Selama kamp, saya belajar bagaimana relawan ZSM dapat menangkap momen yang tidak dilihat oleh orang lain merekam kebenaran, kebajikan, dan keindahan yang akan abadi dalam sejarah. Terima kasih atas kesempatan ini. Saya berharap bisa mempraktikkan apa yang saya pelajari dan menginspirasi relawan lain untuk bergabung."

Isyarat tangan lagu “Qing Shan Wu Zheng, yang artinya gunung hijau yang damai tanpa perselisihan dibawakan oleh Sufinah dan tim isyarat tangan.

Peserta kamp dan para narasumber menerima souvenir usai rangkaian acara selesai.

Liani, selaku Koordinator Kegiatan dan Korbid ZSM He Qi Jati Medan, menyampaikan rasa haru atas kelancaran acara. “Semoga camp ini memperluas wawasan peserta dan melahirkan tunas-tunas baru relawan ZSM. Kita menjadi mata dan telinga Master, merekam setiap kegiatan Tzu Chi dan menampilkan nilai-nilai humanis yang dapat menginspirasi dunia,” ungkapnya penuh harapan.

Seperti Pesan Cinta dari Master Cheng Yen bahwa, “Dalam setiap catatan tentang pelayanan kasih, tertulis jejak hati yang tak lekang oleh waktu. Seperti kunang-kunang dalam kegelapan, setiap kisah kebaikan yang kita abadikan akan memancarkan cahaya kecil cukup untuk menuntun orang lain menyalakan lentera harapan. Maka, tulislah sejarah penyebaran cinta kasih Tzu Chi dengan penuh keikhlasan; biarkan catatan itu menjadi obor bagi generasi selanjutnya, menjadi kunang-kunang Zhen Shan Mei yang menginspirasi dunia.”

Semoga semangat Mewariskan Kebenaran, Kebajikan, dan Keindahan terus hidup dalam setiap langkah relawan Zhen Shan Mei Tzu Chi Sumatera Utara — membawa harmoni dan cahaya bagi sesama.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Gathering Relawan Zhen Shan Mei

Gathering Relawan Zhen Shan Mei

27 Juli 2015 Selain menyampaikan ilmu yang didapatkan selama training, mereka juga tidak lupa menceritakan kenangan-kenangan lucu selama di sana, baik iklim yang berbeda dengan Indonesia dan juga pengalaman para relawan Zhen Shan Mei Taiwan yang sangat memotifasi para relawan Zhen Shan Mei Indonesia.
Belajar tanpa Henti Sampai Jadi Ahli

Belajar tanpa Henti Sampai Jadi Ahli

30 April 2025

Kelas belajar online relawan Zhen Shan Mei memberikan pendampingan intensif bagi para relawan untuk mengasah keterampilan mereka dalam membuat video dokumentasi. Dengan pembelajaran yang berkelanjutan, peserta diajak untuk terus berlatih hingga mahir.

Setiap Relawan Bisa Jadi Zhen Shan Mei

Setiap Relawan Bisa Jadi Zhen Shan Mei

03 Juni 2025

Kelas belajar memotret dengan ponsel bersama relawan Tzu Chi bukan hanya mengasah keterampilan fotografi, tapi juga menyentuh sisi kemanusiaan. Kegiatan digelar di ruang kelas Budaya Humanis Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.

Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -