Kasih Untuk Opa-oma Panti Jompo

Jurnalis : mettayani (Relewan Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Hoon Tai Peng (Relewan Tzu Chi Pekanbaru)
 
 

foto
Guna membuka wawasan dan pandangan Kami atas kehidupan nyata di Panti Jompo, tim Pendidikan mengajak Kami melakukan kunjungan kasih ke opa-oma di Panti Jompo pada hari Minggu tanggal 25 November 2012 lalu.

Panti Jompo…… Ketika kata-kata ini diucapkan, hati ini terasa pilu membayangkan kondisi opa-oma yang dengan segala keterbatasan fisik  dititipkan oleh keluarga di sana dan mereka harus berjuang agar tetap bertahan hidup dengan saling membantu satu dengan yang lainnya. Badan yang mulai sakit-sakitan dan ngilu akibat rematik akut dan usia tua, mata rabun karena katarak, kaki lumpuh akibat stroke dan rematik akut menjadi pemandangan yang memilukan hati ini. Kenapa semua ini terjadi? Justru Saat-saat inilah mereka membutuhkan belaian kasih sayang dari anak cucu sebagai keluarga terdekat mereka. Namun semua harapan dan impian sirna saat mereka dibawa ke Panti Jompo dan ini menjadi momok dalam hidup mereka dengan perasaan terbuang dari keluarga.

Di Dunia Tzu Chi yang menjunjungi tinggi Xiao Shun atau Berbakti, sangat tidak menyarankan untuk menitipkan orangtua, opa-oma kita ke Panti Jompo di usia senja mereka. Dapat berkumpul dengan anak cucu baik dalam suka maupun duka adalah menjadi kebahagian tak terhingga bagi opa-oma. Justru kita harus memanfaatkan lahan berkah ini sebagai rasa wujud bakti kita kepada opa, oma.

Guna membuka wawasan dan pandangan Kami atas kehidupan nyata di Panti Jompo, Tim Pendidikan mengajak Kami melakukan kunjungan kasih ke opa-oma di Panti Jompo pada hari Minggu tanggal 25 November 2012 yang lalu. Semua begitu antusias dan semangat karena sebagian besar baru pertama kali berkunjung ke Panti Jompo. Kunjungan ke Panti Jompo ini merupakan kegiatan outdoor pertama mereka di tahun ajaran ini dan umumnya mereka lebih menikmati pembelajaran yang langsung menyentuh kehidupan nyata.

Waktu hampir menunjukkan pukul 1 siang, semua Kami sudah berkumpul di Kantor Tzu Chi. Seperti biasa, Sandro Ruberto, memimpin untuk melakukan penghormatan kepada Master Chng Yen yang merupakan wujud syukur kepada Master yang telah menciptakan dunia Tzu Chi. Sebelum berangkat ke Panti Jompo Kami diberikan arahan atas sikap yang harus dijaga selama di Panti Jompo. Dan untuk memudahkan pengaturan, kami dibagi menjadi 2 group, yaitu tim yang memberikan hiburan & tim pemerhati. Tim hiburan akan bercekrama dengan opa-oma di ruang serba guna panti dengan memberikan pijitan hangat kepada opa-oma, bernyanyi bersama, dan mendengarkan kisah-kisah heroik opa-opa bekas pejuang. Tim pemerhati akan mengunjungi kamar-kamar opa-oma dan memapah atau membawa mereka dengan kursi roda ke ruangan serba guna untuk berkumpul dan bergembira bersama cucu-cucu yang datang berkunjung bersama opa-oma yang lain.

Melihat kedatangan kami, terlihat beberapa opa-oma yang masih kelihatan sehat dan bisa berjalan sudah langsung berkumpul di ruang serba guna yang biasa digunakan untuk baksos pengobatan Tzu Chi Setiap bulannya. Kunjungan kali ini hanya berupa kunjungan kasih dan buah tangan yang dibawa berupa roti, biskuit, balsam, minyak angin, minyak gosok, dan lain sebagainya. Untuk mengawali kunjungan kasih ini kami kemudian menyanyikan lagu “Satu-satu aku sayang Ibu, namun versi yang diubah liriknya menjadi, satu satu kami sayang oma, dua dua juga sayang opa, tiga-tiga sayang oma opa, satu dua tiga sayang semuanya”. Kami bernyanyi dengan riang,  oma-opa pun terlihat senang.

foto  foto

Keterangan :

  • Bagai keluarga sendiri, Sandro dan Aprilia menyuapi oma untuk makan roti dan minum (kiri).
  • Violinsky dan Jean Eric memijit dan memberikan minyak gosok untuk opa untuk mengurangi rasa pegal yang dirasakannya (kanan).

Wah, rupanya opa-oma mengira kedatangan Tzu Chi kali ini untuk mengadakan baksos pengobatan. Dan ada beberapa opa-oma yang datang dengan keluhan penyakit tua mereka, kepala pusing, kaki rematik dan lain. Namun setelah dijelaskan tujuan kedatangan Tzu Chi kali ini mereka pun menyambut gembira kedatangan cucu-cucu yang begitu banyak. Minyak Gosok , balsam, dan minyak angin yang dibawa laris manis dan habis dalam sekejap.

Di ruangan serba guna yang tidak begitu luas, Opa-oma berkumpul bersama kami sambil menyanyikan lagu-lagu masa kecil seperti Potong Bebek Angsa, Disini senang di sana senang sambil mengajak opa-oma bernostalgia kembali saat-saat indah bersama cucu-cucu tercinta. Semua bernyanyi gembira sambil bertepuk-tangan. Tertawa lepas menghilangkan duka hati.

Setelah bernyanyi, tibalah pada acara pijit-memijit. Dalam sekejap ruangan tersebut menjadi ajang pijit memijit. Satu Opa atau Oma dipijit oleh 1-3 orang Kami dan opa-oma begitu menikmati pijitan yang diberikan cucu-cucu dengan tulus. Awalnya Kami sedikit kaku untuk memberikan pijitan, namun saat melihat kondisi opa-oma yang mulai renta dan kelihatan tak berdaya, wajah keriput yang kelihatan lelah, satu persatu Kami mulai tergerak untuk memberikan pijitan sesuai dengan panggilan hati nurani yang penuh cinta kasih. Interaksi timbal balik mulai timbul. Opa-oma yang menerima pijitan kami membalas kebaikan yang diberikan dengan menceritakan ke Kami kisah-kisah heroik mereka di masa muda. Kami begitu senang dapat berbagi dengan opa-oma.

Sementara itu tim pemerhati, begitu sibuk, mondar-mandir menjemput opa-oma dan mengantarkan mereka ke ruangan serba guna untuk bergembira bersama. Cuaca yang awalnya cerah mendadak mendung dan gerimis pun turun. Namun kondisi cuaca tidak menghalangi niat kami mengantar opa-oma untuk bergembira bersama. Hendyanto dan William misalnya, dengan spontan melindungi opa-oma dari gerimis hujan dengan kedua telapak tangan mereka. Sungguh satu tindakan spontanitas yang muncul dari sebuah ketulusan hati karena adanya cinta kasih universal. Saat sharing, mereka mengatakan bahwa mereka melakukan semua ini karena kasihan melihat opa-oma kehujanan.

Pengalaman dari Mereka
Ada seorang oma yang meminta kepada mereka untuk membawakan air kelapa. Karena ingin menunaikan permintaan dari oma tersebut, kemudian Violinsky meminta kepada Chia Shixiong untuk memetik buah kelapa yang ada di Panti Jompo. Awalnya yang ditunjuk oleh kami adalah pohon kelapa yang tinggi. Karena keterbatasan alat dan Chia Shixiong tidak bisa memanjat pohon kelapa yang tinggi, maka buah kelapa tersebut tidak dapat dipetik. Namun selalu ada jalan untuk sebuah niat yang baik. Chia Shixiong menemukan sebatang pohon kelapa yang tidak terlalu tinggi, dan sangat kebetulan lagi, pas ada satu buah kelapa di pohon itu. Setelah meminta izin kepada pengurus setempat, maka Chia Shixiong pun memanjat pohon kelapa dan memetik buah kelapa. Pada saat lagi mencari cara untuk membelah buah kelapa, ternyata oma itu langsung mengambil buah kelapa tersebut dan dipeluknya buah kelapa itu.

foto  foto

Keterangan :

  • Tertawa merupakan hal yang sulit untuk dilakukan oleh oma-opa, sehingga kami di sini ada untuk membuat mereka tertawa (kiri).
  • Setelah menghibur Oma-Opa,kami kemudian menghibur satu sama lain dengan saling memijat (kanan).

Owen, Melanie dan Cindy Young dengan ditemani oleh mentornya, Jennie Shijie, menemani opa Chairul bercerita. Dan ternyata banyak teka-teki intelek yang diberikan oleh opa Chairul. “Padahal sebenarnya kita kesini untuk menghibur oma-opa, tapi kok malahan kami yang terhibur,” demikian yang dirasakan oleh Owen selama lebih dari 1 jam bersama Opa Chairul.

Cindy Hersan dan Sandro mendapatkan berkah melayani satu oma yang tidak bisa jalan karena stroke dengan jari tangan yang sudah kaku ditambah dengan penglihatan yang kurang baik. Dengan penuh cinta kasih oma ini dibawa dengan kursi roda ke ruangan dan melayani oma ini dengan memberikan kue dan minuman ke oma. Saat sharingpun dikatakan bahwa semua yang dilakukan adalah atas dasar kasihan yang sebenarnya merupakan benih cinta kasih yang ada di hati nurani mereka.

Silvia Valencia menyampaikan kepada teman-teman saat sharing doa seorang opa yang merasa senang atas kedatangan Kami dan mendoakan Kami bisa selamat sampai di rumah nantinya. Sedangkan Ling Ling Fortuna bersama teman lainnya saat melihat seorang oma yang duduk dipinggir halaman dengan tangan memegang sebuah mangkok plastik yang penuh semut merah langsung berinisiatif mengambil mangkok tersebut, menghalau keluar semua semutnya dan mencuci mangkoknya sampai bersih. Karena mata oma tersebut sudah kabur, omanya tidak tahu mangkok yang dipegangnya penuh semut merah, sebuah pemandangan yang memilukan hati kami.

Tak terasa waktu sudah mulai sore, kami kemudian berkumpul dan sharing bersama. Semua melepaskan lelah sambil saling memijiti. Semua tampak gembira dan ingin bisa berkunjung kembali ke Panti Jompo untuk bergembira bersama Opa-Oma. Walau kunjungan hanya dalam hitungan jam, namun kebersamaan yang telah terjalin sungguh membekas di hati.

Semua manusia pada dasarnya mempunyai hati Buddha yang perlu dijaga, dipupuk dan dikembangkan terus menerus, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan luar. Seperti halnya  hati  dan cinta kasih yang tulus dari para kami untuk Oma-Opa di Panti, yang sebagian besar merupakan kali pertama mengenal oma opa, namun melihat cara kami memperlakukan oma-opa,  sungguh merupakan sebuah implementasi cinta kasih yang murni, suci tanpa noda. Semoga implementasi cinta kasih tulus murni ini, bisa terus diwujudkan, terlebih kepada kedua Buddha hidup (orangtua kita-red) yang telah berjasa besar dalam kehidupan kita.

  
 

Artikel Terkait

Secercah Harapan Itu Hadir

Secercah Harapan Itu Hadir

05 Agustus 2014
Sabtu, 02 Agustus 2014 terjadi kebakaran di Jl.Tanah Pasir RT005 dan RT 010/RW 008 Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Kebakaran terjadi sekitar pukul 14.00 WIB dan memakan 1 korban jiwa dan 2 korban luka-luka. Sebanyak 45 paket bantuan bagi korban bencana dikirim ke lokasi untuk dibagikan kepada warga.
Melindungi Bumi dengan Bervegetarian

Melindungi Bumi dengan Bervegetarian

25 September 2012 Selama tiga hari berturut-turut, para Bodhisatwa Tzu Chi Pekanbaru menjalin jodoh baik dengan masyarakat melalui acara makan siang vegetarian bersama. Masakan yang dipersiapkan oleh relawan sebagian telah dimasak di rumah mereka masing-masing.
Gan En Tuan Yuan

Gan En Tuan Yuan

08 November 2023

Sebanyak 160 relawan Tzu Chi Bandung dari berbagai latar belakang berkumpul di Aula Jing Si Tzu Chi Bandung pada 21 Oktober 2023 dengan tema Gan En Tuan Yuan. Para relawan ini berbagi pengalamannya ketika pulang ke Aula Jing Si, rumah batin insan Tzu Chi di Taiwan.

Orang yang selalu bersumbangsih akan senantiasa diliputi sukacita. Orang yang selalu bersyukur akan senantiasa dilimpahi berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -