Keharuan di Hari Ibu yang Tak Pernah Berubah

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari


Sebanyak 89 murid kelas X SMA Cinta Kasih Tzu Chi berkumpul bersama orang tua mereka di Aula Gedung B Sekolah Cinta Kasiih untuk merayakan Hari Ibu.

Momen Hari Ibu selalu menjadi momen bahagia sekaligus haru bagi para ibu. Bagaimana tidak, dalam momen ini, para ibu mendapatkan perwujudan kasih sayang yang lebih dari biasanya dari anak-anak mereka. Mereka mendapatkan ungkapan cinta, rangkaian bunga, puisi indah, dan lain sebagainya. Pada momen ini pula, ibu-ibu para murid Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi juga tidak ketinggalan merasakan luapan kasih sayang dari putra putri mereka. Pasalnya seluruh jenjang di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, baik TK, SD, SMP, SMA, maupun SMK menyelenggarakan Peringatan Hari Ibu di waktu yang berbeda-beda.

Di akhir semester ganjil, 21 Desember 2018, giliran murid-murid kelas X SMA Cinta Kasih Tzu Chi yang merayakan Hari Ibu. Ada 89 murid SMA yang membawa ibu mereka dan berkumpul di Aula Gedung B, Sekolah Cinta Kasih. “Momen ini adalah satu wadah untuk praktik berbakti juga tentang penerapan budaya humanis yang setiap hari selalu ditekankan di lingkungan sekolah. Saya yakin di rumah pun murid-murid selalu mempraktikannya,” kata Eko Rahardjo, guru mata pelajaran Agama Islam dan Budaya Humanis di SMA Cinta Kasih Tzu Chi.

Dengan mengangkat tema Mama Adalah Segalanya, para murid beserta ibu mereka digiring dalam suasana yang menyenangkan melalui sebuah permainan keakraban. Tak berselang lama, para ibu mendapatkan suguhan manis berupa puisi yang dibacakan oleh perwakilan siswa.

Bukan hanya menyenangkan, momen haru antara ibu dan anak juga sudah pasti tercipta ketika para anak membawa nampan berisi kue dan teh. Masing-masing anak berlutut untuk menyuapi ibu mereka dengan perlahan. Mereka melanjutkan dengan memberikan kartu ucapan kasih sayang dan membasuh kaki ibu.


Para murid berkesempatan untuk menunjukkan rasa sayang mereka dengan menyuapi orang tua mereka dengan kue dan teh.

Meli (depan) merasa bersyukur karena mempunyai anak seperti Vito yang penurut juga sayang terhadap ibunya.

“Kadang saya nggak nyangka kalau anak saya sudah mandiri, sudah besar. Sebagai orang tua memang lebih banyak khawatir dan selalu cerewet,” kata Meli, orang tua dari Vito Bakri siswa kelas X IPA.

Pada kesempatan itu pula, Vito meminta maaf pada ibunya. Remaja 16 tahun itu takut kalau sudah mengecewakan satu-satunya orang yang telah membesarkannya. “Saya mau minta maaf ke mama kalau banyak salah, bandel, dan nggak sesuai sama yang mama mau. Tapi sebagai seorang pelajar dan anak muda, saya akan terus belajar supaya bisa jadi lebih dewasa lagi. Terima kasih buat mama karena apa yang sudah mama lakuin. Pasti semua ini akan susah saya balas, tapi suatu saat saya pengen balas itu dengan membanggakan mama,” ucap Vito optimis di samping sang ibu.

Meli menyadari bahwa mempunyai Vito merupakan suatu berkah dalam hidupnya. Anak semata wayangnya itu termasuk anak yang penurut. “Bahkan kalau saya sakit, dia yang lebih cerewet,” cerita Meli tergelak. “Kalau saya ngeluh capek, dia bisa pijitin saya tanpa saya minta. Kadang juga suka tiba-tiba datang langsung peluk. Dia anak yang halus, perhatian, dan bisa memahami keadaan keluarga,” lanjut Meli melirik Vito yang malu-malu karena mendapat pujian dari ibunya.

“Luar biasa ya.. kadang kan anak cowok itu perhatiannya berbeda dengan anak perempuan, kadang kala dia menunjukkan kasih sayangnya dengan cara yang tidak kita mengerti. Dengan kegiatan hari ini, saya sangat terharu. Apalagi dia sempet bilang, ‘Saya bangga punya mama yang berjuang yang membesarkan saya sampai seperti sekarang ini, saya sayang sama mama,’” tambah Meli menirukan ucapan Vito.


Masing-masing murid mengungkapkan rasa sayang kepada ibu dalam sebuah kartu ucapan yang mereka kreasikan sendiri.

Dalam perayaan Hari Ibu, Andew Xu dan ibunya (depan) juga saling melepas rindu karena jarang bertemu. Walaupun jauh dari tempat tinggalnya di Batam, ibu Andrew Xu mengaku telah memilih sekolah yang tepat bagi putranya.

Sementara itu, Andrew Xu, siswa kelas X IPS sangat bahagia karena ibunya bisa hadir dalam perayaan Hari Ibu di sekolah. “Saya sejak awal minggu sudah sampai Jakarta,” kata ibu Andrew Xu yang terbang dari Batam, Kepulauan Riau. Di acara itu, ia tak segan-segan mengabadikan setiap momen bersama sang anak. “Walaupun dalam waktu yang singkat, saya mendapatkan banyak sekali dari perayaan ini. Sangat bahagia dan terharu. Semoga tidak hanya selesai di kegiatan ini,” lanjutnya. Dirinya pun mengaku telah memilih sekolah yang tepat bagi putranya karena latar belakang lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah tidak jauh berbeda. “Saya sangat bangga dan puas dengan apa yang diajarkan di sini,” imbuh ibu Andrew Xu. “Semoga mama lebih sering ke Jakarta,” timpal Andrew berharap.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Perayaan Hari Ibu Sebagai Wujud Mengingat Budi Luhur Orang Tua

Perayaan Hari Ibu Sebagai Wujud Mengingat Budi Luhur Orang Tua

25 Mei 2018
Untuk memperingati Hari Ibu Internasional, pada Minggu 20 Mei 2018, Tzu Chi Tebing Tinggi mengadakan perayaan yang diikuti anak-anak kelas budi pekerti di Kantor Penghubung Tzu Chi Tebing Tinggi. Acara yang dimulai pada pada pukul 15.00 ini dihadiri oleh 44 Bodhisatwa cilik (xiao pu sat) dengan didampingi oleh orang tua masing–masing. 
Momen Kehangatan Anak dan Orang Tua

Momen Kehangatan Anak dan Orang Tua

27 Mei 2016

Sebanyak 161 anak bersama orang tua hadir dalam perayaan Hari Ibu. Moment ini memberikan kehangatan dan keharmonisan hubungan antara anak dan orang tua. Tidak sedikit dari mereka yang terharu setelah mengikuti acara ini.

Perayaan Hari Ibu di Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan

Perayaan Hari Ibu di Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan

03 Juni 2022

Meski dirayakan secara daring, Hari Ibu di Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan tetap berlangsung khidmat. Para Bodhisatwa cilik menyiapkan secangkir teh hangat, mereka lalu berlutut dan menyuguhkannya kepada ibu tercinta.

Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -