Kita ini Satu Keluarga

Jurnalis : Nuraina (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan)

foto
Pemberian bantuan berupa matras dan keperluan sehari-hari kepada warga korban gunung Sinabung.

Hari Rabu, tanggal 12 Februari 2014, sebanyak 5 orang relawan Tzu Chi Medan bersama dengan wakil Gubernur Sumatera Utara (Sumut), T. Erry Nuradi dan Sekjen Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Fadhul Hadi, dan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut,  Asren Nasution,  meninjau lahan seluas 20 Hektar di Desa Kacinambun, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo atau sekitar 14 km dari Kota Kabanjahe.

" Ketika saya membaca berita di surat kabar, dimana diperlukan lahan untuk relokasi pengungsi Gunung Sinabung, maka timbul niat saya untuk membantu pemerintah. Untuk itu melalui Yayasan Buddha Tzu Chi, kami mencoba mencari solusi untuk membantu pemerintah. Karena apabila tidak ada lahan yang dapat dibeli pemerintah, terpaksa pemerintah menggunakan hutan lindung untuk dibuka menjadi tempat relokasi pengungsi, hal ini akan mempengaruhi keadaan alam nantinya" ungkap Mujianto, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Cabang Medan. 

Lahan seluas 20 hektar ini nantinya bisa ditempati 430 kepala keluarga (kk) dan selain untuk tapak perumahan, masih memungkinkan tersedia beberapa meter lahan untuk bercocok tanam. Wakil Gubernur Sumut, Erry menjelaskan bahwa lahan ini nantinya menjadi alternatif potensial, karena pemerintah Kabupaten Karo sampai saat ini belum memiliki lahan sebagai lokasi untuk relokasi pengungsi gunung Sinabung. Saat ini ada 3 desa yakni Desa Suka Meriah, Desa Bekerah, dan Desa Simacem yang wajib direlokasi karena berada di zona merah dan sangat berbahaya. “Kita menyambut baik dan berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi atas hibah lahan ini, walaupun Sekjen Utama BNPB masih akan melakukan pengkajian untuk melihat kelayakan lahan tersebut sebelum melakukan pembangunan rumah bagi pengungsi gunung Sinabung," ujar Erry
.
Sementara perwakilan Yayasan Buddha Tzu Chi, Sofian mengatakan hibah lahan tersebut merupakan bentuk kepedulian Yayasan Buddha Tzu Chi terhadap penderitaan pengungsi Gunung Sinabung dan sesama manusia. “Kita wajib saling tolong menolong, semoga lahan ini bermanfaat bagi warga nantinya," terang Sofian. Dalam kesempatan ini juga diadakan penyerahan matras secara simbolis oleh Wakil Gubernur dan relawan kepada pengungsi gunung Sinabung.

Beberapa hari kemudian, tepatnya tanggal 15 Februari 2014, sebanyak 18 orang relawan Tzu Chi dan 3 orang kru Daai Tv kembali membawa bantuan: 461 buah matras dan 450 buah selimut, pampers, sabun cuci, biskuit, minyak goreng, sabun cuci piring, handuk, menuju ke Tanah karo. Total matras yang telah diberikan Yayasan Buddha Tzu Chi kepada korban pengungsi gunung Sinabung adalah 956 buah.

Posko pertama yang dikunjungi adalah posko Jambur Lau Gumba. Di posko ini diberi bantuan berupa 261 matras, sabun cuci , minyak goreng, dan pampers. Kemudian rombongan relawan meneruskan pembagian bantuan ke posko lapangan futsal  Lau Gumba. Di sini diberikan 450 buah selimut.

foto   foto

Keterangan :

  • Relawan juga membangun fasilitas MCK untuk para warga pengungsi, agar mereka lebih leluasa selama tinggal di pengungsian (kiri).
  • Pemberian bantuan cash for work kepada warga yang membantu membangun MCK (kanan).

Posko berikutnya adalah gudang Jeruk Desa Surbakti. Di sini diberikan bantuan 200 buah matras. Relawan juga menghibur para korban dengan mengajak para pengungsi bersama-sama menyanyikan dan memeragakan gerakan isyarat tangan lagu " Satu Keluarga".  Melihat perhatian relawan yang tulus, para warga pun merasa terharu. Misalnya Mariani dengan 7 anggota keluarganya yang mengungsi dan tinggal di posko gudang Jeruk Desa Surbakti. "Ibu sangat terharu dan sedih sekali mendengar lagu ini, walaupun keluarga Ibu semuanya jauh tapi hari ini mendapat begitu banyak anggota keluarga dan relawan yang dengan penuh kekeluargaan memeluk dan menghibur Ibu, terima kasih kepada semua relawan yang begitu baik," ucap Mariani dengan penuh haru.

Di setiap posko yang didatangi, relawan mengajak para pengungsi untuk berdoa bersama agar bencana ini cepat berlalu dan semua pengungsi dapat beraktivitas kembali seperti semula. Posko berikutnya adalah gereja GBKP Tanjung, di posko ini relawan memberikan bantuan berupa minyak goreng, sabun cuci baju, sabun cuci piring, pampers, dan biskuit.

Meskipun perjalanan relawan dalam membagikan bantuan kali ini di hiasi dengan keadaan langit
yang penuh kabut tebal, tetapi tidak membuat relawan gentar. Bagaimana pun bentuk dan keadaan gunung hari itu rombongan relawan akan tetap melanjutkan perjalanannya ke posko Tanjung Pulo. 

Di posko ini akan diadakan serah terima penggunaan MCK ( toilet umum) yang sudah siap dibangun. Dan juga pemberian berupa solidaritas ( cash for work ) kepada 8 orang pengungsi yang telah membantu pembangunan MCK. " Kami sangat berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah membantu mendirikan MCK buat warga pengungsi, kami sangat membutuhkan MCK karena selama ini di posko hanya memiliki 2 buah MCK dengan ratusan pengungsi sehingga kadang anak-anak sampai terlambat sekolah karena antri MCK," tutur Ibu Tarigan dengan penuh syukur. 

Setelah penyerahan penggunaan MCK, rombongan relawan dengan ditemani hujan rintik-rintik meninggalkan posko pengungsian dan menelusuri jalan kembali ke Medan. Semua perasaan yang di rasakan relawan hari itu seperti yang Master Cheng Yen katakan " Bisa menjadikan kegembiraan orang lain seperti kebahagiaan sendiri, menjadikan kekayaan batin orang lain seperti kekayaan batin sendiri adalah kehidupan yang kaya dan berkecukupan".


Artikel Terkait

Untaian Dana untuk Korban Merapi

Untaian Dana untuk Korban Merapi

03 Desember 2010
Sabtu, 27 November 2010, Yayasan Buddha Tzu Chi Perwakilan Bandung kembali melaksanakan penggalangan dana untuk para korban letusan Merapi di Yogyakarta. Kegiatan ini bertempat di Cihampelas Walk Bandung dengan melibatkan 15 relawan Tzu Chi Bandung.
Persiapan Tri Hari Besar, Menggalang Lebih Banyak Hati

Persiapan Tri Hari Besar, Menggalang Lebih Banyak Hati

04 Mei 2015 “Walau pegal-pegal karena mesti melangkah perlahan-perlahan mengikuti iringan lagu, tetapi lama kelamaan terasa sangat enak dan menenangkan jiwa karena di sini kita belajar mengalahkan ego kita, mengalahkan ke-akuan kita, lama-lama di hati jadi plong, pikiran juga jadi lebih tenang,” tambah Arya.
Bersatu Hati Hadapi Bencana

Bersatu Hati Hadapi Bencana

11 Februari 2015
Melihat kondisi Jakarta yang mulai parah akibat banjir, Selasa, 10 Februari 2015, pukul 11.00 WIB, Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi mengadakan rapat koordinasi di Gedung DAAI Lt. 6 untuk pembagian tugas dan survei kondisi banjir serta bantuan yang diperlukan.
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -