Dokter Martha Roida Manurung, narasumber utama, memaparkan langkah-langkah deteksi dini kanker payudara dengan gaya penyampaian yang hangat dan mudah dipahami.
Dalam semangat welas asih dan kepedulian terhadap kesehatan perempuan, Yayasan Buddha Tzu Chi Komunitas He Qi Pusat berkolaborasi dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) mengadakan kegiatan sosialisasi skrining dan deteksi dini kanker payudara, serta praktik SADARI (Periksa Payudara Sendiri) pada Sabtu, 8 November 2025. Meskipun hujan turun perlahan yang membasahi pagi, tak menyurutkan semangat 63 peserta yang terdiri dari relawan Tzu Chi Indonesia dan masyarakat umum untuk hadir di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi He Qi Pusat, Ruang Fu Hui.
Kegiatan ini menghadirkan dr. Martha Roida Manurung sebagai narasumber utama. Dengan gaya penyampaian yang hangat dan mudah dipahami, ia membagikan pengetahuan lengkap tentang cara mendeteksi dini tanda-tanda kanker payudara serta kondisi yang perlu diwaspadai.
Para peserta dengan khidmat menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum kegiatan sosialisasi mengenai kanker payudara dimulai.
Dokter Martha Roida Manurung juga menjelaskan langkah-langkah pemeriksaan, mulai dari meraba adanya benjolan di area ketiak, leher, hingga payudara, memperhatikan penebalan kulit, perubahan bentuk atau ukuran payudara, pengerutan kulit, keluarnya cairan dari puting susu, hingga rasa nyeri dan pembengkakan pada lengan atas atau sekitar payudara. Ia merangkum pemeriksaan ini dengan konsep 3D (Diraba, Dilihat, dan Dipencet), cara sederhana namun sangat efektif untuk mengenali gejala sejak dini.
Agar semakin mudah diingat, para peserta juga mendapatkan lembar panduan praktek SADARI yang berisi langkah-langkah pemeriksaan mandiri. Tak hanya penyampaian materi, kegiatan ini juga diisi dengan sesi tanya jawab yang berlangsung hangat dan penuh antusiasme dari peserta, serta mendapatkan penjelasan yang penuh manfaat dari dokter dan perwakilan YKPI.

Tjoeng Susanti berbagi kisah perjuangan hidupnya pada sesi tanya jawab sosialisasi skrining dan deteksi dini SADARI.
Kegiatan ini menjadi pengingat akan pentingnya deteksi dini, mengingat kanker payudara menempati peringkat kedua kasus kanker terbanyak di dunia, dengan kurang lebih 2,3 juta kasus baru pada tahun 2022. Meskipun bukan penyebab kematian tertinggi (peringkat ke-4 secara global), kanker payudara tetap menjadi ancaman serius yang dapat dicegah dengan kesadaran dan pemeriksaan rutin.
Salah satu peserta, Tjoeng Susanti (63), datang setelah menerima informasi melalui grup RT di tempat tinggalnya di Kebon Kelapa, Mangga Besar. Dengan mata berkaca-kaca, ia membagikan kisah perjuangannya melawan kanker payudara.
“Bagus sekali ada kegiatan seperti ini. Saya mendapatkan banyak pengetahuan baru. Saya pernah didiagnosis kanker payudara, dan saat itu dokter mengatakan harapan hidup saya hanya 20%,” cerita Tjoeng Susanti dengan suara bergetar.
Ia mengenang masa sulit itu, dari rasa sakit setelah terjatuh, pengobatan tradisional, hingga akhirnya menjalani biopsi dan operasi. Meski dilanda duka mendalam karena kehilangan suami dan anak tercinta, ia tidak berhenti berdoa dan berjuang.
“Saya percaya doa, keyakinan, dan berbuat baik adalah kunci kesembuhan saya,” tuturnya penuh haru.

Nani Firmansyah memberikan edukasi sekaligus menjawab pertanyaan peserta dengan penuh empati.
Nani Firmansyah, Ketua Bidang Sosialisasi Deteksi Dini Kanker Payudara dan Praktek SADARI YKPI, turut hadir memberikan edukasi yang menggugah. Ia menjelaskan bahwa YKPI telah bekerja sama dengan Tzu Chi sebanyak lima kali di berbagai lokasi, dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini.
“Visi kami adalah menurunkan angka penderita kanker payudara stadium lanjut. Melalui edukasi seperti ini, kami ingin masyarakat memahami bahwa deteksi dini bisa menyelamatkan nyawa,” jelas Nani Firmansyah.
Sebagai penyintas kanker selama 21 tahun, Nani berbagi pengalaman pribadinya yang penuh keteguhan hati.
“Saya dulu sempat kaget saat didiagnosis, tapi saya tidak panik. Saya mencari pendapat dari beberapa dokter dan menjalani kemoterapi dengan ikhlas. Sekarang saya ingin masyarakat tahu tidak semua kanker harus dikemoterapi, dan jika dilakukan pada stadium awal, hasilnya bisa sangat baik,” tambahnya.
Luzy merasa kegiatan menambah pemahaman, wawasan, dan pengalaman berharga tentang pencegahan kanker payudara.
Bagi Luzy (42), relawan baru Tzu Chi yang turut membantu kelancaran acara, kegiatan ini menjadi pengalaman berharga.
“Saya jadi lebih sadar tentang pentingnya SADARI. Dengan bimbingan dari dokter dan narasumber, saya tahu bagaimana cara memeriksa diri sendiri sebelum harus ke rumah sakit,” ujarnya penuh semangat,” ungkap Luzy.
Editor: Fikhri Fathoni