Lomba Masak Vegetarian, Inovasi Kuliner Nusantara dan Gaya Hidup Sehat

Jurnalis : Bintang Pertiwi (Tzu Chi Cabang Sinar Mas) , Fotografer : Dokumentasi Xie Li Kaltim 1

Relawan dan peserta memperhatikan dengan seksama poin-poin penilaian yang disampaikan oleh dewan juri.

Dalam perjalanan hidup ini, kita harus dapat memanfaatkan setiap detik yang kita miliki, menjalani dengan langkah mantap dan penuh tanggung jawab. Dengan demikian, tidak ada hal yang patut disesalkan dalam hidup ini.

(Kata Perenungan Master Cheng Yen)

Tekad 1-2 hari dalam sepekan bervegetarian diwujudkan relawan Tzu Chi di Xie Li Kalimantan Timur 1 dengan melakukan Vegetarian Day setiap tanggal 1 dan 15 setiap bulannya. Selain relawan, kegiatan ini juga melibatkan karyawan yang berada di lingkungan kerja Xie Li Kalimantan Timur 1 melalui Lomba Masak Vegetarian dan Bazar Olahan TOGA yang diberi nama Carnaval Vegetarian, yang mana seluruh produk yang disajikan baik dari peserta lomba dan saat bazar merupakan olahan vegetarian. Kegiatan ini juga untuk menyemarakkan HUT ke-80 RI.

Sabtu (16/8/25), lapangan tenis Gunung Kongbeng Estate sudah ramai dengan peserta Carnaval Vegetarian. Ada enam unit yang berpartisipasi, yaitu Pantun Mas Estate (PMSE), Muara Wahau Estate (MWHM), Gunung Kombeng Estate (GKME), Gunung Kombeng Plasma (GKMA/Z), Muara Wahau Mill (MWHM), dan Muara Wahau Transport (MWHT). Peserta lomba masak kali ini yaitu para relawan laki-laki (shixiong) yang ditemani oleh salah satu karyawan sebagai partner masak. Tujuannya untuk meningkatkan kebersamaan dan kerja sama tidak hanya antar relawan saja, tetapi antara relawan dengan karyawan khususnya di unit masing-masing.

Para peserta sangat fokus dan serius saat perlombaan berlangsung.

Tim GKMA/Z saat proses penyajian di dalam box bento.

Perlombaan kali ini mengusung tema masakan nusantara, sejalan dengan semangat Kemerdekaan Indonesia. Melalui kegiatan ini, relawan ingin menumbuhkan rasa cinta tanah air dengan mencintai produk dalam negeri, salah satunya lewat kekayaan kuliner dari berbagai daerah. Panitia memberikan kebebasan penuh bagi peserta untuk berinovasi sekreatif mungkin dalam mengolah aneka produk vegetarian tanpa batasan bahan tertentu.

Sebelum lomba dimulai, dewan juri menyampaikan kriteria penilaian yang meliputi kreativitas dan inovasi, keseimbangan gizi, rasa dan tekstur, kecepatan serta kebersihan booth, presentasi, tampilan makanan, dan kesesuaian tema. Peserta diberi waktu 60 menit untuk memasak, dengan ketentuan tidak boleh membawa masakan jadi dari rumah, kecuali nasi, garnis, dan minuman.

Lomba pun dimulai. Suasana area memasak menjadi meriah dengan dukungan relawan yang menyemangati unitnya masing-masing. Tiga juri, Ketua Xie Li Kalimantan Timur 1, Pembina Dharma Wanita Kalimantan Timur 1, serta juri tamu dari SMP ETF Kongbeng, berkeliling memantau peserta yang tetap fokus meski situasi ramai, bahkan sesekali bercanda saat juri menghampiri booth mereka.

Tim PMSE mempresentasikan karya masakannya yaitu rendang jamur di hadapan dewan juri.

Raut bahagia para dewan juri ketika mencicipi hasil masakan para peserta lomba, mereka takjub hasilnya di buat menarik dan rasanya sangat enak dan unik.

Ketua Xie Li Kalimantan Timur 1, Jhon O. Damanik, menuturkan bahwa keterlibatan para relawan dan karyawan dalam kegiatan ini sangat positif karena sekaligus mengenalkan pola hidup vegetarian. ‘Melalui lomba ini, shixiong bisa menyalurkan hobi memasak, sementara karyawan dapat membiasakan diri menerapkan pola makan vegetarian di rumah,” ujarnya.

Waktu 60 menit telah berlalu, tandanya para peserta lomba sudah mulai siap melakukan plating hasil masakannya serapi, sebersih, dan semenarik mungkin. Suara riuh sorak pendukung dari masing-masing unit mulai terdengar. Suasa semakin tegang kala para juri mulai menghampiri stand satu per satu peserta untuk mencicipi dan mendengarkan presentasi dari masing-masing peserta. Dimulai dari stand unit MWHM, peserta mempresentasikan hasil masakannya mereka membuat nasi liwet, telur dadar, dan tumis buncis, wortel, dan telur puyuh.

Dewan juri beranjak ke stand unit MWHT. Kali ini mereka membuat asam manis tahu, dengan bahan utamanya yaitu tahu yang dicampur dengan nanas. Selanjutnya stand unit MWHE yang dikunjungi dewan juri. Menu yang dimasak tempe telur kalio yang merupakan salah satu makanan khas Sumatera Barat. Kemudian dilanjutkan ke stand GKMA/Z dengan menu masakan khas Sumatra Utara. Di stand ini, peserta membuat menu tahu arsik yang ditambahkan kecombrang saat proses masaknya. Menu yang seharusnya memakai ikan sebagai bahan utamanya ini diganti dengan tahu.

Foto bersama seluruh peserta lomba bersama dewan juri.

Wajah bahagia ditunjukkan oleh pemenang juara 1 dengan menu makanan tahu arsik.

Setelah dari stand GKMA/Z para juri melanjutkan ke stand PMSE, mengambil makanan khas Sumatra Barat mereka membuat rendang. Kali ini dengan berinovasi dan daya kreativitas para peserta mereka mengganti bahan utamanya dari daging menjadi jamur. Jamur yang digunakan yaitu jamur sawit ditambah dengan jamur tiram putih. Stand terakhir yang dikunjungi yaitu stand GKME, dengan masakan khas Bali mereka membuat nasi campur Bali yang terdiri dari sate lilit dan ayam betutu tiruan. Sate lilit yang berbahan tempe membuat para juri takjub karena tidak terlihat bahwa itu berasal dari tempe, sedangkan ayam betutu tiruan ini dibuat dari gluten yang sudah didiamkan selama semalam.

“Semua masakan enak dan sangat kreatif dalam penyajiannya. Kami pun para juri bingung memutuskannya, tapi namanya kompetisi harus ada pemenang, sehingga dapat memberikan motivasi kepada yang lainnya untuk lebih baik,” ucap Mukton Kamal sebagai salah satu dewan juri dari SMP ETF Muara Wahau.

Hasil masakan para peserta dibagikan kepada karyawan yang berada di sekitar Lapangan Tenis GKME.

Setelah semua stand dihampiri dewan juri saatnya proses penghitungn nilai. Suasana semakin tegang saat proses pengumuman. Seluruh relawan yang hadir untuk mendukung pun turut tegang untuk mendengarkan hasil penilaian dewan juri. Hasil lomba masak kali ini, Juara 1 dimenangkan oleh Kebun GKMA/Z dengan menu tahu arsik, Kebun GKME dengan menu nasi campur Bali sebagai juara 2, dan juara 3 dimenangkan oleh Kebun PMSE dengan menu rendang jamur.

“Tidak sangka akan menjadi juara 3 dalam lomba masak vegan ini. Kami beberapa hanya 2 kali latihan dengan didampingi shijie Bintang dan shijie Rusmiyati. Diberikan pelatihan dan cara mengolah jamur menjadi rendang menjadi hal baru untuk kami bapak-bapak ini, ternyata makanan yang harusnya dari daging sapi atau ayam dapat disulap menjadi makanan vegetarian juga yah. Terima kasih para pendamping yang sudah sabar mengajarkan kami step by step, sehingga kami menjadi juara walau tidak menjadi juara 1 tidak masalah yang penting banyak ilmu yang kami peroleh,” ungkap Yano dan Ikhsan.

Tidak semua peserta sudah terbiasa dengan pola makan vegetarian, namun melalui kegiatan ini relawan berharap mereka mulai mencoba memasak dengan bahan-bahan nabati. Selain menyehatkan tubuh, langkah sederhana ini juga menjadi kontribusi nyata dalam mengurangi dampak pemanasan global.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Euforia dari Gelaran Tzu Chi Vegan Cooking Competition 2024

Euforia dari Gelaran Tzu Chi Vegan Cooking Competition 2024

16 Agustus 2024

Euforia dari gelaran Tzu Chi Vegan Cooking Competition 2024 hingga kini masih terasa. Andi Gunawan dan Andrea Chandra yang mewakili He Qi Pusat masih sangat terkesan dengan kompetisi ini. 

Tzu Ching Cooking Competition: Eksplorasi Kuliner Vegetarian Dunia Barat

Tzu Ching Cooking Competition: Eksplorasi Kuliner Vegetarian Dunia Barat

12 September 2024

Relawan Muda-Mudi Tzu Chi (Tzu Ching) Universitas Prima Indonesia mengadakan lomba memasak vegetarian yang mengusung tema Menerapkan Pola Makan Nabati dan Bersama-sama Berbuat Kebajikan Demi Melindungi Bumi.

Berhasil Menang! Inilah Kreasi Tempe Terenak

Berhasil Menang! Inilah Kreasi Tempe Terenak

13 Agustus 2024

Tzu Chi Vegan Cooking Competition 2024 telah menghasilkan 12 menu tempe yang bervariasi dan super kreatif. Walaupun semua tim tampil maksimal, tapi bukan kompetisi namanya kalau tidak ada pemenangnya. Tak perlu berlama penasaran, inilah para juaranya.

Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -