Mata Sehat, Bekerja Pun Giat
Jurnalis : Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Galvan, Rangga (Tzu Chi Bandung)
|
| ||
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mencoba turut andil dalam mengurangi penderitaan masyarakat yang masih hidup dalam garis kemiskinan. Maka pada tanggal 17 Februari 2013, Tzu Chi Bandung mengadakan bakti sosial operasi katarak secara gratis yang dilaksanakan di Priangan Medical Center, Jl. Nana Rohana No. 37, Bandung. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama antara Yayasan Buddha Tzu Chi kantor perwakilan Bandung dan Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) selain itu, didukung penuh oleh Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia (PTBMMKI). Mengembalikan Harapan
Keterangan :
Tujuan bakti sosial operasi katarak ini adalah meringankan beban para pasien yang masih kesulitan dalam mengais rezekinya. Diharapkan setelah mendapatkan penanganan ini, para pasien dapat menciptakan harapan baru baik dari segi perekonomian dan kehidupan sehari-harinya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Adanya bakti sosial operasi katarak gratis ini tentunya sangat diharapkan oleh warga yang kurang mampu. Selain itu, manfaat dari kegiatan ini pun sangat dirasakan oleh para warga yang mengikuti baksos tersebut. Salah satunya adalah Ating (57) warga Bandung ini dinyatakan lolos pada saat screening katarak, sejak tahun 2010 Ia mengidap penyakit katarak, menurutnya Ia tidak mengetahui betul penyebab katarak yang menimpa dirinya. Kejadiannya sangat diluar dugaan ketika Ia bangun tidur pada pagi hari, tiba-tiba mata kanannya menjadi gelap dan tak bisa melihat obyek yang dilihatnya. "Kalau diceritakan mungkin ibu tadinya tidak tau dari mana asalnya katarak, tapi setelah divonis punya gula nah.. langsung ibu ke dokter dan katanya, ibu punya katarak. Itu mungkin disebabkan dari (penyakit) gula, karena tiba-tiba pas bangun nggak keliatan apa-apa gitu yang sebelah, tapi yang sebelah mah reumeung-remeung (berbayang-red) masih keliatan, gitu,” ungkap Ating. Semenjak ia mengetahui mengidap katarak, Ating mengurungkan niatnya untuk kontrol ke rumah sakit dengan alasan biaya yang tidak memungkinkan, katanya jangankan untuk biaya kontrol, untuk kehidupan sehari-hari pun masih serba kekurangan. Hal ini yang sering menjadi kendala besar ketika penyakit melanda pada kaum marginal, sehingga mereka harus berpikir secara mendalam untuk memutuskan kepentingan mana yang harus didahulukan antara kehidupan sehari-harinya atau berobat untuk kesembuhan dengan biaya yang tidak sedikit. “Maaf…bukan saya tidak usaha, jangankan untuk membiayai katarak untuk check tiap bulan aja saya teh merasa keberatan karena mungkin lebih ada kebutuhan yang lain. Karena kan kalau ke rumah sakit gitu perlu biaya yang besar dan dengar dari tetangga bisa sampai ratusan ribu itu aja untuk sekedar check aja, belum lagi untuk operasi, aduhh… biaya dari mana itu,” tambah Ating.
Keterangan :
Harapan baru pun menghampirinya, ketika Ating mendaftarkan dirinya untuk ikut dalam baksos operasi katarak yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung. “Mula-mula saya masuk daftar ke Buddha Tzu Chi teh karena dulu kan suami saya juga ditolong sama Buddha Tzu Chi, jadi setelah saya tau katarak oh saya mungkin harus minta tolong ke Buddha Tzu Chi. Cumanwaktu itu ragu-ragu apa di terima atau nggak?” ujarnya. Rasa bahagia disertai puji syukur Ia panjatkan setelah dinyatakan lolos screening katarak dan diambil tindakan operasi pada mata kanannya. Satu hari setelah operasi, dokter pun melihat kondisi atau hasil dari operasi semalam dan ketika dokter menyatakan hasilnya baik, seketika Ating memanjatkan syukur karena mata sebelah kanannya kini dapat melihat kembali walaupun belum sempurna. “Tadi setelah dibuka perbannya saya kaget bisa liat lagi biar pun keliatan satu meter tapi saya udah bisa ngelihat lagi. Kata dokternya ini baru, mungkin minggu depan pas check kedua sudah normal semua. Saya teh terima kasih sama semua yang dari Buddha Tzu Chi, yang menolong saya, relawannya, semuanya saya berterima kasih. Mudah-mudahan saya bisa cari buat makan. Harapan saya, saya dapat bekerja lagi seperti biasa, karena kemaren saya menganggur karena penyakit katarak ini, " lengkapnya. Berbagai kegiatan sosial selalu dikerjakan dengan senang hati oleh para relawan Tzu Chi. Semoga cerminan hidup dari para relawan Tzu Chi dapat menjadi inspirasi bagi seluruh umat manusia untuk selalu mengasihi terhadap sesama. |
| ||
Artikel Terkait
Bersama Mempersiapkan Generasi Masa Depan
31 Agustus 2017Dalam rangka Bulan Bakti
untuk Negeri di HUT ke XII HIMPAUDI, Himpunan Pendidik dan Tenaga
Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) bekerja sama dengan Tzu Chi mengadakan Seminar Gerakan Nasional
Perbaikan Gizi Anak Usia Dini bertema Upaya
Promotif, Preventif, dan Kuratif Menyongsong Generasi Cerdas Berintegritas di Jiang Jing Tang, Aula Jing Si Lt. 4, Tzu Chi Center, Rabu 30 Agustus 2017.

Mahasiswa Politeknik Pekerjaan Umum Semarang Melihat Praktik Socio-Engineering di Tzu Chi
02 Agustus 2024Tzu Chi berbagi bagaimana peran budaya humanis menjadi pendukung nomor satu dalam aspek socio-engineering di setiap proses pembangunan di Tzu Chi kepada para mahasiswa Politeknik Pekerjaan Umum (PU) Semarang.
Sepuluh Tahun Kelas Budi Pekerti: Prestasi yang Terus Berkesinambungan
26 Oktober 2015Tahun ini kamp bimbingan diadakan selama dua hari, 24 - 25 Oktober 2015 di Jing Si Tang, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk. Sebanyak 270 anak mengikuti kegiatan ini. Di usinya yang genap 10 tahun ini, banyak kisah anak-anak yang terlibat di dalamnya. Bahkan relawan pendamping juga memiliki kesan yang mendalam.