Membantu Pak Slamet Mewujudkan Rumah yang Nyaman

Jurnalis : Siti Aminah, Calvin (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Abdul Rahim, Calvin (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)

Kondisi rumah Pak Slamet sebelumnya, tidak ada atap juga jendela. Bagian belakang rumah pun ditutup dengan seng bekas.

Semenjak pandemi, banyak sekali kegiatan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun yang tak dapat dilakukan seperti biasanya. Kunjungan kasih adalah salah satunya. Di masa pandemi, kunjungan kasih hanya dilakukan di Kantor Tzu Chi Karimun, para penerima bantuan datang ke kantor untuk mengambil santunan bulanan dan menyampaikan keluhannya kepada staf di kantor.

Proses ini dilakukan dengan waktu singkat dengan informasi dan data kurang lengkap sehingga keluhan dari para penerima bantuan tidak dapat segera diproses. Maka betapa pentingnya kunjungan kasih ke rumah-rumah para penerima bantuan karena dengan kunjungan ke rumah, relawan bisa mendapatkan banyak informasi.

Pembangunan pun dilakukan secara gotong royong oleh Pak Slamet dan teman-temannya. Terlihat relawan juga membantu menaikan spandek (atap).

Pada Minggu 5 Desember 2021, relawan Tzu Chi Karimun mengunjungi Slamet Riady (46), penerima bantuan Tzu Chi yang bekerja sebagai tukang atau seniman bangunan. Penghasilannya tidak tetap, tergantung panggilan proyek. Padahal ia harus menafkahi istri dan dua anak.

Pak Slamet sendiri telah dibantu oleh Tzu Chi sejak tahun 2020 lalu, tepatnya setelah Februari 2020 lalu Pak Slamet mengajukan bantuan sembako ke Tzu Chi. Saat itu istrinya sakit sehingga ia tidak bisa mengambil banyak pekerjaan. Akibatnya ia pun sangat kesulitan memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.

Pak Slamet mengucapkan ribuan terima kasih kepada Tzu Chi yang telah membantu membangunkan rumah layak huni kepada keluarganya.

Sebelumnya, saat relawan melakukan kunjungan kasih ke rumah kontrakannya pada 7 November 2021, ia pun bercerita bahwa beberapa hari lalu ibunya meninggal dunia. Pak Slamet pun mendapat warisan Rp 10.000.000 yang kemudian ia gunakan membeli satu bidang tanah berukuran 10 x 10 meter.

Uang yang dimiliki Pak Slamet rupanya tak cukup untuk membangun sebuah rumah yang layak huni. Rumah tersebut hanya memiliki dinding dari susunan batako yang belum diplester, tidak ada atap, tidak ada listrik, dan bagian belakang rumah hanya ditutup dengan seng bekas. Ia pun berencana segera pindah ke rumah barunya tersebut pada 10 November 2021. Harapannya, dengan pindah ke rumah baru ia bisa menghemat biaya sewa rumah setiap bulannya untuk membeli bahan material bangunan agar rumahnya perlahan-lahan menjadi layak dihuni.

Minggu, 5 Desember 2021, lima relawan melakukan kunjungan kasih ke rumah baru Pak Slamet yang sudah layak di huni.

"Dari tahun 2000 sampai 2021, saya sewa terus. Jadi saya pun sudah tidak mampu, apalagi sudah berumur sekarang. Niat sedikit-sedikit kumpulkan uang untuk membangun rumah sendiri, maupun kecil yang terpenting untuk menghindari dari sewa," ujar Pak Slamet.

Setelah melihat kondisi rumahnya yang tidak layak huni, relawan pun memutuskan untuk membelikannya bahan-bahan material bangunan. Bantuan tersebut berupa 25 batang broti, 30 keping spandek (atap), 3 bungkus paku spandek, 15 sak semen, 1 lori pasir, dan 4 set jendela.

Sabtu, 20 November 2021, pembangunan rumah Pak Slamet pun dilakukan secara gotong royong oleh Pak Slamet bersama teman-temannya. Butuh waktu dua pekan lebih untuk merampungkan pembangunan tersebut.

Siti Aminah (paling kiri) berharap rumah baru ini bisa memberi kenyamanan dan ketenangan bagi keluarga Pak Slamet.

Dan pada kunjungan kasih Minggu 5 Desember 2021 itu, rumah tersebut sudah layak dihuni oleh keluarga Pak Slamet. Sebanyak 5 relawan Tzu Chi membawakan kue pada syukuran rumah barunya.

"Sekarang rumah Bapak Slamet sudah layak dihuni, dan bapak sudah tinggal di dalam. Semoga dengan adanya rumah baru ini keluarga bapak bisa tinggal dengan nyaman dan tenang," harap Siti Aminah, relawan Tzu Chi yang mendampingi Pak Slamet selaku penerima bantuan Tzu Chi.

Pak Slamet pun sangat bersyukur atas bantuan Tzu Chi yang telah membantu membangunkan rumah layak huni untuk keluarganya.

"Bersyukur betul saya dibantu sama Yayasan Tzu Chi, dan banyak-banyak berterima kasih kepada Yayasan Tzu Chi,” tuturnya.

***

Seperti yang tertulis pada Kata Perenungan Master Cheng Yen bahwa "Perasaaan bersyukur hendaknya ditunjukkan dalam tindakan nyata."

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Bantuan Sumur Bor Bagi Warga di Kelurahan Tanah Tinggi dan Paseban

Bantuan Sumur Bor Bagi Warga di Kelurahan Tanah Tinggi dan Paseban

17 Juli 2023

Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Kodim 05/01 Jakarta Pusat membangun titik sumber air bersih di beberapa lokasi. Salah satunya di Jl. Kramat Pulo Gundul III RT 01/RW 09 Kelurahan Tanah Tinggi, Johar Baru dan di Jl. Kramat Lontar 14 Buntu, Kelurahan Paseban, Senen.

Kami Datang, Kami Lihat, Kami Peduli

Kami Datang, Kami Lihat, Kami Peduli

05 November 2018
Keterbatasan ekonomi yang melanda Jumiah saat ini mengharuskannya tinggal di rumah tua, di samping kandang sapi milik tetangganya. Dinding rumahnya hanya bilik bambu tipis dengan lantai tanah, dan atapnya bocor di beberapa bagian. “Kadang cucu saya terpaksa tidur dengan ember menutupi wajah kalau hujan lebat,” kata Jumiah berkaca-kaca.
Kisah Haru Sang Guru Ngaji

Kisah Haru Sang Guru Ngaji

09 Desember 2019

Rumah bukan semata tempat tinggal, tetapi rumah adalah hal utama yang memberikan ketenangan batin dan kenyamanan penghuninya. Seperti Julaesih (62) dan Turaeni (68), keduanya kini bisa merasakan hidup yang tenang dan nyaman di usia senja mereka.

Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -