Mendaki dan Menggerakkan Gunung Sumeru

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Feranika Husodo (He Qi Utara), Anand Yahya, Juliana Santy

 

foto
Sabtu, 7 Juli 2012, sebanyak 54 relawan He Qi Selatan mengikuti sosialisasi mengenai peresmian Aula Jing Si Indonesia.

Gunung Sumeru berbeda dengan Gunung Semeru yang merupakan gunung berapi tertinggi di pulau Jawa. Gunung Sumeru yang disebut juga 'Meru agung' adalah gunung suci dalam kosmologi Hindu dan Buddha yang dianggap juga sebagai pusat alam semesta.

 

 

“Mendaki dan Menggerakkan Gunung Sumeru” menjadi tema sosialisasi kepada seluruh relawan Tzu Chi di Jakarta. Sejak tanggal 6-8 Juli 2012, sosialisasi ini diadakan di empat tempat yang berbeda, yaitu di Jing Si Books & Café Pluit bagi relawan He Qi Utara, ITC Mangga Dua Lt.6 bagi relawan He Qi Selatan, Jing Si Books & Café Kelapa Gading bagi relawan He Qi Timur dan Aula Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi bagi relawan He Qi Barat. Keseluruhannya sebanyak 276 relawan mengikuti sosialisasi tersebut.

Mengapa mendaki dan menggerakkan Gunung Sumeru? Gunung Sumeru adalah gunung kiasan yang melambangkan dunia, jadi saat menggerakkan Gunung Sumeru berarti kita ingin mengadakan perubahan di dunia ini, dengan bergerak maka akan ada perubahan. Bergerak ke mana? Tentu saja bergerak ke arah yang lebih baik.

Tujuan dari sosialisasi ini adalah untuk mengumpulkan kembali semua relawan Tzu Chi di mana pun mereka berada untuk ikut serta dalam sebuah momen bersejarah, yaitu peresmian Aula Jing Si yang akan dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2012. Pada saat peresmian itu juga, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia ingin mengajak semua relawan Tzu Chi untuk sama-sama mendoakan supaya bumi ini jauh dari bencana.

foto   foto

Keterangan :

  • Berbagai He Qi melakukan sosialisasi serupa sejak tanggal 6 hingga 8 Juli 2012. Pada hari Jumat, 6 Juli 2012, sosialisasi bagi relawan He Qi Utara di Jing Si Books & Café Pluit diikuti sebanyak kurang lebih 90 orang relawan (kiri).
  • Berbagai sosialisasi akan terus dilakukan untuk mengumpulkan kembali seluruh relawan Tzu Chi untuk menyambut peresmian rumah baru insan Tzu Chi, yaitu Aula Jing Si (kanan).

Tuan dari Rumah Ribuan Tahun
Aula Jing Si merupakan rumah bagi insan Tzu Chi, dan pada saat peresmiaan nanti setiap insan Tzu Chi akan menjadi tuan rumah bagi tamu-tamu yang hadir. Bagaimana caranya menjadi tuan rumah yang baik? Tentu tuan rumah harus mengerti isi rumah, mengetahui setiap sudut rumah, dan mengetahui sejarah rumah. Di dalam rumah tersebut berisi sejarah tentang Tzu Chi, bagaimana Tzu Chi bermula di Taiwan hingga ke berbagai negara termasuk Indonesia, oleh karena itu relawan juga harus mampu menjelaskan kembali kepada tamu-tamu yang hadir. Untuk itu beberapa bulan ke depan, relawan akan berkumpul untuk mempelajari lebih dalam sejarah mengenai Tzu Chi, perjalanan yang ditempuh oleh Tzu Chi di Indonesia hingga sejarah dalam setiap ukiran yang terdapat di dalam Aula Jing Si Indonesia.

Pada sosialisasi yang dibawakan oleh Elvy Kurniawan, relawan Tzu Chi, tersebut dikatakan bahwa rumah ini adalah “rumah ribuan tahun”, yang berarti rumah ini dibangun bukan hanya untuk satu-dua hari, tetapi ribuan tahun, kita berharap rumah ini bisa diwariskan kepada generasi berikutnya, dan bagian terpenting yang akan diwariskan bukan hanya rumah tetapi juga semangat yang ada di dalam rumah ini. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama yang solid dari setiap insan Tzu Chi untuk membangkitkan kembali hati setiap orang, terutama sesama relawan untuk turut serta, “Jangan hanya melihat rumah ini besar, tapi hati kita harus lebih besar dari rumah ini. Karena itu kita harus banyak-banyak mengajak relawan untuk kembali aktif kembali,” ucap Elvy kepada peserta sosialisasi.

Jika setiap orang mau menyumbangkan sedikit tenaga, maka akan terkumpul tenaga yang besar. Dengan setiap orang memiliki cinta kasih, maka akan terkumpul cinta kasih yang besar. Jika setiap orang memberikan berkah, maka rumah kita, rumah insan Tzu Chi, akan menjadi rumah penuh berkah. Dan dengan adanya dukungan dari banyak orang, maka kekuatan untuk memutar Gunung Sumeru dengan mengumpulkan banyak kebajikan akan terwujud.

 

 
 

Artikel Terkait

Memperkenalkan Tzu Chi Melalui Bandung Innovation Expo

Memperkenalkan Tzu Chi Melalui Bandung Innovation Expo

25 Januari 2019

Ada beragam cara untuk memperkenalkan visi misi Tzu Chi kepada khalayak luas. Seperti pada 19 Januari 2019, Tzu Chi Bandung ikut berpartisipasi pada pagelaran Bandung Innovation Expo. Di pameran itu, sebanyak 39 perusahaan menawarkan produk inovasi serta jasa mereka. Tzu Chi Bandung pun turut hadir menawarkan produk makanan vegetaris seperti mi instan, sereal, serta berbagai produk Jing Si.

Peresmian Sekolah Tzu Chi Indonesia

Peresmian Sekolah Tzu Chi Indonesia

20 Juli 2011
Sekolah Tzu Chi Indonesia adalah sekolah yang menggunakan 3 jenis bahasa, yaitu bahasa Indonesia, Mandarin dan Inggris, dimana bahasa Mandarin dan bahasa inggris merupakan bahasa utama dalam pelajaran dan dalam komunikasi sehari-hari para guru dan siswa.
Kepedulian Itu Ada di Dalam Hati

Kepedulian Itu Ada di Dalam Hati

06 Mei 2015 Charity Group Metro yang beranggotakan ibu-ibu yang berprofesi sebagai pedagang di Pusat Grosir Metro Tanah Abang, Jakarta Pusat memberikan donasi untuk para korban gempa Nepal melalui Tzu Chi.
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -