Mengerti Betapa Berharganya Orang Tua

Jurnalis : Stepen Wijaya (Tzu Ching Jakarta), Fotografer : Miki Dana (Tzu Ching Jakarta)
 
 

foto
Kunjungan ke panti jompo ini memberikan kesan yang mendalam bagi setiap Tzu Ching yang ikut serta

Pada hari Minggu, 28 April 2013, Tzu Ching, generasi muda Tzu Chi bersama-sama mengunjungi Panti Jompo Tresna Werdha di Cengkareng, Jakarta Barat. Jumlah peserta yang ikut pun jauh lebih banyak dari biasanya, yaitu sekitar 40 orang. Saya sendiri adalah Tzu Ching yang berasal dari Binus (Bina Nusantara), jadi kami sudah bersiap-siap pada pukul 06.30 pagi dan bersama-sama menuju ke RSKB Tzu Chi yang berada di Cengkareng, Jakarta Barat.

Di RSKB Tzu Chi, sudah banyak kelihatan Tzu Ching lain yang berantusias untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Jarak perjalanan dari RSKB Tzu Chi menuju ke panti jompo Tresna Werdha pun tidaklah jauh.

Kunjungan kami disambut hangat dan ceria oleh opa oma yang berada disana. Keceriaan tersebut dapat terlihat jelas di raut muka mereka dengan cara mengucapkan “Halo…” sambil menjabatkan tangan mereka kepada kami semua satu persatu. Tzu Ching pun langsung membagi kelompok karena ruangan opa oma yang tinggal di panti jompo ini dinamakan dengan unik. Ruangan di panti jompo tersebut dibagi berdasarkan nama-nama pulau di Indonesia seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Kebetulan untuk ruangan yang bernama “Papua” terletak di paling belakang panti tersebut, Tzu ching pun bergegas membersihkan tempat tidur para oma dan opa, mereka juga tidak lupa untuk menggunting kuku oma dan opa, mengingat mereka yang sudah tua dan sulit untuk menggunting kuku mereka sendiri.

foto  foto

Keterangan :

  • Kunjungan ini dilakukan pada tanggal 28 April 2013 dan diikuti sekitar 40 muda-mudi Tzu Chi (kiri).
  • Para relawan memegang sepotong kue untuk diberikan kepada opa dan oma (kanan).

Pada kesempatan ini, Tzu Ching juga memperagakan budaya humanis Tzu Chi yaitu bahasa isyarat tangan atau shou yu kepada opa dan oma. Shou yu yang dibawakan adalah lagu berjudul “Menyebarkan Cinta Kasih”, walaupun mereka tidak mengerti apa yang diperagakan tetapi mereka merasa terhibur dengan bahasa isyarat tangan yang dibawakan oleh Tzu Ching. Sebagai generasi muda Tzu Chi, Tzu Ching juga tidak kalah dengan pembawaan games, bersama-sama dengan opa dan oma, mereka bermain tebak-tebakan buah-buahan. Permainan ini dimainkan dengan sukacita, dari raut muka opa oma dapat terlihat bahwa mereka sangat senang dengan permainan yang kami bawakan. Setelah games selesai, Tzu Ching mendapat kesempatan untuk menyuapkan kue kepada opa dan oma. Sebagian opa dan oma pun mulai meneteskan air mata karena mereka merasakan keikhlasan hati dari seorang anak yang menyuapkan mereka kue tersebut, mereka juga merasakan seperti disuapi oleh anak mereka sendiri.

foto  foto

Keterangan :

  • Semangat opa dan oma dapat menjadi teladan bagi kita semua, walaupun mereka sudah tua dan tidak memiliki keluarga di masa tua, tetapi mereka dapat dengan tabah menerima keadaan yang mereka hadapi (kiri).
  • Kunjungan ini bermakna agar setiap anak ingat selalu bahwa ada dua hal yang tidak bisa ditunda dalam hidup, yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan (kanan).

Penutupan acara ditutup dengan salam bersama dan pembagian sembako kepada setiap opa dan oma yang ada disana. Acara ini sungguh mengharukan, mengingat opa dan oma yang sudah tua tetapi tidak ada keluarga yang menemani masa tua mereka. Salah satu relawan Tzu Ching yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini, Frensen mengaku bahwa dia sangat sedih melihat kondisi opa dan oma di panti jompo. Tetapi di balik semua itu, dia sangat senang dapat bersumbangsih kepada opa dan oma yang berada di panti jompo. Kegiatan ini membuatnya belajar sesuatu yang berharga bagi kehidupan, “Mengapa ada anak yang tega menitipkan orangtua mereka sendiri ke dalam panti tersebut, pelajaran yang dapat saya tarik dari kejadian tersebut adalah, sejelek atau seburuk apapun orang tuamu, itulah orang tuamu, sayangilah mereka sebagaimana kamu menyayangi dirimu sendiri, ingatlah bahwa orang tua adalah Tuhan nomor 2 di dunia ini,” ujarnya mantap.

Semangat opa dan oma dapat menjadi teladan bagi kita semua, walaupun mereka sudah tua dan tidak memiliki keluarga di masa tua, tetapi mereka dapat dengan tabah menerima keadaan yang mereka hadapi. Hal ini juga mengingatkan kita akan kewajiban seorang anak, seperti kata perenungan Master Cheng Yen, “Di dunia ini ada dua hal yang tidak dapat ditunda yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan.” Pergunakanlah waktu kita sebaik-baiknya untuk berbakti kepada orang tua, karena budi jasa orang tualah yang paling susah untuk dibalas. Jangan sampai hingga penyesalan itu datang dan kita sudah terlambat untuk melakukannya.

  
 

Artikel Terkait

Kacamata dan Ketegaran Agus

Kacamata dan Ketegaran Agus

01 Agustus 2012 Jalinan jodoh terjalin tanpa diduga dan sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, seperti yang terjadi dalam kegiatan Bakti Sosial Pemeriksaan Mata bagi Siswa SD hingga SMA yang dilaksanakan di Kecamatan Tapung dan Tapung Hilir Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Suara Kasih : Mengembangkan Welas Asih

Suara Kasih : Mengembangkan Welas Asih

03 Mei 2010
Kini saya berikrar di hadapan Kakek Guru bahwa saya akan menjadi insan Tzu Chi. Kebijaksanaan yang diwariskan ayah akan senantiasa kami sebarkan. Kami akan melanjutkan misi ayah dan giat belajar. Terima kasih, Kakek Guru,” kata salah seorang keluarga pasien.
Bebenah Kampung di Bumi Minang

Bebenah Kampung di Bumi Minang

13 Desember 2010
Minggu pagi tanggal 12 Desember 2010 sejumlah relawan Tzu Chi Jakarta, Padang, dan beberapa pejabat Pemerintah Kota Padang mengunjungi rumah Mawarni. Ia menunggu kedatangan relawan Tzu Chi dan pejabat Pemerintahan Kota Padang yang hendak melihat langsung kondisi rumahnya dan proses renovasi yang sedang berjalan.
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -