Menjadi Guru yang Humanis

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto

Sebanyak 42 guru dari Sekolah Ehipassiko mengikuti kegiatan bedah buku: Pedoman Guru Humanis pada pukul 14.00 WIB, seusai kegiatan belajar mengajar di ruang serba guna lantai satu.

Jumat, 1 April 2016, Sekolah Ehipassiko, BSD, Tangerang mengadakan kegiatan bedah buku: Pedoman Guru Humanis karangan Master Cheng Yen. Sebanyak 42 guru dari Sekolah Ehipassiko datang ke ruang serba guna lantai satu untuk mengikuti kegiatan pada pukul 14.00 WIB usai kegiatan belajar mengajar. Dengan mengundang pembicara, Hok Lay yang juga relawan Tzu Chi, para guru berdiskusi mengenai proses menjadi seorang guru yang humanis.

“Senang ya dapat ilmu dari buku ini, mengingat buku ini membahas mengenai cara guru dalam memberikan pengajaran dan pendidikan secara humanis,” tutur Indi Y. Wirawan selaku direktur Sekolah Ehipassiko kepada para guru yang hadir di kegiatan. Indi pun berterima kasih kepada relawan Tzu Chi yang terus mendukung Sekolah Ehipassiko dan berharap kegiatan bedah buku itu dapat terus berkesinambungan. ”Nantinya Kepala sekolah masing-masing akan membuat forum di unit masing-masing dan mengoordinir untuk membedah buku ini dan nanti sekali-sekali kita akan undang kembali relawan Tzu Chi untuk datang sharing. Biar sedikit (anggotanya) tapi yang penting ada yang nyangkut dan kita dapat menjadi guru yang luar biasa,” ungkap Indi penuh harap.


Indi, Direktur Sekolah Ehipassiko berharap para guru dapat membaca dan mendalami buku Pedoman Guru Humanis dan mengaplikasikannya ke dalam keseharian mengajar di kelas. 

Menjadi Tangguh dan Kuat dalam Mendidik

Kegiatan bedah buku seakan memberikan nuansa baru dalam mengajar bagi para guru yang hadir. Contohnya Ria Anggita, guru yang baru mengajar di kelas 6 SD Ehipassiko selama satu tahun ini mengatakan jika kegiatan bedah buku ini memberikan beberapa prinsip mengajar dengan berdasarkan  hati orang tua, di mana para murid dijaga dan dididik dengan penuh kasih. Hal ini mengingat anak-anak yang dididiknya merupakan anak-anak yang akan beranjak menuju remaja di mana mereka butuh bimbingan yang benar dan positif. ”Kadang sebagai guru ada perasaan lelah dalam mengajar anak, mengingat karakteristik anak berbeda-beda. Tapi kita enggak boleh merasa capek atau putus semangat dalam melakukan kebajikan. Hal itu yang saya dapat dari kegiatan bedah buku ini,” terang anak ketiga dari lima bersaudara ini.

Ria pun berharap dengan adanya kegiatan tersebut, dirinya dan teman-teman sesama guru dapat meningkatkan keahlian dan kemampuan dalam mendidik dan membimbing para murid. “Supaya kita tahu bagaimana caranya menjadi guru yang humanis. Bagaimana kita tidak gampang menyerah dalam menghadapi tantangan dan penguatan tekad kita (dalam mengajar ),” pungkas Ria pasti.

Ria Anggita (kiri), berharap dengan adanya kegiatan tersebut, dirinya dan teman-teman sesama guru dapat meningkatkan keahlian kemampuan mereka dalam mendidik dan membimbing para murid.

Artikel Terkait

Berbagi Sukacita dalam Dharma

Berbagi Sukacita dalam Dharma

03 April 2024

Triana mengajak 15 partisipan menyelami intisari yang terkandung dalam video Master Cheng Yen Bercerita berjudul “Roti Khayalan”. Berkisah tentang dua sahabat baik yang melakukan perjalanan wisata bersama. Namun di tengah perjalanan, mereka malah saling berkelahi.

Indahnya Kebersamaan dalam Bedah Buku

Indahnya Kebersamaan dalam Bedah Buku

11 Juli 2011
Materi yang dibahas pada malam itu adalah Bab 12 halaman 206 dari buku Master Cheng Yen yang berjudul “Teladan Cinta Kasih”. Terlihat jelas bahwa Rosa sangat menguasai materi
Menggalang Hati Melalui Bedah Buku

Menggalang Hati Melalui Bedah Buku

01 November 2011 Bedah buku kini menjadi sebuah kegiatan positif di setiap komunitas. Kegiatan ini sekarang menjadi agenda penting bagi kita. Suatu kegiatan positif yang harus didukung kesinambungannya oleh kita semua.
Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -