Menjalin Jodoh Baik Dengan Gan En Hu

Jurnalis : Joliana (Relawan He Qi Barat), Fotografer : Rudi D, Merry (Relawan He Qi Barat)
 
 

foto
Jhonny Shixiong, relawan Komite Tzu Chi memberikan penjelasan mengenai relief perjalanan Tzu Chi Di Indonesia kepada para Gan En Hu – Penerima bantuan Tzu Chi.

Sebagai kelanjutan dari kunjungan kasih pasien tanggal 28 Oktober 2012, sebelumnya relawan Tzu Chi He Qi Barat melihat banyak pasien dari luar kota yang tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, menjalani pengobatan selama berbulan-bulan di Jakarta tanpa ada penghiburan. Maka diadakanlah kegiatan ramah tamah dengan pasien luar kota pada hari Sabtu, 17 November 2012, dengan Johnny Shixiong sebagai PIC kegiatan. Kegiatan kali ini bertujuan agar para pasien luar kota dapat merasakan kehangatan cinta kasih para insan Tzu Chi. Selain itu agar pasien dapat terhibur dan memberikan suasana baru bagi mereka. Kegiatan kunjungan kasih kali ini juga bertambah istimewa dengan kehadiran Sofyan, pasien Tzu Chi Jakarta yang baru saja kembali setelah menjalani operasi di Taiwan.

Pukul 10.30, sebanyak 27 relawan dan 20 pasien dari luar kota beserta keluarga berkumpul bersama di Gedung Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng untuk melakukan acara ramah tamah. Di acara ramah tamah ini, relawan Tzu Chi mengajak para pasien untuk lebih mengenal visi dan misi Tzu Chi melalui tayangan DVD tentang misi amal. Setelah itu, para pasien diajak untuk melakukan gerakan isyarat tangan “ Ren Jien You Ai” yang kemudian dilanjutkan dengan sharing dari relawan Tris tentang awalnya ia menjadi relawan dan perubahan yang terjadi setelah menjadi relawan. Setelah Tris memberikan sharing, Sofyan penerima bantuan pengobatan jangka panjang Tzu Chi pun juga memberikan beberapa kesannya selama menjalani pengobatan di Taiwan kepada para pasien luar kota. Sofyan juga menceritakan ketika ia bertemu dengan Master Cheng Yen. Pada saat itu, Sofyan dalam bahasa Mandarin meminta agar Master Cheng Yen jangan kuatir akan dirinya.  

Lalu acara pun dilanjutkan dengan mengunjungi Aula Jing Si Indonesia di Pantai Indah Kapuk. Di sana kami berkeliling ke semua bangunan yang ada. Dimulai dari Lobby DAAI TV, Ce Bei Da Ting, Exhibition Hall, Jing Si Da Ting, Guo Yi Ting, Jiang Jing Tang, replika rumah Master, Lobby Gan En Lou. Terlihat para pasien merasa takjub akan keindahan bangunan Aula Jing Si Indonesia. Setiap bagian mempunyai makna tersendiri, yang mana diharapkan dapat menyampaikan pesan dan kesan setelah kita melihatnya. Kita juga dapat merasakan semangat ajaran Budha serta budaya humanis Tzu Chi melalui setiap bentuk, sudut, detail bangunan juga poster-poster yang terpampang di sepanjang ram dari lantai 1 menuju lantai 4.

Dikesempatan ini saya juga mewawancarai seorang pasien bernama Turima Pasaribu berusia 37 tahun berasal dari Batam, pasien menderita TBC tulang. Sudah satu bulan pasien datang ke Jakarta untuk melakukan pengecekan dan pengobatan lebih lanjut atas sakit yang dideritanya. Awal nya pasien berobat ke puskesmas dan kemudian dirujuk ke RSUD setempat. Dokter mangatakan bahwa kondisi pasien harus dioperasi. Mendengar kata operasi yang ada dibenak Turima adalah biaya yang besar dan dia mengatakan lebih baik didiamkan saja dan mati. Tetapi dokter yang menangani Turima terus memberi semangat, masih ada jalan lain dan menganjurkan untuk meminta bantuan dari Yayasan Budha Tzu Chi, kalau benar-benar butuh bantuan dan memenuhi persyaratan pasti dibantu.

foto  foto

Keterangan :

  • Dalam berkeliling Aula Jing Si para relawan Tzu Chi  selalu memperhatikan dan menjaga agar setiap pasien dapat menikmati acara ini dengan baik dan nyaman (kiri).
  • Selain mengajak berkeliling Aula Jing Si Indonesia, relawan Tzu Chi juga membagikan hadiah kepada para Gan En Hu guna memberikan hiburan agar mereka dapat lebih bergembira (kanan).

Setelah semua persyaratan dikumpulkan, Turima memberanikan diri mengajukan ke Yayasan dan esok hari dirinya mendapat kunjungan dari relawan Tzu Chi yang sedang melakukan survei. Prosesnya sangat cepat, dalam beberapa hari Tzu Chi telah mengabulkan permohonan bantuan Turima, sampai akhirmya dirujuk ke Jakarta. Sekarang semangat hidup Turima tumbuh kembali, harapan ingin sembuh karena ada keluarga yang menunggunya, yang mana sebelumnya harapan hidup sudah tidak ada lagi. 

Ditanya bagaimana perasaannya saat ini, Turima mengatakan, “Perasaan sangat senang sekali seperti keluar dari sangkar burung. Kondisi di Perumahan Cinta Kasih memang enak, tapi lebih enak lagi diajak jalan-jalan seperti hari ini”. Turima saat ini tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng bersama dengan pasien dari luar kota lainnya. Dia berharap bisa sembuh kembali dan pulang dengan menceritakan pengalaman nya di Jakarta.

Berikutnya adalah Ayung dari Banda Aceh, dia bisa sampai Jakarta karena menemani papa mertua nya bernama Darmawan usia 74 tahun yang menderita sakit jantung. Saat ini pasien Darmawan sudah dioperasi pada tanggal 9 November 2012 di RSCM. Dikatakan kondisi pasien saat ini stabil hanya kondisi fisik masih lemah. Darmawan sehari-hari bekerja di Vihara di Banda Aceh, dengan kondisi jantungnya dia diharuskan untuk operasi tapi sudah dua kali tidak berhasil hingga akhirnya dirujuk ke Jakarta. Ayung berserta Darmawan sudah 3 bulan berada di Jakarta.

Ayung merasa bahagia karena operasi di Jakarta dinyatakan berhasil. Ditanya perasaannya saat ini, Ayung mengatakan sangat bahagia bisa berkumpul bersama dengan para relawan Tzu Chi di Jakarta, karena selama 3 bulan ini hanya di Perumahan Cinta Kasih dan rumah sakit saja. Dia juga mengatakan bahwa para relawan di sini bersikap baik dan penuh perhatian. Ayung mengatakan, “Saya sebagai keluarga mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Budha Tzu Chi Jakarta dan Banda Aceh yang sudah membantu kami, sehingga papa bisa operasi”. Ini adalah jalinan jodoh yang baik bisa bertemu dan berkegiatan bersama di Jakarta. 

Pandangan saya beralih ke beberapa anak kecil, di sana ada Juliana dan Viona. Juliana usia 15 tahun dan Viona 9 tahun berasal dari Singkawang, mereka berdua menderita sakit jantung dan sedang menunggu jadwal operasi untuk kedua kalinya. Mereka sudah 8 bulan berada di Jakarta, hari itu di wajah yang masih lugu ini terpancar rasa bahagia, Saat ditanya bagaimana perasaannya saat ini, baik Juliana maupun Viona mengatakan, “Enak… senang sekali karena bisa melihat-lihat, jalan-jalan, tidak merasakan sakit”, sambil tertawa bahagia.

foto  foto

Keterangan :

  • Para Gan En Hu diajak untuk bersama-sama melakukan gerakan isyarat tangan satu keluarga (kiri).
  • Menjelang penghujung  acara, para Gan En Hu, memberikan sharingnya jika mereka sangat gembira dengan ikut bergabung dalam acara keliling Aula Jjing Si ini dan berterimakasih atas perhatian relawan Tzu Chi yang begitu tulus dan bersungguh hati (kanan).

Pasien lain adalah Pak Nasri yang berasal dari Kepulauan Riau, Batam, yang sudah 13 tahun menderita sakit ginjal. Pengobatan sudah dilakukan di daerah tapi tidak menunjukkan hasil sehingga dirujuk ke Jakarta. Pak Nasri tinggal di Perumahan Cinta Kasih sudah 7 bulan lamanya, tanpa ditemani sanak saudara. “Perasaan saya tidak bisa diungkapkan. Yayasan Budha Tzu Chi memberi dengan penuh keikhlasan tanpa memandang suku, agama dan ras. Ketulusannya yang ingin ikut merasakan penderitaan para pasien, jiwa sosialnya sangat tinggi dan sungguh luar biasa. Mengerti perasaan yang sakit dari desa ke Jakarta.  Selama ini kami hanya melihat Jakarta pada saat dari Perumahan Cinta Kasih ke rumah sakit, tapi hari ini kami diajak berkeliling dan dihibur seperti ini, penyakit berasa berkurang separuh bahkan tidak merasakan sakit, telah hilang karena luar biasa senangnya. Ini semua berkat cinta kasih para relawan Budha Tzu Chi”, demikian penuturan Pak Nasir dengan bersemangat.

Ikut pula pasien bernama Deliana yang asli dari Tapanuli Selatan tinggal di Pekan Baru. Usia 30 tahun yang menderita sakit tulang. Deliana datang ditemani dengan kakaknya. Ditanya bagaimana perasaannya saat ini, dia mengatakan. “Perasaan senang, walau sakit tapi terhibur”. Deliana sudah sebulan berada di Jakarta,  sekarang sedang menjalani pengobatan jalan, kaki sebelah kanan. Sementara untuk jadwal dioperasi belum diketahui. Mengetahui Budha Tzu Chi dari RSU Arifin Ahmad karena sering bertemu dengan relawan yang membawa pasien. Deliana saat ini sedang menunggu operasi untuk kedua kalinya. Operasi pertama  ditanggung oleh pemerintah tapi operasi kedua pemerintah hanya menanggung biaya pengobatan sementara transportasi tidak, sehingga Deliana mengajukan bantuan dan disetujui oleh Yayasan  Budha Tzu Chi, juga untuk tempat tinggal.

Pak Budi yang datang bersama istri tak luput dari pandangan saya. Mereka datang ke Jakarta karena anaknya yang sakit Muhammad Gio Al Fikri berusia  2 tahun 4 bulan, berasal Singkawang menderita tumor di mata. Bola mata sebelah kanan saat ini sudah diangkat. Kondisi Gio saat ini terlihat lincah dan gesit. Saat ini sedang menjalankan kemoterapi tahap awal sebanyak 6 siklus selama 6 bulan. Yang nantinya akan  dievaluasi kembali. Saat ini Gio sudah menjalani siklus ke- 4. “Perasaan saya sekeluarga senang sekali, refreshing”, jawab Pak Budi, saat ditanya perasaannya saat ini. Pak Budi dan keluarga sudah hampir 5 bulan tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. Perkiraan pengobatan memakan waktu setahun menurut dokter.  “Kita berterima kasih kepada Yayasan Budha Tzu Chi yang mau menolong kita. Tanpa bantuan yayasan kita juga kesulitan tempat tinggal, sakit kurang biaya. Para relawan di sini sering mengunjungi juga, terima kasih banyak bisa kenal sama yayasan.” demikian penuturan Pak Budi. Pak Budi mengenal Yayasan Budha Tzu Chi dari relawan Singkawang saat Gio berobat, lalu dia memberanikan diri untuk meminta bantuan, langsung di survey dan ternyata permohonan nya disetujui, hingga akhirnya dirujuk ke Jakarta.

Acara ramah tamah ini sangat memberikan kesan yang mendalam baik bagi relawan maupun pasien. Hari itu sungguh luar biasa, sangat terasa kehangatan cinta kasih, tulus ikhlas para relawan selama menemani pasien. Rasa sakit sudah terlupakan yang ada hanya suasana kegembiraan, suara tawa canda.. Bahagianya melihat mereka tersenyum dan tertawa bahagia. Walaupun kita tidak saling mengenal, dari berbagai daerah yang berbeda-beda tapi kita semua merasakan atmosfir kekeluargaan yang luar biasa. Tanpa sadar para relawan telah menjalin hati dengan para pasien luar kota yang bernama persaudaraan. Segaris senyum dan tatapan Mata yang bersahabat cukup untuk menunjukkan bahwa kita peduli terhadap orang lain.

Semoga acara ini bisa memberi kenangan pada saat mereka telah kembali ke kampung halamannya masing-masing.

Makna dari "Welas asih" adalah  berbelas kasih, bersependerita dan sepenanggungan pada semua mahkluk, tanpa harus ada hubungan darah, memberikan perhatian pada semua yang bernyawa. ~Kata Perenungan Master Cheng Yen ~

  
 

Artikel Terkait

Doa Sekolah Tzu Chi Indonesia Untuk Wuhan

Doa Sekolah Tzu Chi Indonesia Untuk Wuhan

26 Februari 2020

Para siswa, guru, dan staff Sekolah Tzu Chi Indonesia berdoa bersama, menggalang dana, dan membuat poster untuk menunjukan simpati pada Wuhan.

Bantuan bagi Korban Gempa di Solok Selatan

Bantuan bagi Korban Gempa di Solok Selatan

19 Maret 2019
Widya Kasuma langsung mengkoordinir semua relawan.  Hari itu juga disiapkan sebanyak 40 paket sembako yang berisi beras, roti, serta mie instan DAAI. Sehari kemudian, pada 2 Maret 2019 sebanyak 11 relawan langsung menuju lokasi dan menyalurkan paket sembako tersebut. 
Sepenuh Hati Melayani Masyarakat di Masa Pandemi

Sepenuh Hati Melayani Masyarakat di Masa Pandemi

02 Juli 2021
Lonjakan kasus pasien Covid-19 di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Pulau Jawa dalam sepekan terakhir membuat banyak rumah sakit kewalahan. Begitu juga yang terjadi di Tzu Chi Hospital, tepatnya di Pandemic Ward yang melayani pasien Covid-19.
Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -