Merajut Harapan, Menemani Sepanjang Perjalanan

Jurnalis : Vincent Salimputra (He Qi Pluit), Fotografer : Rini, Lestin Trisiati, Vincent Salimputra (He Qi Pluit)

Jokkhian dan Ritawati, pasangan relawan yang pernah mendampingi Umi dan Zulkifli, dengan penuh empati memandu sesi talkshow penuh haru dalam acara Gathering Gan En Hu.

Tak ada yang menyangka bahwa Februari 2019 akan menjadi titik balik dalam hidup Umi Komariatun (37). Pagi itu, ia masih menjalani rutinitas bekerja seperti biasa di salah satu mal di Jakarta. Sehat, ceria, dan penuh semangat. Namun hanya beberapa jam setelah pulang, hidupnya berubah drastis. Sakit kepala hebat datang tiba-tiba, disusul tubuh bagian kiri yang mendadak lemas.

“Mas, aku kenapa ya, kok pusing?” ucap Umi sebelum akhirnya tak sadarkan diri.

Suaminya, Zulkifli (35), yang akrab disapa Bang Zul, panik. Ia segera menggendong istrinya dan bergegas mencari pertolongan medis. Sayangnya, dua rumah sakit terdekat tidak dapat menerimanya karena penuh. Dalam kondisi darurat, ia bahkan menghentikan angkot di tengah jalan demi menyelamatkan nyawa sang istri.

“Saya berhentikan mobil angkot di tengah jalan minta bantuan. Setelah keliling-keliling, akhirnya diterima di IGD RSUD Tarakan dan didiagnosa awal menderita vertigo,” kata Zulkifli.

Namun karena Umi yang tak kunjung sadar, dokter saraf segera melakukan CT scan. Hasilnya mengejutkan, terjadi pendarahan hebat di otak, dan setengah bagian otaknya telah terendam darah.

Tindakan darurat berupa kraniektomi (pengangkatan sebagian batok kepala) pun dilakukan pada 9 Februari 2019 demi menyelamatkan nyawanya. Rambut panjang Umi terpaksa dicukur habis. Ia hanya bisa berkomunikasi lewat isyarat selama hampir dua minggu dirawat di ruang ICU.

Rina, staf Bakti Amal Tzu Chi Indonesia, memaparkan ketentuan lomba Teratai Digital Festival 2025 kepada anak-anak teratai komunitas He Qi Pluit dan Angke.

Setelah rangkaian pemeriksaan lebih lanjut, dokter menyatakan bahwa Umi mengidap penyakit langka arteriovenous malformation (AVM), kelainan pada pembuluh darah otak yang bisa pecah sewaktu-waktu dan berakibat fatal. Satu-satunya jalan untuk menurunkan risiko pendarahan ulang adalah prosedur Gamma Knife, terapi radiasi berpresisi tinggi. Namun biayanya sangat besar dan tidak sepenuhnya ditanggung BPJS.

Waktu itu, usia pernikahan mereka baru enam tahun. Di tengah kebuntuan, Zulkifli tidak tinggal diam. Ia mendatangi banyak pihak, mulai dari keluarga, anggota dewan, hingga berbagai lembaga sosial, demi mencari secercah harapan. Ia juga berupaya menghimpun dana melalui platform penggalangan daring. Namun belum juga mencukupi.

Zulkifli yang pernah bekerja di toko buku dan gemar membaca banyak terinspirasi dari kisah-kisah keteladanan. Salah satu yang membekas adalah Kata Perenungan Master Cheng Yen. “Saya belajar dari pengalaman orang-orang hebat, salah satunya Master Cheng Yen. Dalam salah satu perenungannya disebutkan bahwa kebijaksanaan tidak akan tumbuh bila kita lari dari masalah. Kalau mengakhiri hidup, ya sama saja lari,” ujarnya. Kata-kata itu menyentuh hatinya dan menggugah semangatnya untuk bangkit kembali di tengah keterpurukan.

Saat itulah seorang tetangga di rumah susun menyarankan agar Zulkifli mengajukan permohonan bantuan ke Yayasan Buddha Tzu Chi. Dengan harapan yang tersisa, Zulkifli pun mengajukan bantuan pada Mei 2021. Hanya tiga hari setelah berkas dikirimkan, tim relawan Tzu Chi langsung melakukan survei ke rumah mereka. Pertemuan ini menjadi awal dari jalinan jodoh yang membukakan jalan harapan.

“Secara kebetulan setelah membaca Kata Perenungan Master Cheng Yen, akhirnya kami berjodoh dan dibantu oleh Tzu Chi,” kata Zulkifli.

Relawan menyiapkan kue dan bingkisan sederhana sebagai bentuk perhatian bagi para relawan dan Gan En Hu yang merayakan ulang tahun.

Dengan dukungan dari berbagai pihak, prosedur Gamma Knife akhirnya berhasil dilakukan. Namun perjuangan belum berakhir. Pascaoperasi, Umi mengalami kelumpuhan pada separuh tubuhnya. Ia tak bisa berdiri, berjalan, bahkan duduk tanpa bantuan.

“Saya sempat kehilangan harapan hidup. Separuh badan saya tidak bisa digerakkan. Saya hanya bisa menangis dan merasa semua sudah berakhir,” kenang Umi dengan suara lirih.

Kini, meskipun masih bergantung pada kursi roda dan menjalani fisioterapi rutin di RSCM setiap hari Selasa, Umi telah memilih untuk bangkit. Perlahan tapi pasti, semangat hidupnya tumbuh kembali, berkat cinta Zulkifli dan ketulusan para relawan Tzu Chi yang setia mendampingi.

Dari Penerima Bantuan Menjadi Pemberi Inspirasi
Seiring waktu, kondisi Umi membaik. Meski tubuhnya belum sepenuhnya pulih, hatinya dikuatkan oleh cinta kasih yang ia terima. Relawan Tzu Chi yang rutin mengunjungi mereka tidak hanya memberi perhatian, tapi juga menumbuhkan semangat di hati Umi dan Zulkifli. Kedekatan yang terjalin pun terasa begitu hangat dan tulus, layaknya keluarga sendiri.

“Saya kehilangan keluarga dan saudara, ternyata ada yang lebih peduli. Tambah tinggi lagi semangat saya. Jadi dengan adanya relawan datang ke rumah, rasanya seperti dikunjungi kakak sendiri. Ternyata selama ini kami berusaha tidak sia-sia, selalu ada jalan,” ujar Zulkifli.

Seorang Gan En Hu menuangkan isi celengan bambu yang telah penuh, sebagai wujud syukur dan niat tulus untuk turut berbagi, di tengah acara Gathering Gan En Hu.

Enam tahun setelah tragedi itu, pada Minggu, 1 Juni 2025, Umi dan Zulkifli diundang sebagai narasumber dalam acara Gathering Gan En Hu (GEH). Bertempat di basement Gedung DAAI, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta, acara ini dihadiri oleh 106 penerima bantuan jangka panjang dan 33 relawan dari komunitas He Qi Pluit.

Yang membuat momen ini makin istimewa, hari itu bertepatan dengan ulang tahun pernikahan mereka yang ke-13. Bagi pasangan ini, tidak ada perayaan yang lebih bermakna selain berbagi kisah dan semangat hidup kepada orang-orang yang pernah dan sedang mengalami ujian serupa.

“Saya benar-benar tidak menyangka, dari yang awalnya hanya berharap bisa ditangani, akhirnya bisa sampai di titik ini. Bantuan Tzu Chi dan orang-orang baik membuat hidup saya seolah dimulai kembali,” ucap Umi dengan mata berkaca-kaca.

Zulkifli pun menambahkan betapa peran relawan sangat berarti bagi mereka. “Kami tidak merasa sendiri. Relawan hadir bukan cuma memberi bantuan materi, tapi juga semangat dan telinga yang mendengarkan. Itu yang membuat saya kuat,” ujarnya.

Duduk di atas kursi roda di hadapan lebih dari seratus Gan En Hu dan puluhan relawan, Umi dan Zulkifli membagikan kisah perjuangan mereka dengan suara pelan namun penuh keyakinan. Mereka mengisahkan saat-saat tergelap dalam hidup mereka, ketika merasa nyaris menyerah, hingga akhirnya memilih bangkit dan bersyukur.

Selain menuangkan celengan bambu yang telah penuh, para Gan En Hu juga menunjukkan semangat memberi dengan berdonasi secara langsung.

Di akhir sesi talkshow, Umi menyampaikan pesan haru kepada Zulkifli, “Yang paling istimewa dari (perayaan ulang tahun pernikahan red.) sebelumnya, karena disaksikan begitu banyak orang dan dirayakan. Aku mau ngucapin banyak-banyak terima kasih. Karena sudah nemenin aku, ngajarin aku, nyiapin aku… Di saat aku cuma bisa tidur, kamu yang urus semuanya. Maaf aku belum jadi istri yang sempurna. Aku nggak sadar perjuangan kamu gendong aku ke sana kemari. Tapi aku tahu… kamu suami siaga, bukan cuma saat senang, tapi juga saat duka. Terima kasih ya, Kak.”

Zulkifli pun mengakhiri sesi dengan membacakan kata perenungan yang selalu menguatkannya. “Seseorang hendaknya punya perasaan bahwa dirinya bermanfaat bagi orang lain, jangan hanya punya perasaan sebagai orang yang telah meraih kesuksesan. Dengan demikian, hati kita akan merasa lebih nyaman,” pungkasnya.

Kisahnya menggugah hati banyak peserta. Tidak sedikit yang menitikkan air mata, menyadari bahwa di balik penderitaan yang berat, masih mungkin tumbuh harapan dan cinta kasih yang tulus. Bagi Umi dan Zulkfili, inilah caranya membalas kebaikan, dengan membagikan kekuatan dari luka yang telah disembuhkan.

Refleksi dan Cinta Kasih dalam Gathering GEH

Para relawan yang bersumbangsih dalam acara hari itu berfoto bersama sebagai bentuk kebersamaan dan semangat gotong royong dalam menebar cinta kasih.

Gathering GEH hari itu bukan hanya menjadi ruang temu kasih, tapi juga momen refleksi mendalam. Dihadiri para Gan En Hu dan relawan, kegiatan ini mengalir hangat dan menyentuh. Diawali dengan pemutaran ceramah Master Cheng Yen yang menyentuh hati, peserta diajak merenungkan bagaimana perubahan pola pikir dan penerimaan Dharma bisa mengubah kehidupan seseorang secara menyeluruh, mulai dari keluarga, pribadi, hingga relasi sosial. Rangkaian acara juga meliputi penjelasan mengenai Teratai Digital Festival 2025 yang akan diikuti oleh anak-anak asuh, perayaan ulang tahun relawan dan Gan En Hu, penuangan celengan bambu, hingga mini bazar. Semua kegiatan berlangsung dalam semangat kebersamaan dan gotong royong.

Gathering GEH hari itu bukan sekadar pertemuan. Ia menjadi simbol nyata bahwa cinta kasih dapat membangkitkan harapan baru. Dari mereka yang pernah terbantu, untuk kembali menyemai kekuatan bagi sesama yang tengah diuji.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Berbagi Harapan dan Kebahagiaan Bersama Penerima Bantuan

Berbagi Harapan dan Kebahagiaan Bersama Penerima Bantuan

18 September 2024

Relawan Tzu Chi Tangerang mengadakan Gathering Gan En Hu (penerima bantuan) dan Anak Asuh Teratai di Kantor Tzu Chi Tangerang. Dalam kesempatan itu, banyak juga Gan En Hu dan anak asuh yang membawa celengan bambu untuk didonasikan ke Tzu Chi.

Mendalami Makna Saling Berbagi

Mendalami Makna Saling Berbagi

15 Maret 2019
Relawan Tzu Chi kembali mengadakan kegiatan Gathering Gan En Hu dan Anak Asuh pada Minggu, 3 Februari 2019, di lantai Basement Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. 
Wujud Cinta Kasih Relawan Tzu Chi Surabaya

Wujud Cinta Kasih Relawan Tzu Chi Surabaya

21 Juli 2023

Tzu Chi Surabaya mengadakan kegiatan kepulangan Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) yang berlokasi di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Surabaya pada 9 Juli 2023.

Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -