Merekam Jejak Cinta Kasih

Jurnalis : Erich Kusuma, Fotografer : Erich Kusuma
 
 

fotoDengan sedikit humor dan penjelasan yang ringan serta mudah dimengerti, Agus Hartono menjelaskan sejarah Tzu Chi kepada para peserta kegiatan bedah buku.

Hari Jumat sore, tanggal 4 Juni 2010, hujan rintik–rintik menemani sepanjang perjalananku menuju ke rumah salah satu relawan Tzu Chi di Taman Kebon Jeruk, Jakarta. Tetapi bagiku itu bagaikan tantangan tersendiri terutama sebagai relawan 3 in 1 Tzu Chi. Meski tugas dokumentasi seperti ini bukanlah yang pertama akan tetapi deru di hati setiap mendengar sepenggal kalimat, “Tolong bantu saya mendokumentasi kegiatan kali ini ya” yang biasa dilontarkan oleh relawan Tzu Chi membuat diriku begitu antusias dan bersemangat.

Kali ini aku mendapat tugas mendokumentasikan sebuah kegiatan bedah buku yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi di He Qi Barat. Akan tetapi pada kegiatan bedah buku kali ini ada sedikit perbedaan. Pada bedah buku kali ini relawan membahas dan mengupas tentang peran relawan dokumentasi yang istilahnya dalam Tzu Chi disebut 3 in 1. Kebetulan sekali pikirku, aku yang baru bergabung sebagai relawan 3 in 1 Tzu Chi dan masih belum begitu mengerti tentang peran 3 in 1, bahkan pada saat acara dimulaipun aku masih bingung tentang artikel yang akan aku tulis nanti.

Acara pun dibuka oleh Ika dengan Doa Bebas Bencana Bagi Sesama. Lantunan lagu merdu masuk ke dalam telingaku dengan lembut, kata-kata indah bagi sesama yang mudah diingat membuat hatiku yang saat itu masih bingung mengenai sudut pandang tulisanku nanti menjadi hangat dan tenang.

Makna 3 in 1
Acara berikutnya diisi oleh Agus Hartono, Head Division Tim Media Cetak Tzu Chi. Agus memberikan penjelasan tentang fungsi dan arti dari relawan dokumentasi 3 in 1. Olehnya, dikisahkan bahwa 3 in 1 itu bagai sebuah kopi mix 3 in 1 yang terdiri dari susu, gula, dan kopi. Apabila satu dari mereka tidak ada maka rasanya akan tidak enak dan namanya bukan 3 in 1 lagi. Sambil menerangkan dengan santai, tenang dan sedikit humor untuk mencairkan suasana, Agus menjelaskan satu persatu makna susu, gula, dan kopi tersebut. Hmm… kini aku tahu arti dari 3 in 1 itu sendiri. 3 in 1 merupakan gabungan dari foto, video, dan artikel.

Dalam mendokumentasikan sebuah kegiatan harus selalu ada foto, video, dan artikel, karena masing-masing akan saling menunjang. Dalam sesi ini, Agus Hartono menunjukkan bagaimana sejarah Tzu Chi bisa tercatat berkat adanya relawan dokumentasi 3 in 1. Para relawan olehnya juga diajak untuk membayangkan apabila tidak ada dokumentasi pada saat itu, apakah mampu kita menyebarkan berita baik tentang Tzu Chi kepada masyarakat tanpa adanya foto dan video?

Selain menjelaskan tentang 3 in 1, Agus juga menjelaskan tentang kelas budi pekerti dan website Tzu Chi. Agus menjelaskan bahwa sekarang ini banyak acara di televisi yang kurang mendidik sehingga bisa membawa dampak buruk terhadap anak-anak. Oleh karena itu, Tzu Chi mendirikan DAAI TV dan mengadakan kelas Budi Pekerti, dengan tujuan mengajarkan anak-anak dan masyarakat untuk lebih menghargai sesama terutama terhadap orang tua mereka.

foto  foto

Ket : - Ika, anggota Tzu Ching dari Pati yang saat ini tinggal di Jakarta untuk mengikuti kegiatan Tzu Ching Camp             turut meluangkan waktu dan berpartisipasi sebagai pembawa acara di kegiatan bedah buku ini.   (kiri)
       - Semua perhatian relawan tampak terfokus ke depan. Mereka sedang mendengarkan penjelasan             presentasi yang disampaikan oleh Agus Hartono.    (kanan)


Sambil membantu Agus dalam presentasinya, aku juga mendengarkan materi yang disampaikan oleh Agus dan mulai mengerti apa makna dan tanggung jawab sebagai relawan dokumentasi. Sambil terus berkonsentrasi ke laptop untuk presentasi, sesekali aku melihat ke arah peserta, karena bagiku sangat penting mengetahui mood peserta, jadi bisa untuk bahan menulis di artikelku nanti. Apalagi di Tzu Chi, menulis sebuah artikel, isinya harus berdasarkan dari hal yang nyata tanpa rekayasa. Tampak jelas di wajah mereka rasa kagum dan penasaran dengan cerita dari Agus. Namun tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat, dan presentasi Agus pun harus di akhiri. Bahkan saat kegiatan bedah buku sudah di penghujung acara, rasa penasaran relawan terhadap presentasi tentang 3 in 1, kelas budi pekerti, dan DAAI TV masih melekat di pikiran mereka. Yuli contohnya, yang baru pertama kali mengikuti kegiatan Tzu Chi langsung memberanikan diri untuk bertanya kepada Agus pada saat kegiatan sudah selesai.

Meski setiap hari menonton DAAI TV, akan tetapi penjelasan fungsi dan makna tentang Tzu Chi yang dilontarkan oleh Agus membuat dirinya sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh, terutama mengenai kelas Budi Pekerti. Pasalnya, menurut Yuli perkembangan anak-anak zaman sekarang sudah tidak sama seperti zaman dia kecil dahulu. Hal ini dikarenakan banyaknya stasiun televisi yang menyiarkan acara yang kurang edukatif. Menanggapi hal ini, Agus menyarankan Yuli untuk mengikutsertakan anak-anaknya dalam kegiatan kelas Budi Pekerti Tzu Chi. Selain itu, Yuli juga bertekad ke depannya untuk ikut terjun bersama relawan-relawan Tzu Chi yang lain. Turut bersumbangsih dan menebar cinta kasih. “Meski saya perempuan tapi saya memiliki kemauan yang kuat, apalagi setelah tadi Agus menceritakan tentang rombongan Master Cheng Yen yang mendorong bus mereka yang terperosok ke dalam sungai, jadi meski mereka perempuan tapi mereka mampu melakukannya, saya juga semakin percaya diri,” tutur Yuli.

foto  foto

Ket : - Rasa ingin tahu tampak di wajah setiap peserta bedah buku kali ini, terutama ketika dijelaskan dampak             buruk acara televisi saat ini yang dapat merusak moral anak terhadap orang tua. (kiri)
       - Akhirnya para orang tua ini mengerti, dengan adanya DAAI TV dan kelas budi pekerti yang diadakan oleh          Tzu Chi, diharapkan nantinya anak-anak akan menjadi lebih menghormati sesama dan keluarganya di          masa depan mereka.(kanan)

Dari cerita Yuli, aku akhirnya mengerti pentingnya relawan 3 in 1 dalam merekam jejak cinta kasih. Betapa tidak, selain aku bisa mengabadikan sebuah momen cinta kasih, ternyata momen itu juga bisa menjadi sebuah inspirasi bagi orang lain. Mengingat hal ini diriku menjadi semakin bersemangat untuk mengerjakan tugasku.

Setelah mengambil beberapa foto dan mewawancarai Yuli, tiba saatnya bagiku untuk pulang ke rumah, akan tetapi hingga saat itu masih belum terbayang juga apa yang harus aku tulis nanti. Sambil mengendarai motor, dan ditemani rintik-rintik air hujan yang tak kunjung reda, aku terus berpikir tentang sudut pandang penulisan dan gaya tulisanku nanti. Dalam menulis artikel, selain harus jelas, pasti dan halal, artikel juga harus mengandung unsur seni, agar para pembaca bisa tertarik, mengerti, dan paham tentang cerita yang aku tulis nanti.

Hujan terasa semakin deras saja dan bersamaan dengan itu lewat sebuah mobil di sampingku dengan kecepatan tinggi dan menyiramkan sebagian genangan air ke badanku. Kaget. Tetapi setelah itu terbersit sebuah ide yang menarik. Sambil menyusun sebuah artikel dibenak, aku terus mengendarai sepeda motor mungilku. Tanpa terasa hujan semakin deras, dan perjalananku tak kunjung sampai, dan begitu aku terbangun dari imajinasiku, aku menyadari kalau aku tersesat. Oh tidak. Aku salah arah. Serta merta aku putar arah laju sepeda motorku.

Akhirnya aku pun bisa sampai pada tempat semestinya, meski harus sedikit basah kuyup di guyur hujan, tetapi pengalaman yang kudapat malam itu begitu berharga, dan yang terpenting adalah aku bisa membantu mendokumentasikan hal penting yang mungkin takkan terulang kembali, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Gan En.

.

  
 
 

Artikel Terkait

Uluran Tangan bagi Korban Banjir

Uluran Tangan bagi Korban Banjir

10 Januari 2011 Hujan yang terus mengguyur dengan deras sejak malam pada tanggal 5 Januari 2011 menyebabkan Sungai Deli meluap dan merendam sebagian Kota Medan. Kondisi banjir yang terparah menimpa Kecamatan Medan Maimun yang sebagian besar cakupan areanya berada di sekitar Sungai Deli.
Menjalin Tali Cinta Kasih

Menjalin Tali Cinta Kasih

06 April 2022

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1, membagikan 2.500 kupon sembako secara door to door kepada warga Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Minggu, 3 April 2022. Sebanyak 119 relawan Tzu Chi, sejak pukul 7 pagi hingga 1 siang ikut dalam kegiatan ini.

Belajar Mencintai Bumi dan Mempraktikkannya

Belajar Mencintai Bumi dan Mempraktikkannya

15 Maret 2019

Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kali ini membahas tentang mencintai bumi. Untuk memperjelas materi, Dwi Papa menanyangkan video tumpukan sampah yang terjadi di laut Kepulauan Karibia. Setelah itu anak-anak diajak untuk mempraktikkan memilah sampah, mana yang bisa didaur ulang dan mana yang tidak bisa didaur ulang.

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -