Padang: Paket Cinta Kasih untuk Korban Gempa

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Anand Yahya
 

fotoTzu Chi bersama Himpunan Tjinta Teman (HTT) memberikan paket bantuan kepada para korban gempa di Padang. Selain di Padang, relawan Tzu Chi juga telah mulai bergerak ke Pariaman.

Empat hari pascagempa yang melanda Padang, atau Minggu 4 Oktober 2009, organisasi HimpunanTjinta Teman (HTT) bekerjasama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Padang dan Jakarta, kembali membagikan bantuan cinta kasih melalui 552 paket bantuan korban gempa. Paket bantuan ini berisi 4 liter air mineral, 2 liter minyak goreng, 2 bungkus biskuit, 2 bungkus deterjen, 2 bungkus pembalut wanita, dan satu dus mi instan. Sekitar 40 relawan Tzu Chi baik dari Padang maupun Jakarta bergotong-royong dengan anggota HTT untuk membagikan bantuan paket tersebut.

Paket ini kami berikan sebagai salah satu bentuk kepedulian kami kepada penderitaan para anggota HTT yang menjadi korban gempa. Namun tidak hanya untuk anggota HTT saja, untuk tahap kedua kami juga akan memberikan paket bantuan serupa kepada para warga yang membutuhkan,” tutur Ferryanto Gani. Ferryanto juga menjelaskan, selain paket bantuan gempa, Tzu Chi juga telah memberikan bantuan pelayanan kesehatan kepada para korban gempa sejak satu hari pascagempa terjadi, “Selain di kota Padang, hari ini kami juga mulai memberikan pelayanan kesehatan kepada para korban gempa di Pariaman.

Kami Akan Bertahan”
  Dengan langkah terseret, Ong Siong Ai mulai memasuki halaman gedung HTT. Dibantu oleh salah satu relawan, laki-laki yang sudah menderita stroke tiga tahun lalu tersebut terlihat bernafas lega setelah menerima paket bantuan. “Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, saya rela jalan kaki dari rumah,” ucap Ong Siong Ai yang tinggal di Jalan Nipa, daerah Jembatan Layang.

Saat ini Ong Siong Ai memang tinggal sendiri di rumahnya. Pada saat gempa terjadi, laki-laki berperawakan kurus ini sempat jatuh dan terguling di lantai. “Untung saja rumah saya tidak rubuh,” ujarnya. Dengan mata berkaca, Ong Siong Ai mengucapkan terima kasih atas perhatian dan bantuan yang telah diterimanya, “Terimakasih. Di rumah sudah tidak ada bahan makan dan sulit air, ternyata dapat bantuan dari HTT dan Buddha Tzu Chi.”

 

foto  foto

Ket :  -Para relawan Tzu Chi Padang dan Jakarta, serta anggota HTT bersama-sama membungkus paket barang-            barang bantuan untuk dibagikan kepada korban gempa. (kiri)
       - Dengan rasa penuh kegembiraan, para relawan Tzu Chi menghibur para penerima bantuan sebelum acara           pembagian sembako dimulai. (kanan)

Sebenarnya Ong Siong Ai masih memiliki seorang anak yang tinggal di Padang. Namun karena untuk memenuhi kebutuhan juga, setiap hari sang anak harus bekerja dan tidak selalu tinggal di rumah. “Salah satu anak saya juga sudah meninggal. Sedangkan yang satu lagi, dia sibuk sekali bekerja dan jarang pulang,” lirih Ong Siong Ai.

Beruntung sekali sejak dulu Ong Siong Ai yang pernah menjadi pedagang daging, memiliki banyak sekali teman, sehingga walaupun hidup sendiri namun banyak sekali orang yang peduli kepadanya. “Semenjak stroke, hidup (saya) sulit sekali. Apalagi mata saya juga sudah sulit melihat, jadi saya jarang keluar rumah. Untung rumah tidak apa-apa, jadi saya masih bisa bertahan di sana,” jelas Ong Siong Ai.  

Tidak hanya Ong Siong Ai yang merasakan cinta kasih Tzu Chi dan HTT, Agus Salim, laki-laki berumur 67 tahun ini juga merasakan hal serupa. Dengan beberapa anggota tubuh yang masih bengkak, Agus tetap menyempatkan diri untuk mengambil paket bantuan. “Saat gempa, saya ada di rumah teman. Waktu itu tembok dapur dan pintu menimpa saya,” tutur Agus sambil memperlihatkan beberapa luka di tubuhnya. Beruntung seluruh rumah Agus tidak hancur, namun beberapa bagian rumah seperti kamar mandi dapur rubuh.

Hingga saat ini, Agus hanya mengobati lukanya dengan menggunakan betadine.    “Lukanya sudah sembuh dan tidak bengkak lagi, jadi saya tidak perlu ke dokter. Bantuan makanan dan minuman seperti ini memang kami butuhkan,” jelas Ali yang masih sulit berjalan karena luka di kakinya.

foto  foto

Ket :- Para relawan menuntun penerima bantuan. Persediaan makanan yang makin menipis dan belum pulihnya             keadaan membuat bantuan sekecil apapun terasa sangat berarti bagi mereka.  (kiri)
        - Bagi laki-laki yang resmi menjadi anggota HTT sejak tahun 1961 ini, gempa yang melanda Padang kali ini            telah menghancurkan sebagian rumahnya. "Kalau gempa yang sudah-sudah tidak ada kerusakan di rumah             saya," ujarnya. (kanan)

Wujud Rasa Haru
“Sebenarnya sudah lama saya ingin sekali bergabung dengan Tzu Chi. Tapi justru di Padang keinginan saya ini terwujud,” ucap Tjokro, salah satu relawan Tzu Chi Padang yang terlihat aktif membantu dalam pembagian paket gempa itu.

 Tjokro yang akrab disapa Aciok ini sudah mengenal Tzu Chi semenjak tinggal di Jakarta. Namun karena beberapa kesibukan Tjokro belum bisa meluangkan waktu untuk bergabung. “Apa yang dilakukan oleh Tzu Chi membuat saya sangat terharu. Cinta Kasih di Tzu Chi sangat tulus, mereka tidak pernah membedakan para penerima bantuan.”   Walaupun masih tergolong baru menjadi relawan (3 bulan), Tjokro mengaku sama senang bergabung bersama Tzu Chi. “Saya senang sekali bisa bergabung. Apalagi sejak gempa, biar sibuk, saya merasa berguna untuk orang lain,” tegas Aciok yang saat gempa berada di daerah Pariaman   

 

 
 

Artikel Terkait

Cerita Yola, Anak yang Berbakti

Cerita Yola, Anak yang Berbakti

16 April 2018
Relawan Tzu Chi Pekanbaru mengunjungi rumah Yola Mutia Sari (17), salah satu penerima bantuan Tzu Chi di bidang pendidikan, kemarin, Minggu pagi 15 April 2018. Saat para relawan Tzu Chi datang, Yola dan ibunya, Yuli Andriati menyambut dengan penuh kegembiraan. 
Kado yang Indah

Kado yang Indah

28 Februari 2014 Rumah yang sehari-harinya dipakai sebagai rumah makan ini sejak 2 hari lalu (27 – 28 Februari 2014) menjadi dapur umum bagi relawan Tzu Chi memasak untuk makan siang warga Tikala Baru yang terlibat dalam Program Solidaritas dan Kerja Bakti.
Wujud Kasih untuk Ade Salim

Wujud Kasih untuk Ade Salim

21 Oktober 2011 Awal jalinan jodoh Ade Salim dengan Tzu Chi terjadi ketika 2 bulan yang lalu ia jatuh sakit karena terserang stroke. Tetangganya pun mengajukan permohonan bantuan pengobatan untuk Ade Salim. Ketika Relawan melakukan survei ke rumah Ade Salim ia pun mengisahkan perjalanan hidupnya yang penuh dengan lika-liku yang mengharukan.
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -