Pariaman, Sum-Bar: Semangat untuk Bangkit

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Anand Yahya, Hadi Pranoto
 

fotoKetua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia (kanan) bersama relawan Tzu Chi lainnya turut membantu persiapan pemberian bantuan bagi korban gempa di Kampung Dalam, Pariaman, Sumatera Barat, Rabu, 7 Oktober 2009.

 

Bagi Zaidin, gempa kali ini merupakan gempa kedua yang menimpanya. Jika gempa pertama hanya membuat retak rumah dan tempat usahanya (bengkel sepeda, gunting rambut, dan jual alat pancing), kali ini gempa membuat rumah dan sebagian tempat usahanya rusak parah. Walaupun masih ada sisa bangunan yang bisa ditempati, namun Zaidin sekeluarga lebih memilih tidur di pengungsian. Ia khawatir jika sewaktu-waktu gempa susulan terjadi dan rekahan-rekahan dinding dan atap rumahnya menjadi petaka bagi keluarganya. “Mending tidur di pengungsian, tenang,” ucapnya lancar.

 

 

 

Sempat terpukul dan hidup di pengungsian, Zaidin cepat bangkit. Empat hari pascagempa, di tengah kondisi yang serba minim, Zaidin yang warga Jalan Ajung, Kp Tanjung, Lima Koto, Kampung Dalam, Pariaman, Sumatera Barat telah membuka kembali usahanya. “Kalau nggak buka, gimana untuk nanti makan sehari-hari, masa mau mengandalkan bantuan terus,” ujarnya dalam logat Padang yang kental.

Meski masih trauma akibat gempa, Zaidin tetap berusaha untuk bangkit. “Kemarin aja (jam 17.30 WIB –red) masih ada gempa-gempa (kecil),” ujarnya. “Saya yang lagi masak, langsung aja keluar,” terang Ernawati, ipar Zaidin.

foto  foto

Ket :  -Sebagian rumah dan tempat usaha Zaidin rusak parah akibat gempa. Tidak ingin larut dalam kesedihan, 4             hari pascagempa, Zaidin sudah membuka kembali usaha pangkas rambut dan juga tokonya. (kiri)
         -Bukan hanya rumah Zaidin saja yang rusak, tapi rumah saudara-saudaranya yang berada di sampingnya             juga turut rusak akibat gempa 7,6 skala Richter pada Rabu, 30 September 2009. (kanan)

Seperti Zaidin, Erna yang juga pembuat ketupat (bahan janur) juga sudah mulai bekerja. “Banyak yang minta ketupat, soalnya di pasar dah mulai banyak yang dagang lagi,” kata Erna. Rumah Erna pun rusak, meski tak separah rumah Zaidin. Keduanya merasa bersyukur karena meskipun rumah mereka rusak, tak ada satu keluarga pun yang menjadi korban. “Untung gempanya sore, kalau malam, wah tidak tahu deh,” tutur Ernawati. Gempa mungkin telah meruntuhkan rumah dan tempat usaha mereka, tapi gempa tak sanggup meruntuhkan semangat hidup mereka.

foto  foto

Ket :  -Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Sugianto Kusuma dan Franky O. Widjaja ikut menuju lokasi             untuk memahami perkembangan proses pemberian bantuan bagi warga korban gempa di Pariaman. (kiri)
         -Senyum kebahagiaan yang terpancar dari para penerima bantuan seolah menjadi obat anti lelah bagi             relawan Tzu Chi dalam bekerja. Menghormati penerima bantuan menjadi wujud rasa syukur relawan karena             telah diberi. (kanan)

Sulit, Tapi Bisa Diatasi
Rabu, 7 Oktober 2009, Tzu Chi memberikan bantuan kepada 3.600 keluarga korban gempa di Kampung Dalam, Pariaman. Lokasi pembagian berada di Kantor Koramil 0308/06 Lima Kampung Dalam. Paket bantuan berupa 1 dus mi instan, 2 liter minyak goreng, 2 bungkus biskuit, 2 bungkus sabun cuci, dan 1 dus air mineral. Menurut Jhonny, relawan Tzu Chi Jakarta yang menjadi koordinator lapangan, “Pembagian bantuan kali ini sangat sulit karena warga berdesak-desakan, takut tidak kebagian. Tapi syukur, semua bisa berjalan dengan lancar dan aman.” Pembagian bantuan yang dimulai pada pukul 13.30 ini, selesai pada pukul 18.00 WIB.

foto  foto

Ket :  -Banyaknya warga yang mengantri membuat relawan harus menjelaskan kepada warga agar mengambil              bantuan dengan tetap tertib dan lancar. "Semua yang punya kupon pasti akan kebagian," terang Hok Lay,             relawan Tzu Chi. (kiri)
         -Relawan harus bekerja keras untuk menertibkan dan mengatur barisan agar tetap rapi dan tidak berdesak-             desakan. Bagi para orangtua, relawan memberinya prioritas untuk didahulukan. kanan)

Sebanyak kurang lebih 20 relawan Tzu Chi bahu-membahu mendistribusikan bantuan ini. Peluh keringat yang menguras tenaga seolah kering saat melihat senyum bahagia di wajah para korban gempa. “Bersyukur sekali dapat bantuan ini. Biasanya kami hanya dapat jatah makan untuk beberapa hari saja,” kata Sartika, warga Kampung Dalam.

  

 

 

 
 

Artikel Terkait

Ketegaran Menghadapi Ujian Kehidupan

Ketegaran Menghadapi Ujian Kehidupan

24 Juli 2019

Susanti, seorang pejuang penyakit autoimun (penyakit lupus) selama 14 tahun. Pada tahun 2019, dokter mendeteksi adanya tumor otak yang beresiko menyebabkan kebutaan bila tidak segera dioperasi. Sempat putus asa dan pasrah, semangat Susanti akhirnya bisa tumbuh berkat dukungan, bantuan, doa, dan pendampingan dari keluarga dan relawan Tzu Chi.

Bakti Sosial untuk warga 3 Kecamatan di Kutai Barat

Bakti Sosial untuk warga 3 Kecamatan di Kutai Barat

29 Oktober 2024

Relawan Xie Li Kutai Barat mengadakan baksos kesehatan umum (pemeriksaan tensi, asam urat, dan gula) untuk 409 warga dari 3 Kecamatan Barong Tongkok, Melak, dan Sekolaq Darat, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. 

Suara Kasih: Menciptakan Berkah

Suara Kasih: Menciptakan Berkah

19 Agustus 2011
Selain memiliki keterampilan, para tim medis juga melindungi kehidupan dan menjaga kesehatan warga dengan penuh cinta kasih. Semoga kelebihan-kelebihan ini dapat terlihat oleh setiap orang.
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -