Pascabanjir Jakarta: Membantu Membersihkan Rumah Warga

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy
 
 

foto
Relawan memberikan bingkisan buah kepada Jenny dan Budi saat membantu membersihkan rumah mereka.

“Terhindar dari bencana adalah keberkahan, orang yang bisa membantu orang lain adalah  “orang dalam keberkahan yang paling diberkahi.”   
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -

 

 

“Waktu pertama banjir itu hari Kamis. Pagi-pagi air sudah mulai semata kaki. Saya mulai naikin barang-barang yang bisa dinaikin, trus diganjel juga pakai batako. Trus siang hari air sudah sebetis. Saya mulai naik-naikin kulkas sama barang-barang lain yang sekiranya penting. Kita masih bisa masak, masih bisa makan di rumah. Kebetulan kamar di belakang, kamar-kamar sama kamar mandi letaknya tinggi. Pas sampe sore, kok saya lihat airnya tambah naik. Panik juga, mau naikin ke mana lagi, kan ga ada loteng. Paling juga di atas lemari. Atas Lemari juga uda penuh. Sampai jam 10 malam, saya pikir, udah saya mau tidur aja. Tapi kok saya lihat air makin naik, sampai naik ke kamar juga. Yah, terpaksa saya ngungsi  ke rumah tetangga sebelah, rumah dia belum banjir karena tinggi. Saya cuma bisa bawa tas biasa, baju 3 stel sama celana pendek, sama laptop. Tapi saya sudah ngga bisa tidur, karena airnya naik terus. Lalu jam 6 pagi, mati lampu dan airnya mulai masuk ke rumah tetangga, terus mulai naik sampai sepaha, sudah, akhirnya kita ngungsi soalnya katanya banyak juga yang sudah harus evakuasi. Ada temen-temen saya yang bilang, sudah keluar saja, airnya naik terus. Pas saya keluar airnya sudah seleher. Jadi saya bawa tas tangan, saya bungkus pakai plastik saya taruh di atas kepala, sambil meraba-raba jalan soalnya mau turun keluar itu seperti mau tenggelam, kayak mau kebawa arus.”

Cerita Jenny (59) usai relawan membersihkan rumahnya di jalan Pluit Murni 5, Jakarta Utara. Ia hanya tinggal berdua dengan suaminya, Budi (62). Bukan pertama kali mereka terkena banjir, tapi banjir kali ini berdampak lebih besar. Air setinggi hampir 2 meter menggenang di dalam rumahnya. Banjir yang melanda Jakarta selama sepekan ini pun membuat rumahnya yang hanya berlantai satu dalam sekejap menjadi rumah yang tampak tak terurus, banyak barang-barang luluh lantak dan menjadi sampah karena tak dapat digunakan lagi. Mereka berdua saja tak mampu membersihkan rumah dalam waktu cepat karena banyak perabotan besar yang harus dipindahkan. Untuk itu, relawan Tzu Chi pun datang untuk membantu keluarga tersebut. “kami terbuka bagi siapa pun yang ingin membantu tanpa memandang siapa mereka, yang kami lihat hanyalah ketulusan mereka,” ucap Budi yang telah tinggal di rumah tersebut sejak tahun 1976, dimana saat itu ia masih belum menikah. 

foto  foto

Keterangan :

  • Bukan pertama kali keluarga tersebut terkena banjir, namun banjir kali ini berdampak lebih besar  (kiri).
  • Banjir setinggi hampir 2 meter menggenang di dalam rumah mereka, sehingga perabotan dan isi rumah pun berserakan dan rusak (kanan).

Hari Sabtu, tanggal 2 Februari 2013, dimulai dari pukul 14.30, sebanyak 12 relawan membersihkan rumah tersebut. mereka saling bekerjasama mengangkat barang-barang yang besar dan berat seperti lemari, keluar dari rumah untuk dibersihkan. Di saat relawan selesai mengosongkan ruangan, relawan lainnya pun membersihkan ruangan tersebut dengan pembersih. Dalam sekejap, ruangan yang tadinya penuh dengan barang-barang yang berserakan, menjadi sebuah ruangan yang bersih kembali.  Meski melelahkan, namun relawan merasa gembira, salah satunya Supardi Oei yang mengatakan, “Saya merasa sangat happy dan gembira karena ini merupakan salah satu ladang berkah. Jauh hari sebelumnya saya sudah menyatakan siap membantu. Tidak ada yang sulit (dalam kegiatan ini) semuanya lancar-lancar saja.”

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan pun membantu mengeluarkan barang-barang yang besar dan berat ke luar rumah untuk dibersihkan (kiri).
  • Merupakan sebuah kebahagiaan dan berkah bagi relawan dapat membantu keluarga Jenny dan Budi membersihkan rumah mereka (kanan).

Hampir 2 jam relawan melakukan pembersihan, Jenny dan Budi pun turut serta membersihkan rumahnya. Kejadian ini membuat aktivitas sehari-harinya belum dapat dijalani seperti biasanya, namun mereka tetap bersyukur. “Sedih juga, kita jadi ngga bisa kerja, ngga bisa apa-apa. Tapi kan ngga sendirian, ada yang lebih susah juga dari kita, ya uda jalanin ajaMakasih aja banyak yang bantuin. Mereka juga sama-sama kebanjiran, mereka juga banyak yang bantu. Terima kasih, kalo ngga ada kalian gimana bersihin rumahnya,” tutur Jenny kepada para relawan.

 

 
 

Artikel Terkait

Menyelami Dharma di Hati

Menyelami Dharma di Hati

07 Juli 2011
Yang pertama dari sepuluh tingkatan Bodhisatwa adalah tingkatan sukacita. Apa yang membuat kita menjadi tidak sukacita? Apakah ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, keraguan?“ tanya Hendry kepada para peserta. Tentu saja pertanyaan tersebut tidak mudah untuk dijawab.
Pekumpulan Jin Jiang Indonesia Donasikan Dana ke Yayasan Tzu Chi

Pekumpulan Jin Jiang Indonesia Donasikan Dana ke Yayasan Tzu Chi

06 April 2020

Perkumpulan Jin Jiang Indonesia ikut berkontribusi dalam penanganan Covid-19 dengan mendonasikan dana 1 Miliar rupiah melalui Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

"Baterai Kasih Anak"

04 Agustus 2020

Rabu 29 Juli 2020 Tzu Chi Sinar Mas mengadakan pelatihan online dalam misi pendidikan. Dalam edisi ke-2 ini topik yang diangkat adalah “Melatih Kecerdasan Anak di Masa Pandemi”. Narasumber dalam pelatihan ini adalah Erika Kamaria Yamin, M.Psi., Psikolog, CHt, CPS menekankan pentingnya mengisi baterai kasih anak.

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -