Pekan Amal Tzu Chi 2019: Semarak Pekan Amal Tzu Chi

Jurnalis : Poppy Tanaka (HQ Utara 1), Agus DS (HQ Barat 2), Susi Christine (HQ Pusat), Fotografer : Erli Tan, Agus DS (HQ Barat 2), Susi Christine (HQ Pusat), Joe Suati (HQ Utara 2)


Intan (tengah) dan Tina (kanan) dengan bahagia meladeni para pembeli di stan makanan Da Ai Mama.

Pekan amal Tzu Chi Indonesia tahun ini diadakan pada tanggal 19 - 20 Oktober 2019. Terlihat banyak stan yang menjual berbagai macam barang, mulai dari kebutuhan sehari-hari, makanan, alat-alat elektronik dan sebagainya. Di sudut area kantin yang menjajakan makanan vegetarian, terlihat Tina Lee dan sejumlah relawan sedang sibuk berjualan, menggoreng, menyiapkan minuman, dan lain-lain. Mereka adalah relawan dari Da Ai Mama Tzu Chi School. Sejak 2015 mereka sudah berpartisipasi dalam pekan amal ini.

Stan mereka pun setiap tahunnya mendapat sambutan antusias pengunjung. Para donaturnya pun banyak dan jenis barang yang dijajakan juga tidak sedikit. “Barang-barang yang ada di sini disumbang oleh sekitar 37 orang Da Ai Mama, kalo yang makanan mereka masak sendiri lalu bawa ke sini,” kata Tina Lee, Ketua Da Ai Mama Tzu Chi School. “Stan Da Ai Mama ada 5, yaitu 1 stan pakaian, 1 stan panci, dan 3 stan makanan, yang semuanya mencapai 100 jenis barang,” lanjut Tina.

 

Intan selaku PIC stan Daai Mama sempat kewalahan menyusun barang yang dijajakan karena sumbangan dari Da Ai Mama sangat banyak sedangkan area stan terbatas.


Relawan Da Ai Mama foto bersama di stan makanan mereka. Selain menyumbang barang, mereka juga menyumbang tenaga, turun tangan sendiri berjualan.

Intan 黃英慧Shijie selaku PIC stan Da Ai Mama sempat kewalahan dengan banyaknya jenis barang yang dijajakan. “Gak tau ada barang apa aja, tiba-tiba datang, agak berantakan nyusunnya,” ujar Intan yang juga menyumbangkan minuman cendol dan sambel bikinan mamanya. Sebagai PIC dialah yang harus mengatasi berbagai kendala yang ada, namun ia hadapi dengan sabar dan masih bersemangat. “Ya, dijalanin aja,” jelasnya dengan mimik wajah sedikit lelah di tengah hiruk-pikuk bazar. Ia bersyukur karena dibantu para relawan Da Ai Mama dan anak-anak dari tim Students Monitor Tzu Chi School.

Selama 2 hari berlangsungnya pekan amal itu, sebanyak 4 tim anak-anak Student Monitor Tzu Chi School berpartisipasi menjaga stan di pekan amal. Di antaranya ada Louisse Felicia Benard (P4) yang menjaga stan pakaian bersama Charleen Fonda (P5) dan Alessandra Achmadi (P3). Tugas mereka di stan pakaian anak ini adalah menerima dan menghitung kupon dan melakukan pencatatan pembelian pakaian.

 

Louisse Felicia Benard (kanan), salah satu anggota tim Student Monitor dari Tzu Chi School yang bertugas di stan pakaian anak.


Wong Chuin Leen saat mengatur anak-anak Student Monitor. Ia berharap melalui tim ini dapat membentuk karakter anak yang berjiwa sosial tinggi.

“Seru sih, hari ini bantu jual baju dan tulis-tulis,” kata Louisse. Hari ini adalah hari pertama Louisse bersumbangsih di Pekan Amal Tzu Chi. “Ikut Student Monitor buat bantu-bantu guru, tugasnya: Line Monitor GA (general assembly), scan id, corridor monitor, ada yang di klinik, tapi aku gak pernah jaga di klinik,” Louisse menjelaskan. “Ikut kegiatan untuk berbuat baik, biar gak ada orang kesusahan,” jelas Kayla Lora Lucky murid P4 yang bertugas di penjualan kupon.

Wong Chuin Leen 黃俊霖Ketua Tim Student Affairs, menjelaskan bahwa di Primary memang sudah ada students monitor yang ditugaskan untuk membantu guru menjadi pengawas murid-murid. Setiap wali kelas memilih beberapa murid yang bersedia untuk menjadi Students monitor, dan students monitor ini diseleksi lagi dari performa kedisiplinan murid. Tahun ini ada 7 Tim dengan 20 murid per tim, dari kelas P3-P6. “Tahun ini adalah batch pertama untuk students monitor bersumbangsih di Pekan Amal,” kata Wong Chuin Leen. “Untuk Pekan Amal ini kami menurunkan 4 tim, sesi pagi dan sesi siang,” sambung Wong Chuin Leen.

 

Barang kebutuhan pokok seperti minyak salah satunya, termasuk kategori barang yang bisa dipergunakan oleh yayasan sebagai barang bantuan bagi para korban bencana jika tidak habis terjual.

“Saya berkata ke mereka dengan bersumbangsih untuk pembangunan Tzu Chi Hospital, nantinya kalau sudah tua, kalian bisa bercerita ke cucu kalian, kalau kalian ikut bersumbangsih dalam pembangunan Tzu Chi Hospital,” canda Wong Chuin Leen. Wong Chuin Leen berharap dengan menjadi Students monitor, murid-murid dapat bersumbangsih untuk membantu sesama yang membutuhkan, dan sebelum turun ke komunitas yang lebih besar, murid-murid ini dilatih terlebih dahulu di dalam komunitas Tzu Chi.


Sumbangsih Banyak Orang

Joe Riadi atau Ayau, salah satu PIC di pekan amal ini, menghitung kupon usai penutupan stan.

Pekan Amal dengan 207 stan ini adalah sumbangsih dan niat baik banyak orang, Da Ai Mama hanyalah salah satunya. Menurut Joe Riady Shixiong, salah satu PIC Pekan Amal yang berjaga di stan sembako, mengatakan, “Pekan Amal ini walaupun bersifat donasi bagi pembangunan Tzu Chi Hospital, harga barang yang dijual ini tidak di bawah harga pasar, yang artinya harga jualnya sama dengan yang ada di pasar tradisional, tujuannya agar tidak mematikan harga jual di pasar tradisional,” jelasnya.

“Keuntungan bagi donatur yang ikut menjual produknya dalam pekan amal ini adalah barang dagangannya bisa dipromosikan secara gratis, dan kedua sekaligus beramal,” terangnya. Menurutnya, jika ada sisa barang yang tidak habis terjual, untuk barang-barang yang masuk dalam kategori barang tahan lama atau yang bisa disalurkan sebagai barang bantuan bencana, maka barang-barang tersebut dikumpulkan di logistik yayasan, yang nantinya akan dipergunakan oleh yayasan untuk disalurkan jika terjadi musibah atau bencana di berbagai tempat di Indonesia. 


Relawan Tzu Ching berkeliling dan menghampiri para pengunjung pekan amal untuk mengajak mereka berpartisipasi dalam misi pelestarian lingkungan.

“Barang-barang yang dikategorikan sebagai barang tahan lama, seperti mi instan, beras, ember, minyak, pakaian, sandal jepit, perlengkapan mandi, serta barang sejenis lainnya, merupakan barang-barang yang sangat dibutuhkan jika terjadi musibah atau bencana di berbagai daerah di Indonesia,” jelas Ayau, panggilan akrabnya. Sama seperti harapan relawan lainnya, Ayau berharap, “Agar lebih banyak lagi orang yang timbul rasa cinta kasih, dan cinta kasih tersebut dapat bergulir dan tersebar lebih luas bagi orang lain.”

Di tengah suasana hiruk pikuk pekan amal yang berlokasi di lantai basement Tzu Chi Center itu juga terlihat sejumlah relawan muda-mudi atau yang biasa disebut Tzu Ching. Mereka berkeliling menyambangi meja di kantin satu persatu untuk menyosialisasikan pelestarian lingkungan. Mengajak masyarakat umum untuk bersama-sama melestarikan lingkungan melalui vegetarian dan pemilahan sampah daur ulang.


Linda Budiman (paling kiri) merasa sangat bersyukur karena melalui panggung ceria ini ia dapat menjalin jodoh baik dengan banyak orang.

Pekan amal ini juga dimeriahkan oleh panggung ceria, dimana relawan dan murid-murid sekolah bisa bersumbangsih dengan lagu dan isyarat tangan. Menurut Linda Budiman Shijie sebagai PIC, “Panggung ceria ini merupakan hiburan untuk pengunjung yang sedang makan, juga bisa jadi tempat menunjukkan bakat para pengisi panggung. Selain itu melalui panggung ceria relawan juga dapat memberikan info-info mengenai budaya humanis Tzu Chi, isyarat tangan, makna lagu, vegetarian dan celengan bambu,” jelas Linda.

Menurutnya menjadi seorang PIC lebih banyak suka daripada dukanya, karena bisa menjalin jodoh baik dengan banyak orang, baik masyarakat umum maupun para relawan dari berbagai komunitas. “Dengan Shanjie dan Baorong yang artinya saling pengertian dan saling memahami serta kerjasama yang solid dari semua relawan, tidak ada yang tidak bisa diselesaikan,” tukasnya.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Sekali Mendayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Sekali Mendayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui

23 April 2018
Anne Djasa, Dewi Janti, dan beberapa temannya memborong berbagai kebutuhan pokok di Pekan Amal Tzu Chi. Bukan untuk keperluan pribadi, bahan-bahan pokok yang dibeli itu mereka salurkan ke panti jompo. Bagaikan peribahasa sekali mendayung dua tiga tiga pulau terlampaui. Dalam satu kali berbuat kebaikan, mereka sekaligus memberikan manfaat ke banyak tempat.
Berwiraniaga di Pekan Amal

Berwiraniaga di Pekan Amal

02 November 2015 Partispasi para mahasiswa/i di Pekan Amal karena sejak tahun lalu, Tzu Chi telah mensosialisasikan celengan bambu Tzu Chi di kampus STIE Trisakti dan sudah dilakukan beberapa kali penuangan celengan, sehingga mereka pun tertarik untuk bergabung.
Pekan Amal Tzu Chi 2018: Partisipasi Semua Kalangan

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Partisipasi Semua Kalangan

25 April 2018
Pekan Amal Tzu Chi 2018 yang diadakan selama dua hari (21 dan 22 April 2018) menjajakan berbagai produk makanan maupun barang. Relawan komunitas He Qi Timur Hu Ai Kelapa Gading pun turut memeriahkan pekan amal ini dengan membuka beberapa stan.
Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka. Menyucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -