Pelajaran Hidup dari Kunjungan Kasih Relawan ke Penerima Bantuan

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah

Empati merupakan sikap hidup yang mesti dimiliki oleh semua orang. Empati adalah kemampuan untuk memahami apa yang orang lain rasakan, melihat dari sudut pandang orang tersebut, dan membayangkan diri sendiri berada pada posisi orang tersebut. Sikap empati sangat penting agar seseorang memiliki kepekaan untuk menolong orang lain.

Sikap empati juga selalu ditunjukkan relawan Tzu Chi saat melakukan kunjungan kasih. Seperti yang terlihat saat para relawan Tzu Chi dari Komunitas He Qi Barat 1 mengunjugi Tan Liem Lie seorang Gan En Hu atau penerima bantuan jangka panjang Tzu Chi, di Kalideres, Jakarta Barat pada Kamis 29 April 2021.

Tan Liem Lie sudah berusia 52 tahun, namun bertingkah seperti anak-anak karena mengalami keterbelakangan mental sejak kecil. Saat relawan datang, ia kegirangan. Duduk di atas kursi rodanya, tangannya menunjuk-nunjuk ke luar, rupanya ia minta diantar jalan-jalan. Suaranya pun merengek-rengek tak sabar.

Caroline menemami Tan Liem Lie sekedar memutari jalan depan rumahnya dalam kunjungan kasih relawan Kamis, 29 April 2021.

Caroline, relawan Tzu Chi begitu sabar menghadapi Gan En Hu ini. Joko Wibowo, kakak Tan Liem Lie pun membantu adiknya tersebut berganti pakaian dan memasangkan dasi. Seperti biasa, adiknya selalu minta dipakaikan dasi jika keluar mengitari kompleks perumahan.

Caroline lalu mendorong kursi roda Tan Liem Lie, mengantarnya jalan-jalan ke depan rumah. Kesabaran Caroline sungguh menarik perhatian.

“Sebenarnya ya enggak sabar, mau bagaimana lagi, maunya begitu,” jawabnya tertawa.

“Menghadapi pasien kasus seperti ini kita harus sabar. Dia minta putar jalan-jalan, dia pakai dasi. Dulu saat mama dan papanya masih sehat, dia pakai dasi jalan-jalan sama mama papanya. Dan sekarang sudah tidak bisa,” jawab Caroline.

Mengajukan Bantuan ke Tzu Chi

Dalam kunjungan kasih ini, relawan juga membawakan paket bingkisan yang diterima oleh Liem Sio In, ibu dari Tan Liem Lie.

Keluarga ini memang meminta bantuan ke Tzu Chi saat kedua orang tua di keluarga ini sakit hampir bersamaan. Sang ayah jatuh menyebabkan kakinya patah. Sang ibu juga jatuh pingsan akibat penyakit diabetes.

Joko, anak keempat di keluarga ini yang sebelumnya menjadi tulang punggung keluarga dengan bekerja sebagai Sales di sebuah perusahaan terpaksa berhenti bekerja. Ia mesti merawat tiga anggota keluarga sekaligus. Bahkan Joko ditinggal istrinya akibat merasa berat turut merawat tiga orang tanpa adanya sumber penghasilan di keluarga.  

Bantuan biaya hidup di keluarga ini diberikan atas nama Tan Liem Lie (duduk di kursi roda). Sebenarnya keluarga ini punya anak lain yang juga membantu, namun masih sangat kurang.

Melihat kesulitan keluarga ini, seorang tetangga yang kebetulan tahu tentang Tzu Chi menyarankan Joko untuk mengajukan bantuan ke Tzu Chi. Relawan Tzu Chi melakukan survei dan akhirnya keluarga ini diberi bantuan biaya hidup setiap bulan sejak Juli 2019.

“Banyak terima kasih, di saat yayasan lain belum membantu, Tzu Chi duluan,” ujarnya.

Selain bantuan dari Tzu Chi, keluarga ini akhirnya dibantu oleh pihak gereja yang mana bantuan ditujukan bagi kedua orang tua Joko.

Selain bantuan biaya hidup, Joko bersyukur dengan perhatian relawan Tzu Chi. Rasa kekeluargaan selalu dihadirkan para relawan sehingga ia mendapat suntikan semangat dalam merawat keluarganya, juga sebagai bentuk baktinya kepada keluarga.

“Modalnya sabar. Soalnya kan waktu banyak tersita , mencari uang kan susah, sedangkan pakai (menggaji) orang mahal. Ya karena memang keluarga, bagaimana pun juga (harus merawat),” pungkasnya.

Joko Wibowo (kanan) begitu senang relawan datang ke rumahnya karena merasakan suasana kekeluargaan.

Bagi Caroline, pelajaran hidup yang bisa diambil dari kisah keluarga ini adalah tentang pentingnya berbagi dan berempati.

“Kami merasa kalau terjadi pada diri kita itu kita harus bagaimana. Akhirnya kita juga welas asih. Kami di masa pandemi ini juga tetap jalan (menjalankan tugas Misi Amal). Kalau kita tidak jalan, yang minta bantuan bagaimana. Banyak orang yang lebih susah, makanya kita tetap jalan saja dengan protokol kesehatan,” pungkasnya.

Editor: Erli Tan

Artikel Terkait

Mendayung Sampan Hingga Sukses

Mendayung Sampan Hingga Sukses

19 April 2018
“Kita bisa, kita pasti bisa. Kita akan raih bintang-bintang,” penggalan lirik lagu Yovie and Nuno berjudul Wae Wa Eo ini menggambarkan sosok Silvi Djuwita, salah satu Anak Teratai Tzu Chi Pekanbaru. Anak Teratai adalah sebutan untuk anak-anak yang dibantu biaya pendidikannya oleh Tzu Chi Pekanbaru.
Berjuang Menaklukkan Kanker Sembari Bersumbangsih

Berjuang Menaklukkan Kanker Sembari Bersumbangsih

30 September 2016
Di tengah perjuangannya untuk sembuh dari kanker usus, Aliong mulai bersumbangsih. Pada 9 Agustus 2016, untuk pertama kalinya ia menyetorkan sumbangannya ke Tzu Chi. Aliong mengaku merasakan kebahagiaan dari bersumbangsih.
Kunjungan Kasih : Kehangatan Cinta Kasih

Kunjungan Kasih : Kehangatan Cinta Kasih

13 November 2013 Untuk mempraktikkan kata perenungan Master Cheng Yen tersebut, maka pada hari Minggu, 27 Oktober 2013, He Qi barat melakukan SMAT (Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi) kepada Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) yang diajak pulang ke rumah batin insan Tzu Chi, di Tzu Chi Center.
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -