Pendidikan Berlandaskan Bakti dan Kebajikan

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto
 
 

foto
Dalam kelas menyajikan teh dan makanan untuk orang tua, para anak-anak Sekolah Tzu Chi belajar untuk mengungkapkan rasa sayang, hormat dan bakti mereka terhadap orang tua.

Dalam kehidupan sekarang, kita dapat melihat jika nilai-nilai kebaikan dan etika – tata krama dan sopan santun - mulai terkikis oleh modernisasi. Nilai-nilai kekeluargaan, toleransi, dan empati terhadap sesama yang dulu kerap diajarkan oleh orang tua kini raib tanpa bekas tergantikan dengan budaya kekerasan yang kian ramai terjadi di masyarakat. Lalu bagaimana caranya untuk menghilangkan perilaku kekerasan dalam masyarakat dapat dilakukan. Jawabannya ialah melalui pendidikan.

Pendidikan adalah harapan bagi manusia, juga merupakan harapan bagi masyarakat. Anak-anak harus dibimbing dengan baik agar setelah lulus sekolah, mereka bisa berkontribusi bagi masyarakat dan menjadi insan yang berkualitas.  Kita dapat melihat para siswa dari Sekolah Tzu Chi Indonesia, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara sungguh menggemaskan. Anak-anak kecil memiliki jiwa yang polos dan murni. Hal inilah yang selalu membuat orang gemas melihatnya.

Anak-anak juga diibaratkan sebagai ladang murni yang subur. Bila ladang tersebut tidak dirawat dan ditanam benih cinta kasih, maka akan timbul rumput-rumput liar yang merusak. Seperti halnya anak-anak yang mengikuti kelas budaya humanis Tzu Chi. Semuanya memiliki tata krama dan sopan santun. Selain itu, mereka juga sangat baik hati dan mengerti untuk berbakti kepada orang tua. Master Cheng Yen sering berkata jika berbuat baik dan berbakti adalah 2 hal yang tidak dapat ditunda. Konsep pendidikan ini juga telah diwariskan ke dalam kurikulum Sekolah Tzu Chi. Jadi, pendidikan budaya humanis Tzu Chi sedikit berbeda dengan pendidikan umumnya karena pendidikan kita dilandasi oleh bakti dan kebajikan.

foto  foto

Keterangan :

  • Ketika anak-anak sedang mendapat pengarahan cara menyajikan teh dari guru, para orang tua menunggu di ruangan sambil melihat keindahan seni menyajikan teh yang diperagakan oleh Lucy Shijie, relawan Komite Tzu Chi (kiri).
  • Sebelum menyajikan teh kepada orang tua, anak-anak Sekolah Tzu Chi lebih dulu memberikan salam dan membungkukkan badan 90 derajat sebagai bentuk menghormati orang tua.  Kemudian anak-anak menyuapi orang tua makan dan menuangkan teh untuk diminum oleh ayah atau ibu mereka (kanan).

Pendidikan yang berbeda terus diajarkan kepada para anak-anak agar mereka dapat menyerap setiap pelajaran dengan cepat ke dalam hati dan pikiran mereka. Misalnya kegiatan kelas menyajikan teh untuk orang tua yang diadakan pada tanggal 30 November 2012 di Gedung Gan En lantai 1. Dalam kegiatan ini anak-anak diajarkan untuk memahami cara berbakti, bersyukur, dan menyadari budi luhur orang tua kepada mereka.

Dalam kegiatan ini anak-anak merasa senang dapat memberikan sesuatu hal dan menyampaikan rasa cinta mereka kepada orang tua dan orang tua pun turut merasa bahagia dan memberikan pujian kepada anak-anak mereka. Lalu anak-anak juga diminta untuk menyebutkan pemikiran mereka mengenai arti “Bao En”- berbakti. Para anak pun dengan polosnya menjawab jika berbakti dapat dilakukan dengan rajin belajar, patuh pada orang tua, menyiapkan sarapan,  dan melakukan pekerjaan rumah sendiri.  Mendengar pendapat anak-anak, hati orang tua pun menjadi terharu.

Dalam sesi sharing, orang tua murid mengatakan jika meraka merasa senang dan terharu dengan pola pengajaran Sekolah Tzu Chi yang boleh dikatakan unik dan tepat sasaran. Mereka mengatakan jika banyak hal positif yang dirasakan setelah memasukkan anak-anak mereka ke Sekolah Tzu Chi. Anak-anak dapat lebih menyayangi orang tua bahkan ada salah seorang murid yang meminta ayahnya untuk tidak bekerja hingga larut agar terhindar dari penyakit, ada juga murid yang menyambut ayahnya yang baru saja pulang dari bekerja dengan tawa dan senyum yang hangat dan ada juga yang memberikan minuman hangat di kala ayah sedang bekerja. Kesemuanya itu telah diterapkan oleh para anak-anak di rumah mereka masing-masing. Para orang tua pun memberikan pujian dan pelukan sayang kepada anak-anaknya.

foto  foto

Keterangan :

  • Santi yang merasa gembira, karena Reynard anaknya sangat antusias untuk mengikuti kelas menyajikan teh ini. Melihat Reynard yang antusias dan gembira, Santi pun merasa gembira. Karena anaknya dapat gembira di sekolah dan dapat menyerap setiap pendidikan yang diberikan dengan baik (kiri).
  • Kusuma Wijaya yang merasa terharu dan bahagai, memberikan sharingnya di atas panggung untuk dibagikan kepada orang tua yang lain. Kusuma mengatakan dirinya sangat berbahagia karena kini putrinya Natasha dapat lebih mandiri dan menghargai barang-barang yang diberikan oleh orang tuanya (kanan).

Hal yang sama pun juga diungkapkan oleh Kusuma Wijaya.  “Acara ini luar biasa buat orang tua tentunya, kesempatan ini mungkin tidak dapat saya temukan di sekolah manapun. Sekolah Tzu Chi telah mendidik anak saya menjadi anak yang baik dan  patuh pada orang tua. Di rumah pun anak saya sudah dapat mandiri. Acara ini sangat bagus. Terima kasih  banyak untuk relawan Tzu Chi dan para guru yang telah mendidik anak saya dengan sangat baik,” ujar Kusuma Wijaya, ayah dari Natasha Olivia Wijaya, murid kelas P1 Grateful. Kusuma Wijaya menerangkan jika sejak Natasha masuk sekolah Tzu Chi, sifat dan emosi Natasha menjadi terkendali. Natasha telah dapat melakukan pekerjaan rumahnya dengan baik dan tidak melakukan hal-hal yang membuat orang tuanya khawatir. 

Begitu juga yang dirasakan oleh Santi orang tua Reynard Sandya, murid kelas 1 SD P1 Kindness. Santi mengatakan jika Reynard yang baru saja masuk kelas 1 SD Sekolah Tzu Chi ini jauh lebih gembira dan bersemangat daripada sewaktu Reynard masuk TK. “Anak saya menjadi lebih happy dan bersemangat untuk bersekolah di Sekolah Tzu Chi. Mungkin karena lingkungan di sekolah yang cukup mendukung dan lebih banyak melakukan aktivitas sehingga anak-anak tidak hanya melakukan kegiatan belajar di kelas tetapi juga memahami kegiatan-kegiatan lain  seperti misalnya kegiatan sosial. Melihat Reynard yang begitu bersemangat dan gembira untuk sekolah, saya sebagai orang tua juga turut merasa gembira,” ujar Santi yang merasa terharu dengan acara penyajian teh ini.

Dengan lancarnya kegiatan penyajian teh ini, tentunya hubungan antara orang tua dan murid akan semakin erat. Lalu dengan terciptanya hubungan keluarga yang harmonis niscaya akan membawa dampak positif untuk masa depan anak-anak. Hal inilah yang diinginkan oleh Master Cheng Yen, yaitu memberikan pendidikan yang humanis guna membekali anak-anak dengan pendidikan dan budaya luhur, agar kelak nilai-nilai positif ini dapat mereka sebar lagi ke dalam masyarakat. “Saya berharap para guru Tzu Chi bisa lebih giat dan bersungguh hati. Ini karena zaman terus berubah dan hati anak muda bagaikan sedang ”terbang”. Kita harus membimbing anak-anak agar bisa berjalan ke arah yang benar. Semoga anak-anak bisa menjalani kehidupan dengan langkah mantap dan tidak hidup di dalam angan-angan. Karena itu, kita harus bersungguh hati,” ujar Master Cheng.

  
 

Artikel Terkait

Menghimpun Kasih, Menyelamatkan Bumi

Menghimpun Kasih, Menyelamatkan Bumi

02 Mei 2024
Relawan Tzu Chi Palembang mengadakan kegiatan pelestarian lingkungan di dua tempat titik pilah yaitu di Jl. Cendrawasih No. 11 A Palembang dan di TK SD Pelita Sriwijaya. Kegiatan ini menarik perhatian warga sekitar titik pemilahan.
Cinta Kasih Melalui donor Darah

Cinta Kasih Melalui donor Darah

09 Desember 2014 “Petugas PMI sudah datang”, terdengar suara seorang relawan di depan pintu Sekolah Tzu Chi memberitahu  relawan yang sedang berada di dalam untuk segera membantu petugas PMI. Jam sudah menunjukkan pukul 9, kegiatan donor darah rutin diselenggarakan setiap 3 bulan sekali oleh Hu Ai PIK.
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -