Tim pendaftaran dan input data bekerja dengan sigap dalam melayani para peserta yang datang. Mereka memastikan setiap pasien tercatat dengan baik sebelum memasuki tahap pemeriksaan kesehatan gigi.
Banyak masyarakat yang enggan pergi ke dokter gigi karena takut akan rasa sakit serta cenderung menganggap remeh masalah kesehatan mulut jika tidak ada keluhan yang terasa. Padahal, menjaga kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian penting dari menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kurangnya kesadaran ini menjadi tantangan tersendiri dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, terutama di kalangan anak-anak dan warga dengan akses terbatas terhadap layanan kesehatan gigi.
Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat mengadakan kegiatan bakti sosial pengobatan gigi di Sekolah Bhinneka Tunggal Ika, Jalan KH. Mas Mansyur No. 222, Jakarta Pusat Minggu, 18 Mei 2025. Antusiasme tinggi terlihat dari 105 pasien yang terdiri dari murid Sekolah Bhinneka Tunggal Ika di, serta staf dan warga sekitar, yang datang memeriksakan kesehatan giginya. Kegiatan ini berlangsung sejak pukul 08.00 hingga 11.30 WIB, dengan total 166 kupon yang telah dibagikan sebelumnya.
Para peserta mengikuti alur kegiatan dengan tertib, dimulai dari proses pendaftaran, pengukuran berat badan, hingga sosialisasi penyuluhan kesehatan mulut oleh drg. Linda Verniati. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan gigi dan pengobatan oleh tim relawan kesehatan dari TIMA (Tzu Chi International Medical Association).
Drg. Linda Verniati memberikan penyuluhan kesehatan gigi kepada para pasien. Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan mulut sejak dini.
Sebanyak 60 relawan Tzu Chi, terdiri dari 46 relawan berseragam dan 14 relawan rompi, bekerja sama dengan 20 relawan kesehatan dari TIMA. Tim ini mencakup 12 dokter gigi, 2 residen, 5 perawat, dan 1 apoteker, yang dengan penuh dedikasi melayani para pasien. Pemeriksaan mencakup skrining awal, seperti pengecekan tekanan darah, penimbangan berat badan, penyuluhan kesehatan mulut, serta tindakan medis seperti pencabutan dan penambalan gigi.
Kepala sekolah taman kanak-kanak, Dini, menyampaikan rasa terima kasihnya atas kegiatan ini. “Pemeriksaan kesehatan gigi seperti ini memang jarang dilakukan. Banyak anak-anak dan masyarakat belum menyadari pentingnya menjaga kesehatan gigi,” ujarnya.
Senada dengan itu, Edy Fredi, Kepala Sekolah SD, SMP, dan SMA, juga berharap agar Yayasan Buddha Tzu Chi dapat rutin mengadakan kegiatan serupa di sekolahnya. “Agar kesehatan gigi warga sekolah tetap terjaga,” ucapnya.
Drg. Laksmi melakukan proses skrining awal kepada pasien untuk menentukan tindakan yang diperlukan, apakah pencabutan atau penambalan gigi, berdasarkan kondisi kesehatan gigi masing-masing.
Acara ini juga turut dihadiri oleh Lurah setempat dan pimpinan Puskesmas wilayah. Mereka memberikan dukungan penuh terhadap terselenggaranya kegiatan baksos ini. Ibu Oom, Ketua RW 05 Kelurahan Tanah Sereal, Kecamatan Tambora, menyampaikan, “Kalau tidak ada baksos seperti ini, warga saya dari 15 RT tidak bisa ke Puskesmas, karena biasanya jumlah pasien dibatasi. Kalau di sini bisa lebih banyak,” jelasnya.
Salah satu tenaga medis dari Puskesmas Tanah Sereal, drg. Fonny, yang bertugas di bagian skrining juga memberikan apresiasi. “Saya melihat baksos ini sangat tertata dan rapi. Kalau ada baksos lagi, saya ingin bergabung sebagai anggota tenaga medis TIMA,” ungkapnya.
Amelia Tarigan, anggota Tzu Ching yang baru pertama kali terlibat dalam kegiatan baksos, bertugas di bagian alur skrining. “Seru, karena bisa bertemu banyak orang baru, walaupun harus bangun pagi di hari libur,” katanya senang. Hal yang sama dirasakan oleh Edison, relawan di bagian alur. “Senang, kalau ada baksos lagi saya ingin ikut lagi,” ujarnya.
Drg. Lisa Maryanti memberikan tindakan medis kepada salah satu pasien yang mengalami sakit gigi. Dengan penuh kepedulian, ia membantu mengurangi rasa sakit sekaligus memberikan edukasi singkat mengenai perawatan lanjutan.
Drg. Lisa Miryanti, salah satu dokter senior yang sempat vakum karena sakit, mengungkapkan kegembiraannya bisa kembali aktif. “Hari ini pertama kali saya kembali aktif. Kalau ada baksos, saya pasti ingin membantu masyarakat. Banyak pasien dengan kerusakan gigi parah, saya sampai berbicara dengan Bu RW agar mereka melanjutkan pengobatan,” jelasnya.
Salah satu warga RT 008, Shahifa Aliyah, awalnya enggan memeriksakan giginya karena takut. Setelah diperiksa, ternyata giginya mengalami infeksi dan bisul, serta beberapa gigi lainnya harus dicabut karena rusak. “Saya tidak berani periksa gigi karena takut,” katanya.
Lusy, salah satu murid Sekolah Bhinneka Tunggal Ika, menjalani penambalan gigi oleh drg. Tia. Tindakan ini dilakukan setelah diketahui adanya gigi berlubang akibat konsumsi permen yang berlebihan.
Lusy, murid kelas 3 SD, juga menjadi salah satu pasien yang mendapatkan perawatan. Ibunya menceritakan bahwa Lusy suka makan permen sehingga giginya berlubang, dan akhirnya ditambal oleh drg. Tia.
“Dengan adanya baksos ini, masyarakat menengah ke bawah mulai sadar akan pentingnya kesehatan gigi, terutama mulut. Ketika sakit, mereka biasanya hanya minum obat. Padahal, perawatan gigi juga penting. Di RW 05 ini ada 15 RT, dan setiap RT mengirimkan 7 pasien. Saya sangat bahagia melihat masyarakat dan anak-anak sekolah yang hadir. Awalnya saya ragu karena tidak punya latar belakang medis, tapi dengan bimbingan para komite dan dokter, saya belajar banyak dari kegiatan ini,” tutur Angelina, penanggung jawab kegiatan.
Tanpa kerja sama dan kolaborasi yang baik antara relawan, tenaga medis, dan masyarakat, kegiatan ini tidak akan bisa berjalan dengan lancar. Semangat pelayanan dan kepedulian sosial menjadi landasan utama terselenggaranya baksos ini, yang diharapkan dapat terus berlanjut di masa mendatang.
Editor: Metta Wulandari