Pentingnya Relawan Pendamping (bagian 1)

Jurnalis : Rudi Santoso (He Qi Utara), Fotografer : Rudi Santoso (He Qi Utara)
 
 

foto
Sebanyak 60 relawan menghadiri acara Gathering Relawan Misi Amal pada hari Sabtu, 11 Agustus 2012 di Aula JIng Si, Tower 2, PIK.

Sabtu, 11 Agustus 2012 siang pukul 10.30, relawan Tzu Chi mengadakan Gahtering Misi Amal Bakti Di Aula Jing Si, Tower 2, PIK. Sekitar 60 relawan misi amal bakti dari 4 He Qi (Utara, Barat, Timur dan Selatan) hadir dalam kegiatan ini. Dalam kegiatan kali ini diharapkan relawan semakin giat dalam menjalankan misi amal bakti.

 

 

Lulu Shijie selaku Koordinaror Relawan Misi Amal Bakti Tzu Chi berujar, “Dalam menjalankan Misi Amal hendaknya bisa mencapai target 100 persen. Bagaimana untuk mencapai target 100 persen itu? Itu akan dicapai seiring berjalannya waktu. Saat memberikan bantuan berarti kita hanya mencapai 10 persen daripada tujuan misi amal, lalu setelah memberi bantuan dan di lanjutkan dengan memberi perhatian dengan seringnya melakukan kunjungan kasih maka mendapat tambahan 30 persen dari tujuan misi amal. Setelah itu kita hendaknya mengajak mereka untuk mau bersumbangsih dalam bentuk celengan bambu maupun menjadi donatur. Kita terangkan pada mereka bahwa Tzu Chi tidak menilai besar kecilnya dana yang di berikan tetapi cinta kasih dalam hati yang tulus dan iklas. Jikalau itu tercapai maka misi amal bakti mencapai 100 persen dari tujuannya. Namun akan lebih baik lagi apabila Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) tersentuh dan berniat untuk bergabung menjadi relawan Tzu Chi,” ujarnya.

Memang selama ini sudah banyak Gan En Hu Tzu Chi sudah menjadi donatur dan ada juga yang sudah menjadi relawan Tzu Chi karena mereka tersentuh dan merasa bahwa Yayasan Buddha Tzu Chi memang benar-benar menjalankan semua misi dengan baik dan tepat sasaran.

foto  foto

Keterangan :

  • Shinta Shijie memaparkan perkembangan penanganan Gan En Hu di Tangerang (kiri).
  • Wie Shiong Shixiong mengisahkan pendampingan Relawan terhadap Gan En Hu yang menjalani pengobatan (kanan).

Puncak acara pada hari ini adalah sesi sering kasus, satu per satu Relawan memaparkan misi amal bakti yang di tangani. Di mulai dari Shinta Shijie dari Tangerang mengisahkan Gan En Hudi Tangerang bernama Faisal yang mengalami patah tulang akibat kecelakaan lalu lintas. Sebagai seorang calon ayah dari isterinya yang sedang mengandung 8 bulan tidak mengira bahwa kecelakaan tragis itu menimpa kehidupannya. Disaat saat menanti kehadiran buah hati mereka Faisal justru tertimpa musibah. Rasa syukur kini bisa di panjatkan pasangan ini berkat bantuan Biaya pengobatan dan biaya hidup dari Yayasan Buddha Tzu Chi telah memberi harapan untuk menjalani pengobatan dan melewati hari hari mereka yang bahagia.

Sharing berikutnya adalah Wie Shiong Shixiong selaku koordinator relawan misi amal He QiTimur.  Dengan lugas Ia memaparkan tentang salah satu kasus yang sedang di tangani. Gan En Hu bernama Tasya, bocah perempuan berusia 4,5 tahun yang seharusnya sedang dalam masa kanak kanak yang penuh kebahagiaan harus di jalani dalam kepedihan dan penderitaan. Sakit yang di alami sungguh menyayat hati ke dua orang tua dan siapapun yang mendengarnya. Saat dokter memvonis Tasya kecil akan kehilangan penglihatan akibat  menderita Kanker mata Neoroblastoma Stadium 4 dan ada benjolan di dalam perutnya pada saat ia berusia 3,5 tahun tepatnya pada tanggal 27 Januari 2011. Pada saat pertama di tangani oleh Yayasan Buddha Tzu Chi mata kanan membengkak besar akibatnya mata sebelah kiri juga terpengaruh sampai tidak bisa melihat. Pada saat itu dokter memvonis Tasya sangat sulit diselamatkan penglihatannya. Sakitnya juga mempengaruhi kondisi fisiknya secara menyeluruh, badannya kurus serta tidak kuat untuk berdiri apalagi untuk berjalan. Namun berkat pengobatan yang di lakukan berjalan sesuai jadwal dan di sertai doa maka berangsur-angsur kondisi kesehatan Tasya mengalami kemajuan. Saat ini relawan selalu mendampingi Tasya dalam masa-masa pengobatan selama ini. Seperti saat menjalani kemoterapi sebanyak 20 kali (3 kali protokol kemo) memberikan ketenangan dan semangat kepada Tasya serta kedua orang tuanya. Saat ini mata kanan sudah bisa melihat dan benjolan di dalam perut sudah mengempis. Kedepannya Tasya masih harus menjalani 8 kali kemoterapi (Protokol kemo ke-4).

foto  

Keterangan :

  • Suherman Shixiong menyampaikan cerita seorang Gan En Hu yang mengharukan para relawan.

Relawan selama ini tidak hanya mendampingi Tasya berobat tetapi juga aktif mengajak Tasya beserta orang tuanya mengikuti kegiatan yang di adakan oleh Tzu Chi sehingga mereka juga mendapat motivasi dari relawan relawan Tzu Chi dan merasa tidak sendiri dalam menjalani ujian hidup ini. Pendampingan Gan En Hu sangat di perlukan ketika menjalani pengobatan di sejumlah rumah sakit karena menurut Suherman Shixiong yang mewakili He Qi Barat, “Sangatlah penting mendampingi Gan En Hu berobat di rumah sakit karena umumnya Gan En Hu takut masuk ke rumah sakit sendiri karena berbagai hal, salah satunya adalah keuangan. Mereka tidak memiliki uang untuk berobat jadi pendampingan relawan sangat mendukung mental mereka untuk menjalani pengobatan dengan baik dan lancar”.

Suherman Shixiong juga memberikan informasi kepada semua hadirin tentang perkembangan misi amal di He Qi Barat. Biasanya relawan berkumpul sabtu pagi lalu di bagi beberapa tim survei setelah survei sorenya langsung di bawa ke meeting dan hari itu juga keputusan meetingdibulatkan. Sehingga prosesnya di rasa cepat. Pada kesempatan kali ini Suherman Shixiongjuga mengisahkan satu Gan En Hu Yanti yang begitu tegar dalam menjalani hidupnya yang menderita sakit Kanker payudara. Saat pertama dokter mendiagnosa ia menderita kanker payudara stadium II tak berapa lama dokter memvonis kanker yang dideritanya telah mencapai stadium III-B. Walau sakit tetapi ia tetap tegar dalam menjalankan hidupnya. Yang membuat terharu adalah ia pernah ikut dalam kunjungan kasih Tzu Chi sebanyak 9 kali. Selain itu ia juga sudah menjadi donatur serta sering ikut kegiatan Tzu Chi. Cinta kasih yang di berikan oleh relawan-relawan Tzu Chi telah menginspirasi anaknya untuk senantiasa ikut dalam derap langkah relawan Tzu Chi. Kondisi kesehatannya kian hari kian merosot. Sakit yang di derita Yanti semakin hari semakin parah, 3 minggu menjelang kepergian Yanti untuk selama-lamanya ada 15 relawan melakukan kunjungan kasih ke kediaman Yanti. Saat itu kondisinya tetap tabah dan iklas walau sakit mengerogoti tubuhnya yang semakin rapuh. Anaknya mengabari relawan bahwa Ibundanya telah berpulang untuk selamanya, namun ada satu catatan yang membangakan sekaligus mengharukan adalah menjelang ajal menjemput Yanti menjalani dengan iklas, tenang dan tanpa beban.

 

 
 

Artikel Terkait

Tiket Masuk ke Dunia Tzu Chi

Tiket Masuk ke Dunia Tzu Chi

26 Juni 2013 Pelatihan selama 2 hari ini bertujuan agar setiap relawan dapat mendalami ajaran Jing Si secara mendalam dan mengaplikasikannya ke dalam masyarakat sehingga mereka dapat menjadi teladan dan dapat membina relawan lainnya.
Menghargai Waktu Dalam Sharing Dharma Bersama

Menghargai Waktu Dalam Sharing Dharma Bersama

24 Juni 2014 Mengutip kata perenungan Master, “Kehidupan tidak akan berlalu sia-sia bila kita menggenggam dan memanfaatkan waktu dan ruang dengan baik, serta menghargai hubungan antar manusia”. Memanfaatkan waktu tersebut, Minggu, 8 Juni 2014, untuk kedua kalinya di tahun 2014, Tzu Chi Medan, mengadakan pelatihan (training) relawan abu putih.
Paket Sembako untuk Nelayan di Perairan Suramadu

Paket Sembako untuk Nelayan di Perairan Suramadu

17 Juni 2020

Sebagai bentuk kepedulian Yayasan Buddha Tzu Chi Surabaya kepada masyarakat yang terdampak Covid-19, relawan kembali mengemas (mempersiapkan) 5.050 paket sembako untuk dibagikan kepada warga terdampak wabah Covid-19 di wilayah Surabaya dan sekitarnya.

Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -