Relawan menurunkan berbagai bantuan logistik yang dibawa dari Jakarta. Bantuan ini dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan darurat para warga yang terdampak longsor di Desa Cibeunying.
“Dengan memberi lebih banyak cinta kasih, berarti telah menanamkan jalinan jodoh baik dalam hati orang.”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-
Hujan deras dengan curah hujan tinggi mengguyur Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap pada Kamis sore (13/11/2025). Hujan selama 2 jam lebih ini menyebabkan perbukitan bergerak dan longsor. Akibatnya rumah warga di Dusun Cibuyut dan Dusun Tarukahan, terdampak.
Menurut laporan, hingga Sabtu, 22 November 2025, total ada 15 KK terdampak langsung. Dari jumlah itu, ada 23 orang meninggal dunia, 2 masih belum ditemukan, dan 23 lainnya berhasil selamat. Warga di sekitar lokasi bencana pun banyak yang memilih mengungsi ke posko-posko maupun ke rumah kerabat demi mencari tempat yang lebih aman.
Perhatian dan bantuan pun hadir dari Yayasan Buddha Tzu Chi. Pada Sabtu (22/11/25), relawan Tzu Chi Sinar Mas bersama Paguyuban Sinar Mas Purwokerto bergerak menuju posko pengungsi bencana tanah longsor yang berada di kantor Desa Cibeunying.
Muhammad Faishal, Ketua Paguyuban Sinar Mas Purwokerto, didampingi para relawan menyerahkan bantuan secara langsung kepada warga terdampak longsor, sebagai bentuk dukungan agar mereka dapat kembali bangkit di tengah situasi sulit.
dr. Moch Ichlas Riyanto, M.M., Kepala Dinas Sosial PPPA Kabupaten Cilacap, turut hadir dan secara simbolis menyerahkan bantuan kepada para penyintas, sekaligus menyampaikan apresiasi atas peran relawan dalam membantu penanganan bencana.
Bantuan cinta kasih yang diberikan mencakup uang duka untuk 15 kepala keluarga yang keluarganya meninggal dunia, dan rumahnya tertimbun tanah longsor. Disertakan pula berbagai kebutuhan darurat dalam 70 boks paket bencana, berisi: selimut, sarung, baju, popok, sandal, peralatan mandi, peralatan makan, dan ember. Di luar paket tersebut, relawan memberikan 50 baju wanita dewasa dan remaja, 50 sarung pria, 50 kotak susu balita, 50 celana dalam wanita, 50 celana dalam pria, 50 popok balita, 50 pembalut wanita, 50 tiker, dan 2 karton susu kental manis.
Dalam distribusi bantuan ini, relawan disambut oleh dr. Moch Ichlas Riyanto, M.M., Kepala Dinas Sosial PPPA Kabupaten Cilacap. Ia menyampaikan apresiasi atas bantuan yang diberikan bagi korban tanah longsor di Desa Cibeunying.
“Kami menghaturkan terima kasih. Bantuan yang diberikan dari Ibu Wakil Menteri Veronica Tan melalui Tzu Chi dan juga Paguyuban Sinar Mas ini alhamdulilah sudah kita terima dan kita salurkan. Ini sangat bermanfaat sekali untuk warga masyarakat di sekitar Desa Cibeunying yang sedang tertimpa musibah,” ujarnya.
Thoe Yulius berinteraksi dengan warga yang menjadi korban tanah longsor, memberikan perhatian, penguatan, serta dorongan agar mereka tetap tabah menghadapi masa-masa sulit ini.
Sementara itu, Thoe Yulius, relawan Tzu Chi Sinar Mas, berharap bantuan ini dapat meringankan beban warga yang terdampak. “Semoga bantuan-bantuan yang kita berikan ini bisa meringankan penderitaan mereka, bisa menentramkan raga, menentramkan jiwa, dan juga bisa memulihkan kehidupan mereka. Semoga bencana ini segera berlalu,” harap Thoe Yulius.
Tak hanya menyalurkan bantuan, relawan juga hadir memberikan perhatian dan penghiburan bagi para korban. Bagi relawan, bukan hanya fisik yang perlu dipulihkan, tetapi juga jiwa para penyintas yang membutuhkan dukungan, perhatian, dan kasih sayang agar kehidupan mereka perlahan bisa kembali pulih.
Relawan Hadir Memberi Kekuatan
Salah satunya keluarga yang terdampak tersebut adalah keluarga Miskem. Pada Kamis malam itu, Miskem bersama suaminya menghadiri tahlilan di rumah anak RW, meninggalkan tiga anaknya di rumah. Si bungsu sedang tidur dan yang sulung, sedang kurang sehat.
“Baru aja mau duduk (di rumah anak RW), terus kedengeran dari atas suaranya kayak mobil yang numpahin batu. Kan kayak gitu kerasnya,” tutur Miskem bergetar. “Terus saya lihat keluar, kok kayak gitu (tanah runtuh). Terus saya manggil-manggil anak kan. ‘Neng… Neng… sini Neng, sini!’ kata saya gitu. Mungkin anak saya denger, tapi nggak sempet kaluar. Dari sana langsung hitungan detik. Brekk…!!! Itu langsung. Itu pertama rumah saya dulu. Kelihatan banget itu rumah saya itu kebawa tanahnya (longsor) itu,” lanjut Miskem menahan tangis.
Miskem (45), salah satu warga Desa Cibeunying yang terdampak langsung longsor, menerima bantuan dari relawan. Meski masih diselimuti duka, ia berusaha tegar dan berterima kasih atas perhatian yang diberikan.
Bencana ini begitu membekas bagi Miskem. Kedua anaknya yang kecil menjadi korban tanah longsor tersebut. Kenangan itu, katanya, tidak akan pernah bisa dilupakan seumur hidup. terlebih, ia menjadi saksi mata yang melihat semuanya secara langsung, hingga setiap detailnya terus teringat.
Kondisi keluarganya kini pun ia sampaikan dengan terbata. “Bapak sehat, alhamdulilah. Anak saya yang paling gede sehat. Saya alhamdulilah sehat. Anak saya yang kedua sudah diketemukan, sudah dimakamin. Satu lagi yang paling kecil belum diketemukan,” katanya tak kuasa menahan tangis.
Di tengah duka yang masih terasa itu, kehadiran para relawan sedikit banyak menjadi penopang bagi Miskem. Saat menerima bantuan, ia kembali menyampaikan rasa syukurnya. “Terima kasih kepada Buddha Tzu Chi dan Sinar Mas. Saya terima kasih banyak atas bantuannya, sangat bermanfaat buat kami sekeluarga, buat yang korban terutama. Terima kasih banyak,” ungkapnya dengan penuh haru.
Dariana (52) menerima bantuan dari relawan. Ia sebelumnya sempat dirawat empat hari di rumah sakit setelah tertimbun tanah hingga setinggi dada, namun berhasil menyelamatkan diri dan kini tengah memulihkan kondisi fisik serta batinnya.
Proses pencarian warga yang masih dinyatakan hilang usai bencana tanah longsor terus dilakukan oleh tim gabungan, meskipun kondisi medan cukup berat akibat material tanah dan reruntuhan yang luas.
Tak hanya Miskem, sejumlah penyintas lain juga mencoba bangkit di tengah bencana. Salah satunya adalah Dariana (52), warga Cibeunying yang menjadi korban longsor. Ia sempat dirawat di rumah sakit selama empat hari setelah tertimbun tanah hingga setinggi dada. Dariana pun bersyukur masih bisa menyelamatkan diri.
Kini Dariana berusaha lebih tegar meskipun anak dan istrinya menjadi korban, dan rumahnya pun rata terbawa longsor. Di tengah bencana itu, kehadiran para relawan seakan menjadi penopang. Bantuan mungkin tak bisa menghapus kehilangan, tetapi perhatian kecil setidaknya dapat menjadi sandaran.
“Saya mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuannya dari Tzu Chi Sinar Mas, sangat membantu dalam kebutuhan saya ini,” tutur Dariana kepada relawan.
Editor: Metta Wulandari