Perhatian yang Menenteramkan

Jurnalis : Relawan Tzu Chi Padang, Fotografer : Tjioe Soh Kiem - KP Padang
 

fotoMeski sudah tiga bulan lewat dari kejadian gempa, insan Tzu Chi masih terus mendampingi para korban. Secara rutin mereka mengunjungi korban yang dirawat di RS Reksodiwiryo, Padang.

Tak terasa 3 bulan telah berlalu sejak gempa bumi yang berkekuatan 7,6 SR mengguncang Kota Padang dan sekitarnya. Namun, semangat juang dan rasa cinta kasih insan Tzu Chi Padang tetap berkobar dan menyala untuk meringankan dan memberikan bantuan kepada para korban. Secara rutin insan Tzu Chi juga mengadakan kunjungan kasih ke para korban. Salah satu diantaranya adalah Gan Siu Suan yang mengenal Tzu Chi sejak beliau dirawat di Rumah Sakit Tentara Dr. Rekso Diwiryo Padang akibat gempa sejak 100 hari lalu. Wanita berusia 61 tahun ini, dalam kehidupannya sehari-harinya harus mengandalkan belas kasihan dan bantuan saudara-saudaranya. Sewaktu gempa mengguncang, Gan Siu Suan sedang berada di kamarnya dan tertimpa bangunan rumah tetangganya yang runtuh. Kejadian itu membuatnya sangat syok. Sejak itu Gan Siu Suan mengalami trauma dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik pada orang lain termasuk terhadap saudara-saudaranya. Ia selalu diam dan tidak mau berbicara.

 

Insan Tzu Chi yang terdiri dari Enisari Shijie, Tjioe Soh Kiem Shijie, dan Susi Shijie tidak bosan-bosannya terus datang dan mengunjungi Gan Siu Suan. Setiap kali berkunjung, mereka memberikan perhatian dan membersihkan diri wanita itu, serta mengobati luka pada kakinya. Kini, kondisi Gan Siu Suan telah terus membaik dan ia juga mulai dapat berkomunikasi dengan orang lain, termasuk dengan insan Tzu Chi yang sudah sangat dikenalnya. Ia menunjukkan kegembiraan apabila para shijie sedang bertandang ke tempatnya. Dua hari sekali, shijie-shijie ini melakukan kunjungan dan pembersihan serta mengganti perban pada lukanya.

Sebelum kenal dan dekat dengan insan Tzu Chi, Gan Siu Suan sulit diajak berkomunikasi karena rasa traumanya. Ia selalu menolak, menghindar atau mengelak dan mencari-cari alasan agar tidak diobati. Bahkan, obat-obatan yang diberikan padanya agar diminum demi kesembuhannya, malah dibuangnya. Dengan tingkahnya yang seperti ini, saudara-saudaranya pun sudah mulai kesal padanya. Namun kini, keadaan sudah jauh lebih baik. Saudara-saudaranya pun tidak menduga bahwa apa yang telah dilakukan oleh insan Tzu Chi dapat membawa perubahan begitu besar terhadap saudara perempuan mereka yang hanya satu-satunya dalam keluarga tersebut.

foto  foto

Ket : -    Ketika gempa terjadi, Gan Siu Suan sedang berada di kamarnya. Ia tertimpa bangunan tetangganya yang                 runtuh.  Kejadian ini membuatnya syok dan trauma. (kiri)
          -   Perhatian insan Tzu Chi yang terus-menerus menyentuh Gan Siu Suan yang tadinya menutup diri setelah                gempa. Kini ia sudah mulai mau berkomunikasi dengan orang lain. Perubahannya membuat saudara-                saudaranya takjub. (kanan)

Tanggal 10 Januari 2010, Tjioe Soh Kiem Shijie dan Yaya Shijie berkunjung untuk membersihkan dan mengganti perban pada kaki Gan Siu Suan. Saat melihat kehadiran kedua shijie yang mengenakan seragam Tzu Chi, raut wajahnya berubah ceria dan gembira. ”Cik Suan gimana kabarnya? Ada lebih baik?” sapa Tjioe Soh Kiem. Spontan Gan Siu Suan menjawab dengan nada ceria, “Baik dan saya jauh lebih baik. Kita ganti perban lagi, Shijie? “

Insan Tzu Chi sangat gembira sekaligus memendam heran terhadap jawaban Gan Siu Suan yang biasanya selalu acuh. Kini ia telah berubah, malah mengajak untuk segera mengganti perban di kakinya.

Apapun yang dilakukan dengan cinta kasih dan kegigihan, walau sedikit demi sedikit lambat laun akan mengubah sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Seperti kerasnya besi apabila ditempa dengan kerajinan dan kegigihan juga akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kita dan lingkungan.

 
 

Artikel Terkait

Selamatkan Bumi dari Sekarang

Selamatkan Bumi dari Sekarang

16 Juni 2009 Dikucurkannya air sedikit demi sedikit ke sepasang tangan yang terbalut busa sabun itu. Kemudian ia menyodorkan handuk hijau di lengan kirinya, agar teman sebayanya itu dapat mengeringkan tangan yang baru selesai dicuci. Kurnia sedang bertugas menjadi “guru hemat air”.
Suara Kasih : Makna Hidup yang Sesungguhnya

Suara Kasih : Makna Hidup yang Sesungguhnya

20 Januari 2011 Sesungguhnya, segala sesuatu di dunia ini tidak memiliki nama. Tujuan orang menamai segala sesuatu adalah untuk memberi identitas. Rupang Buddha dan Bodhisatwa bertujuan untuk menyadarkan kita bahwa kita adalah praktisi Buddhis. Buddha adalah Yang Maha Sadar di Alam Semesta. Buddha telah mencapai pencerahan.
Merayakan Waisak di Rumah Sakit

Merayakan Waisak di Rumah Sakit

18 Mei 2011
Kegiatan ini sendiri baru pertama kali dilakukan oleh relawan Tzu Chi di Indonesia. “Awalnya saya melihat dari tayangan DAAI TV tentang relawan Tzu Chi Malaysia yang membawa rupang Buddha ke warga yang tidak bisa merayakan Waisak karena sakit, lalu saya terpikir untuk mencoba melakukannya di Indonesia,” terang Rosaline.
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -