Perjalanan Para Bodhisatwa

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy
 

foto
Sebanyak 108 Tzu Ching terlibat dalam shou yu dan drama untuk Persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas.

Tanggal 8 September 2013 merupakan hari terakhir dari Camp 10 Tahun Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi) Indonesia. Acara ini merupakan bagian dari Persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas (Wu Liang Yi Jing) yang diadakan dari tanggal 6-8 September 2013. Akhirnya berakhir juga sebuah persamuhan Dharma yang begitu membahagiakan.

Malam hari saat pulang, saya diantar oleh seorang Tzu Ching, tapi setibanya di rumah, ternyata pagar rumah terkunci. Saya mencoba telepon ke beberapa orang di rumah, tapi tidak ada yang mengangkat, mungkin karena sudah tidur.  Pada saat itu saya sedikit mengeluh dan menghela nafas, lalu Tzu Ching itu berkata, “Jing Ji Qing Cheng”, Sebuah kalimat yang berarti “hati hening dan jernih” yang terdapat di dalam Sutra Makna Tanpa Batas. Ia mengingat yang Master Cheng Yen ajarkan dari Sutra tersebut, dalam keadaan apapun hati harus hening dan jernih. Memang persamuhan dharma sudah berakhir tapi tentu ini bukan suatu akhir, maknanya akan selalu ada di hati setiap orang.

Mengingat kembali perjalanan mempersiapkan suatu wujud rasa syukur 10 tahun Tzu Ching Indonesia untuk Master Cheng Yen dan Tzu Chi Indonesia yang telah membuat jalinan jodoh ini ada. Sungguh suatu perjalanan yang tidak mudah tapi memberikan banyak pelajaran yang berharga. Masa di mana setiap orang yang terlibat harus berpikir bagaimana mempersiapkannya, masa-masa setiap orang yang terlibat juga harus menggunakan waktu liburnya dan meluangkan waktu istirahat di malam hari untuk mendalami ajaran Sutra Makna Tanpa Batas, untuk rapat, merekam tutorial video, hingga untuk latihan bersama. Suka, duka, semangat hingga sempat kehilangan semangat, semua bercampur menjadi satu, tapi kekuatan tetap akan kembali muncul saat mengingat tekad awal, yaitu ingin memberikan sebuah kado sederhana yang istimewa bagi Shigong Shangren.

foto  foto

Keterangan :

  • Martha Khosyahri (kedua dari kiri), koordinator Persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas (kiri).
  • Latihan dilakukan kapanpun dan dimanapun usai pulang kerja dan disaat libur (kanan).

Masih ingat juga saat pertama kali kami berkumpul menentukan waktu, dengan pasti semua menjawab 7 September, hari di mana Tzu Ching Indonesia diresmikan dan mereka langsung menentukan tempat yaitu di Jiang Jing Tang, Aula Jing Si, yang berkapasitas 1.600 orang. Jika mengingat itu terpikir, entah mereka terlalu “polos” atau terlalu semangat, langsung menentukan tanpa memikirkan kendala yang akan terjadi, mungkin juga itu mereka yakin mereka memiliki satu tujuan yang baik dan bukan pelatihan diri jika semuanya berjalan lancar saja. Mereka adalah sutra hidup, setiap orang adalah Bodhistwa, saya akan berbagi cerita dari setiap Bodhisatwa yang saya temui selama persiapan ini.

Semangat Tidak Kendur Oleh Kesulitan
Persiapan ini takkan berjalan jika tak ada yang mengkoordinasi, persiapan kami ini dikoordinasi oleh salah satu Xuejie (Kakak Seperguruan) yaitu Martha Khosyahri. Dia orang yang menerima tanggung jawab untuk menjadi koordinator tanpa banyak berpikir, jika itu dipercayakan untuknya maka hanya kata “Iya” yang akan dikatakannya. Ia yang menjaga semangat teman-teman untuk terus ada dalam proses persiapan ini, walau semangatnya juga sempat mengendur tapi ia tidak membiarkan orang lain mengetahuinya dan cepat bangkit kembali. Baginya apa yang sudah ditekadkan itu harus dijalankan, walaupun orang lain tekadnya kendur tapi ia harus tetap mempertahankan tekad itu.

Selain itu ia dibantu beberapa orang lagi yang terbagi dalam beberapa bagian, seperti bagian drama, shou yu (isyarat tangan), Humas, dokumentasi, akomodasi dan logistik, dll. Mereka adalah mitra yang sejati dan baik seperti satu keluarga, mereka seperti melupakan rasa lelah dan bekerja tanpa mengeluh. Malam hari usai kerja jika ada waktu untuk berkumpul, mereka akan datang.  Walaupun jauh, tetap akan datang. Salah satunya adalah Franciska yang menjadi koordinator shou yu. Ia adalah Tzu Ching yang saya ceritakan di atas. Dari Bekasi menuju Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, memang tidak dekat, tapi baginya Tzu Chi dekat di hati, sejauh apapun ia akan datang dan jika ada teman-teman lain yang tidak bisa datang latihan karena kendala transportasi, ia akan datang menjemput. Walaupun banyak yang sempat ia khawatirkan, seperti sulitnya mengumpulkan semua orang dengan lengkap tapi tiba-tiba ada yang mundur, lalu apakah teman-teman yang tidak datang sudah belajar? ia akan mengingatkan teman-teman untuk belajar. Persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas ini telah menjadi satu catatan terindah dalam kehidupannya.

foto  foto

Keterangan :

  • Mereka juga merekam video tutorial agar setiap orang dapat belajar dengan mudah (kiri).
  • Phei Se (kiri), bersikap bersikap tega melatih agar setiap orang dapat lebih disiplin sehingga latihan menjadi lebih baik (kanan).

Lalu ada pula yang diam-diam bersumbangsih. Kita akan jarang melihatnya aktif di depan anak-anak Tzu Ching, tapi dibalik itu ia yang mengerjakan semua kebutuhan video untuk Persiapan Wu Liang Yi Jing ini, mulai dari video promosi, video lagu, hingga kilas balik 10 tahun Tzu Ching. Segala hal mengenai dokumentasi video kami percayakan kepadanya, Chandra Wijaya. Ia bekerja sebagai cameramen dan editor video di DAAI TV, tapi ia mengerjakan kebutuhan untuk Tzu Ching di luar jam kerjanya. Seperti untuk merekam video tutorial, selalu dilakukan pada malam hari. Kalau melihat saja mungkin hanya sekedar merekam dan mengedit, tapi saya pernah mencoba dan proses itu tidak mudah, butuh kesabaran yang cukup baik.  ia dengan senang hati mengerjakan agar setiap orang dapat belajar dengan lebih mudah dan baik melalui video.

Ada satu bodhisatwa lagi yang ingin saya ceritakan. Walaupun tubuhnya kecil tapi ia memiliki kekuatan yang besar, bukan kekuatan untuk mengangkat barang yang berat, tapi kekuatan untuk membantu mewujudkan tekad teman-teman. Ia seorang Xuejie yang bergabung dengan Tzu Ching sejak tahun 2004 dan kini sudah menjadi relawan komite, yaitu Zhuo Phei Se. Seorang sahabatnya berkata bahwa ia adalah orang yang perfeksionis, bekerja keras, dan berkemauan keras. Jika sudah mengatakan A maka harus A, tapi kini ia menjadi lebih sabar, dan tahu kapan harus mengalah untuk mencapai tujuan bersama. Sisi positifnya yang tidak pernah berubah yaitu ia selalu rela mengulurkan tangan membantu tanpa segan-segan dan tidak setengah-setengah, apa yang bisa ia lakukan dan berikan maka akan dilakukan.  Sifat-sifat ini yang masih terlihat di dalam dirinya saat persiapan persamuhan Dharma ini.

Ia yang cukup “keras” dalam melatih teman-teman sehingga kata ‘galak’ pun sudah di sandangnya. Menjadi galak itu bukan pilihan tapi saat sudah tidak tahu harus bagaimana lagi, di beri tahu dengan baik-baik tapi tidak didengarkan, akhirnya, karena ingin semua berjalan dengan baik, karena ingin semua tidak menyesal setelah acara selesai, maka menjadi orang yang tidak disenangi terpaksa dilakukannya. Terkadang ia berpikir kenapa harus seperti itu, tapi penyesalan dikemudian hari akan lebih menyedihkan jika karena persiapan kegiatan yang dilakukan sekian lama tidak memberikan hasil yang maksimal hanya karena setiap orang tidak bisa mendisiplinkan diri sendiri.

Ketika melihat teman-teman berhasil menampilkan Wu Liang Yi Jing, melihat wajah mereka yang bahagia, ia pun sangat senang. Walaupun ia sempat berpikir mungkin dikemudian hari ia akan dijauhi karena telah bersikap keras dan galak, tapi ia tidak menyesal, karena ia yakin saat mereka mengingat Wu Liang Yi Jing, mereka akan mengingat kebahagian mereka saat itu, bukan mengingat kerasnya ia melatih. Ia adalah salah satu guru pembimbing bagi adik-adiknya.

Masih banyak lagi Bodhisatwa yang menginspirasi yang menunjukkan kesungguhan hatinya untuk bersama-sama memberikan yang terbaik, termasuk teman-teman yang terus berlatih selama persiapan. Mereka adalah teladan bagi setiap orang. Persamuhan Dharma dan kado sederhana yang istimewa sudah diberikan, semoga semangat ini tetap terus ada di dalam diri setiap orang yang telah bertemu dan telah memasuki Pintu Makna Tanpa Batas, dan semoga mereka dapat terus menetap di Pintu Makna Tanpa Batas ini. 

  
 

Artikel Terkait

Padang: Paket Cinta Kasih untuk Korban Gempa

Padang: Paket Cinta Kasih untuk Korban Gempa

05 Oktober 2009
Empat hari pascagempa yang melanda Padang, atau Minggu 4 Oktober 2009, organisasi HimpunanTjinta Teman (HTT) bekerjasama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Padang dan Jakarta, kembali membagikan bantuan cinta kasih.
Bagaimana Menggenggam Berkah?

Bagaimana Menggenggam Berkah?

09 Agustus 2012 Memasuki bulan tujuh yang penuh berkah diminggu ke-3, pada hari Kamis 26 Juli 2012 pukul 19:00 – 21:00 WIB, seperti biasa berlokasi di Jing Si Books & Café Pluit rutinitas kegiatan bedah buku pun kembali kami adakan. Bedah buku kali ini kami berkesempatan mendengar sharing dari Leo Samuel Salim Shixiong, seorang relawan yang berasal dari Medan.
Berkah Bulan Tujuh Penuh Berkah untuk Para Pedagang Kecil

Berkah Bulan Tujuh Penuh Berkah untuk Para Pedagang Kecil

24 Agustus 2021

Relawan Tzu Chi di Komunitas He Qi Pusat tengah sibuk-sibuknya menyukseskan program bertajuk Tzu Chi Peduli, Tzu Chi Berbagi, Gerakan Membantu Pedagang Kecil. Di hari pertama, Senin 23 Agustus 2021, Kimhwa (60) mendapat berkah dari program ini.

Keindahan sifat manusia terletak pada ketulusan hatinya; kemuliaan sifat manusia terletak pada kejujurannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -