Pewarisan Cinta Kasih (Bag. 1)

Jurnalis : Riani Purnamasari (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas), Fotografer : Brian, Nadya I. , Metasari, Shadiq (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas)
 
 

fotoSiswa-siswi penerima bantuan beasiswa Tzu Chi memeragakan isyarat tangan yang berjudul Sebuah Dunia yang Bersih.

“Sebarluaskan cinta kasih dan rasa syukur melalui sumbangsih. Dengan demikian kita mendukung terciptanya keharmonisan antar suku bangsa, kedamaian, dan kesejahteraan masyarakat.”
(Kata Perenungan Master Cheng Yen)

 

 

“Kita mau, kita pasti bisa.” Itulah pelajaran yang didapat oleh para siswa penerima beasiswa misi amal Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas dalam gathering pertamanya di tahun 2012. Tepat pada tanggal 18 Maret 2012, bertempat di Aula Tzu Chi School, Pantai Indah Kapuk, Jakarta, sebanyak 129 siswa penerima beasiswa bersama pendamping dan Relawan Pemerhatinya, berbahagia untuk menghadiri dan berbagi cerita kepada semua relawan yang terlibat.

Gathering yang dihadiri Franky Oesman Widjaja Shixiong yang merupakan Wakil Ketua  Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia ini berjalan dengan penuh makna kasih. Dimulai dengan khidmatnya pertabuhan genderang oleh relawan dari Tzu Chi Perwakilan Sinarmas dan DAAI TV, acara kemudian dilanjutkan dengan gerakan isyarat tangan “Sebuah Dunia yang Bersih” dari siswa Pesantren Himaturijal yang berlokasi di Jatikramat Bekasi. Sebuah lagu yang membawa peserta gathering ke sebuah mimpi untuk mewariskan alam masa depan berupa sungai, langit dan padang rumput yang indah. Mimpi yang akan menjadi kenyataan kala seluruh dunia bersatu padu menyatukan cinta kasih pada bumi.

Pemutaran video kilas balik kegiatan Tzu Chi Perwakilan Sinarmas di tahun 2011 disampaikan agar para donatur yang turut hadir dalam acara ini dapat mengetahui penyebaran cinta kasih dan kepada siapa saja cinta kasih mereka diberikan. “Ternyata kegiatan bakti sosial Tzu Chi Perwakilan Sinarmas banyak sekali dan tersebar di Kalimantan dan Sumatera. Banyak cinta kasih yang disebarkan selain kepada kami penerima beasiswa,” ujar Romy Agasty, salah satu penerima beasiswa.

foto   foto

Keterangan :

  • Tabuhan genderang mengawali acara gathering penerima beasiswa Tzu Chi hari itu (kiri).
  • Franky O. Widjaja Shixiong memakaikan tas kepada siswa-siswi penerima bantuan beasiswa Tzu Chi (kanan).

Lantunan lagu “Qing Shan Wu Zheng” (Relawan Tzu Chi yang Tanpa Pamrih) bergema dan menimbulkan suasana syahdu mengiringi 12 siswa berjalan setapak demi setapak menghampiri meja para tamu undangan untuk menyajikan teh yang bermakna sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua. Rasa syukur dan kagum terlihat dalam binar mata penerima teh yang duduk di antara para siswa. Kekaguman akan budaya insan Tzu Chi yang diajarkan kepada para penerima beasiswa yang berasal dari berbagai agama dan ras.

Bukti Kegigihan

Tiga kisah sukses penerima beasiswa dipersembahkan kepada para peserta gathering agar semangat yang dimiliki ketiganya dapat ditularkan kepada semua orang. Muhammad Ervan Susanto, seorang mahasiswa Universitas Diponegoro semester satu yang hanya memiliki sebelah tangan, berjodoh dengan Tzu Chi saat ia masih di bangku SMA. Di saat sang ibu dan ayah sudah putus asa dan kandas harapannya untuk menyekolahkan Ervan sampai ke jenjang universitas, Ervan terus berusaha dan berkat sang relawan pemerhatinya yang merupakan salah seorang tetangganya, ia pun dapat terus bersekolah. Setelah lulus SMA, Ervan melakukan tindakan yang nekad namun berbuah luar biasa. Ia mencoba tes UMPTN dan berhasil masuk menjadi mahasiswa Universitas Diponegoro Fakultas MIPA Jurusan Matematika. “Kelak, Ervan ingin menjadi guru matematika. Terima kasih kepada Tzu Chi Perwakilan Sinarmas. Berkat bantuan Tzu Chi, saya bisa lulus SMA dan menjadi mahasiswa di Undip,” ujar Ervan kepada segenap peserta ketika dipanggil Rudi Suryana Shixiong dan Titik Shijie untuk maju ke atas panggung.

Masih duduk di bangku kelas 3 SMK Penerbangan, Romy Agasty berjalan dengan pasti menuju panggung dan berkisah akan mimpi yang sedang dijalaninya. “Sejak 4 tahun silam, saya bertemu dengan relawan pemerhati saya yang bernama Pak Hasbi. Beliau merupakan tetangga saya dan selalu memperhatikan orang di sekitarnya. Saat itu ayah saya sakit-sakitan dan ibu harus bekerja sejak subuh hingga magrib. Nilai saya pun diajukan kepada Tzu Chi Perwakilan Sinarmas dan alhamdulillah lulus untuk menjadi penerima beasiswa. Saya sangat senang sekali akan berita ini. Ketika akan masuk ke SMA, saya pun mengajukan kepada relawan pemerhati saya bahwa saya sangat ingin masuk ke SMK Penerbangan karena memang ini yang saya cita-citakan. Sampai pada saat saya PKL di kelas 2 lalu, Garuda Indonesia memperkerjakan saya. Saya sedang menjalani mimpi dan semua ini berkat Tzu Chi . Saya sangat berterima kasih kepada relawan pemerhati saya dan kepada Tzu Chi. Mungkin, jika tanpa bantuan beasiswa dari Tzu Chi, mimpi saya hanyalah sebuah mimpi,” ujar Romy dalam sharing-nya.

Sampailah pada siswa ketiga dalam sesi sharing ini. Seorang gadis mungil berusia 18 tahun dengan jaket almamater kuning khas Universitas Indonesia, Yuniarti namanya. Ketika ia menjalani tahun akhir pembelajarannya di masa SMP, ayah Yuniarti yang hampir putus asa untuk menyekolahkan anaknya bercerita kepada salah seorang tetangga terdekatnya, Tawang. Tawang Shixiong yang merupakan ketua Tzu Chi Perwakilan Sinarmas ini merasa tersentuh akan kisah anaknya yang memiliki tekad belajar tinggi dan terpilih untuk masuk dalam SMA unggulan di Jakarta Timur, namun karena biaya yang tidak dapat dipenuhi, sang anak terancam putus sekolah. Ternyata memang jodoh sudah sampai, Yuniarti tidak jadi putus sekolah dan mampu meneruskan sekolahnya di SMAN 48 Jakarta Timur. Prestasi pun ditunjukan oleh Yuniarti dengan selalu menjadi juara kelas. Ketika bantuan beasiswa dari Tzu Chi hampir berakhir, Yuniarti berinisiatif mencari beasiswa untuk berkuliah dan sampailah ia pada program BIDIK MISI dari Universitas Indonesia, di mana program tersebut membantu calon mahasiswa yang berprestasi namun tidak mampu dalam hal biaya. Serangkaian tes pun diikuti dengan sungguh-sungguh, dan di bulan Agustus 2011, Yuniarti mendapat kabar gembira bahwa ia diterima sebagai penerima beasiswa penuh di Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Administrasi Niaga. “Semua jerih payah yang saya lakukan merupakan hasil keterlibatan dari orang-orang di sekitar saya. Keluarga saya dan terutama relawan pemerhati saya, Pak Tawang, mengajarkan nilai-nilai yang Tzu Chi lakukan, yaitu cinta kasih dan rasa syukur,” ujarnya seraya mengatupkan kedua telapak tangannya sebelum meninggalkan panggung.

 Bersambung ke Bagian 2.

  
 

Artikel Terkait

Kepedulian Bagi Korban Banjir

Kepedulian Bagi Korban Banjir

20 Februari 2014

Bencana banjir melanda wilayah Pamanukan, Subang, Jawa Barat. Tingginya curah hujan sejak beberapa hari terakhir mengakibatkan Sungai Cipunagara, Cigadung dan Ciasem meluap hingga tanggulnya jebol.

Perhatian untuk Para Lansia dan Penyandang Disabilitas

Perhatian untuk Para Lansia dan Penyandang Disabilitas

22 November 2022

Relawan Tzu Chi di Xie Li Sumsel 2 terus memberikan perhatian untuk warga yang membutuhkan. Kali ini relawan menyalurkan bahan pangan untuk para lansia di Tanjung Aur, Kec. Kikim Tengah, Kab. Lahat, Sumatera Selatan.

Donasi Buku dan Penuangan Celengan di Hari Sumpah Pemuda

Donasi Buku dan Penuangan Celengan di Hari Sumpah Pemuda

28 Oktober 2016

Bersamaan dengan Bulan Bahasa yang digelar Sekolah Budi Agung Jakarta, relawan Tzu Chi hadir meramaikan kegiatan tersebut dengan penuangan Celengan Bambu dan donasi buku. Pihak sekolah menyambut kehadiran relawan dengan semangat yang sama. 

Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -