Pintu Gerbang Bodhisatwa Dunia telah Dibuka

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara), Teddy Lianto
 
 

foto
Para relawan, tim medis, guru dan karyawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia berbaris rapi berjalan menuju pintu gerbang Aula Jing Si untuk mengucapkan ikrar janji akan terus berjalan di Jalan Bodhisatwa.

Waktu masih menunjukkan pukul setengah lima pagi, di saat itu keheningan masih menyelubungi sebuah tempat bernama Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Suasana sunyi syahdu di pagi hari berbaur dengan suara desiran angin pagi yang menerpa barisan pepohonan yang tertanam teratur di tepian jalan, dan bunyi kicauan burung-burung  yang mulai beterbangan, seolah memberi isyarat jika mentari akan keluar dari peraduannya dan waktu untuk memulai kehidupan siap dimulai.

 

Aula Jing Si Indonesia yang semula sunyi, perlahan mulai menunjukkan kehidupan. Para relawan dari luar kota dan dalam kota mulai bersiap-siap memulai acara. Setelah empat bulan lamanya dimulai dari bulan Juli hingga bulan Oktober 2012 para relawan Tzu Chi mempersiapkan kegiatan peresmian, akhirnya di hari Minggu, tanggal 7 Oktober 2012 ini, para relawan Tzu Chi se-Indonesia bisa merayakan peresmian Aula Jing Si Indonesia. Sejak pukul 05.00 WIB, para relawan telah berbaris rapi untuk memberikan salam pagi dan mendengarkan wejangan Master Cheng Yen di  Lantai 4 Aula Jing Si.

Setelah mendengarkan wejangan, para relawan bergegas turun menuju pelataran luar Aula Jing Si untuk berikrar (pengucapan janji) kepada Master Cheng Yen di Taiwan untuk selalu di jalan Tzu Chi. Dengan berbaris rapi melakukan prosesi mendaki Gunung Semeru. Dengan penuh semangat, para relawan mengucapkan janji kepada Master Cheng Yen. Mendengar Janji yang diucapkan oleh para relawan Tzu Chi Indonesia, Master Cheng Yen pun turut merasa gembira.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi mengawali kegiatan di pagi hari dengan melantunkan doa untuk kesejahteraan seluruh mahkluk di dunia beserta alam semesta (kiri).
  • Pukul 06.15, para relawan Tzu Chi telah berkumpul di depan Aula Jing SI untuk mengucapkan ikrar janji kepada Master Cheng Yen di Taiwan(kanan).

 Setelah melakukan aktivitas tersebut, relawan Tzu Chi dari seluruh Indonesia beramai-ramai membuka pintu gerbang Aula Jing Si, pintu dimana para Bodhisatwa dunia hilir mudik untuk berkoordinasi, membuat perencanaan kegiatan sosial dan berlatih diri. Dengan saling membantu, para relawan dari tenaga medis, para guru dan karyawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mendorong pintu yang terbuat dari tembaga tersebut agar terbuka dan masuk ke dalamnya. Bersamaan dengan masuknya para relawan, berarti menandakan pintu gerbang Bodhisatwa dunia telah dibuka dan mengundang lebih banyak relawan bergabung, karena masalah dunia tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja .

Setelah memasuki Aula Jing Si, para relawan mulai bersiap-siap untuk menjadi tuan rumah yang baik bagi para tamu undangan, baik itu dari pemerintah, pemuka agama, dan masyarakat setempat. Hadir dalam acara ini, H.E. Mr. Stig Traavik, Duta Besar Norwegia. Di kesempatan ini, ia menyampaikan jika  kedatangannya kemari telah memberikannya sebuah kesan yang menarik. “Tzu Chi dalam berorganisasi sangat bagus. Seperti saya lihat, saya sangat senang telah diundang untuk mengikuti acara ini. Di sini saya dapat melihat bagaimana para relawan Tzu Chi saling menghargai antar sesama mahkluk dan juga terhadap alam. Oleh karena itu, selamat kepada Tzu Chi Indonesia yang kini telah memiliki rumah sendiri dan juga saya terkesan dengan bentuk bangunan yang berdiri. Semoga ke depannya, kita dapat saling bekerjasama untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat.”

foto  foto

Keterangan :

  • Ketika masuk ke dalam gedung Aula Jing Si, para relawan diajak untuk berkeliling agar lebih mengenal rumah insan Tzu Chi Indonesia melalui barisan poster-poster yang berisikan sejarah Tzu Chi dan Tzu Chi Indonesia (kiri).
  • Selain relawan Tzu Chi, muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) juga turut berpartisipasi membersihkan dan merapikan peralatan yang dibutuhkan dalam acara ini (kanan).

Selain Duta besar Norwegia, turut hadir Gita Irawan Wirjawan, Menteri Perdagangan Indonesia, ”Ini bagus sekali, berdirinya sebuah bangunan dengan fasilitas dan prasarana yang luar biasa. Harapannya benih cinta kasih yang telah ditanam di sini, dapat tersebar lagi hingga ke seluruh dunia.”  Dalam acara ini, Tzu Chi juga mengundang Timur Pradopo, Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Timur Pradopo turut hadir karena dalam melakukan kegiatan baksos kesehatan, Tzu Chi selalu didukung oleh Kepolisian Republik Indonesia. “Saya rasa kalo semua punya misi yang seperti di Tzu Chi, permasalahan  seperti kemiskinan, peningkatan SDM dapat terpecahkan. Harapannya untuk relawan Tzu Chi adalah lebih giat dalam memberikan kesejahteraan bagi kaum miskin dan membangun masyarakat yang damai dan sukses.”

Harapan seperti di atas juga sama seperti harapan Master Cheng Yen terhadap para insan Tzu Chi Indonesia. Beliau merasa terharu dengan kesungguhan hati para relawan Tzu Chi Indonesia dalam menyebarkan cinta kasih di Indonesia. Master Cheng Yen juga berharap agar janji para relawan untuk menyebarkan cinta kasih Tzu Chi hingga ke pelosok dunia dapat terwujud, sehingga di dunia tidak ada lagi penderitaan.

  
 

Artikel Terkait

Bersinergi dengan Kodim 0203/Langkat dalam Penyaluran Paket Sembako

Bersinergi dengan Kodim 0203/Langkat dalam Penyaluran Paket Sembako

11 Mei 2020
Relawan Tzu Chi Medan di komunitas Hu Ai Binjai mengikuti pelepasan bantuan paket sembako bagi warga terdampak Covid-19, di Makodim 0203/Langkat, Binjai, Jumat 8 Mei 2020. Dalam penyaluran paket sembako kali ini Tzu Chi bekerjasama dengan Kodim 0203/ Langkat.
Kesan yang Mendalam

Kesan yang Mendalam

20 April 2012 Di pagi hari itu matahari bersinar sangat cerah dan awan putih terlihat sangat kontras dengan warna biru langit. Sebanyak 14 orang relawan dan seorang dokter dengan semangat melakukan kunjungan ke rumah Panti Jompo Wisma Sahabat Baru.
Pariaman, Sum-Bar: Pondok untuk Nenek

Pariaman, Sum-Bar: Pondok untuk Nenek

11 Oktober 2009 Meski gempa sudah lebih dari 7 hari berlalu, namun sisa-sisa kekuatannya masih sangat terasa. Di sepanjang dusun yang kami lalui, hampir semua rumah mengalami kerusakan, dan bahkan banyak di antaranya yang roboh. Hampir di setiap rumah, berdiri tenda yang menjadi tempat berteduh warga, sekaligus tempat mereka tidur.
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -