Aula Kantor Kelurahan Johar Baru pada Jumat pagi, 23 Mei 2025 sudah ramai dengan warga yang berdatangan dengan wajah yang semringah. Pun dengan Lim Pedrik (kiri), relawan Tzu Chi yang selalu bersemangat.
Waktu baru menunjukkan pukul 05.30 ketika Lim Pedrik (66) memanaskan mesin mobilnya. Relawan Tzu Chi yang berdomisili di Serpong, Tangerang Selatan itu mengawali hari dengan semangat yang on fire. Sama seperti para relawan Tzu Chi lainnya dari komunitas He Qi Pusat yang hari itu akan menjalankan tugas kemanusiaan di Johar Baru Jakarta Pusat.
Program Renovasi 500 Rumah Tak Layak Huni di Kecamatan Johar Baru memang menambah kesibukan para relawan ini. Meski begitu mereka tak pernah menganggap ini sebuah beban. Sebaliknya justru ini merupakan ladang berkah karena bisa membantu warga mengentaskan diri dari penderitaan.
“Apalagi Tzu Chi kalau bantu orang itu lengkap sekali sampai uang kontrakan juga dikasih. Warga yang dapat bantuan senang, saya juga ikut senang,” kata Pedrik.

Sebanyak 20 Kepala Keluarga (KK) dari Kelurahan Johar Baru diliputi kebahagiaan usai menandatangani Surat Kesepakatan Bersama dengan Tzu Chi Indonesia.
Agenda hari itu, Jumat 23 Mei 2025 adalah penandatanganan surat kesepakatan bersama, antara warga Kelurahan Johar Baru dengan Tzu Chi. Dilanjutkan dengan penyaluran dana bantuan hunian sementara atau uang kontrakan warga selama rumah mereka direnovasi.
Pedrik pun mengemudikan mobilnya terlebih dulu ke Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Pangeran Jayakarta, Jakarta Pusat. Tampak belasan relawan sudah berada di sana dengan semangat yang sama. Dari situ mereka bersama-sama menuju Kantor Kelurahan Johar Baru.
Wajah yang Berseri-seri
Satu per satu warga berdatangan dan langsung menuju aula yang berada di lantai tiga Kantor Kelurahan Johar Baru. Senyum yang lebar, wajah yang berseri-seri, ada juga warga dengan ekspresi yang seakan tak percaya bahwa rumah yang mereka tinggali bertahun-tahun itu segera direnovasi.
Untuk renovasi tahap pertama di Kelurahan Johar Baru ini ada 20 rumah yang kebanyakan dari RW 02. Yakni 17 warga dari RW 02, dan sisanya dari RW 01, 03, dan 04. Mereka dikategorikan kurang mampu yang ketika rumahnya rusak, seperti hanya bisa berpasrah.

Seorang warga dengan wajah yang berseri-seri sesaat sebelum meninggalkan Kelurahan Johar Baru.
“Alhamdulillah hari ini ternyata harapan mereka bisa terwujud melalui kegiatan bebenah kampung dari Tzu Chi,” kata Lurah Johar Baru, Siswanto.
Siswanto menjelaskan, di Kelurahan Johar Baru, dari 11 RW memang ada wilayah yang sudah cukup baik atau mapan seperti RW 9 dan 10. RW 9 adalah bekas komplek kementerian atau badan-badan negara. Sementara RW 10 relatif lebih rapi. Sementara yang agak kumuh ada di RW 01,02, dan 08.
“Untuk program ini kita menyebar karena ternyata juga RW 9 walaupun cukup rapi tapi masih ada juga satu atau dua warganya yang rumahnya seperti itu dan tak mampu memperbaiki rumahnya. Tapi kebanyakan kita berpusat di RW 02, 01 dan juga 08,” jelasnya.
Ketika jam dinding menunjukkan pukul 09.00 pagi dan semua warga sudah memasuki aula, Johan, Ketua He Qi Pusat membacakan isi surat kesepakatan. Diharapkan waktu lebih efisien sehingga ketika nama warga dipanggil, mereka bisa langsung membubuhkan tanda tangan dan menerima uang kontrakan.
Namun lucunya, ternyata proses penandatanganan ini berlangsung lebih lama dari waktu yang diperkirakan karena warga rupanya sangat senang bercengkrama dengan para relawan dan staf dari Tzu Chi Indonesia yang mendampingi proses ini. Umumnya mereka mengungkapkan kebahagiaan yang mereka rasakan.
Ipni Rahayu merasa sangat terharu atas bantuan renovasi rumah yang diterimanya dari Tzu Chi Indonesia.
Ada pula yang penasaran tentang Tzu Chi dan jenis bantuan yang Tzu Chi biasa berikan. Seperti Ipni Rahayu (52) yang bertanya bagaimana mengajukan bantuan biaya pendidikan untuk anak bungsunya Alif yang duduk di bangku SMK kelas 1.
Dengan sabar Lim Pedrik menjelaskan cara mengajukan bantuan pendidikan. Namun perlu diketahui semua jenis bantuan Tzu Chi ada proses surveinya sehingga tepat sasaran. Penjelasan Lim Pedrik pun memuaskan rasa ingin tahu Ipni. Namun yang pasti, dapat dipertemukan dengan Tzu Chi yang memberikan bantuan renovasi rumah memberikan kebahagiaan yang tak terkira bagi Ipni.
“Antara sedih, senang jadi satu. Karena rumah itu sebelum saya lahir sudah ada. Umpamanya bangun sendiri saya tidak punya uang. Suami saya sudah meninggal yang sebelumnya supir mikrolet,” tutur Ipni.
Untuk menyambung hidup dan membiayai pendidikan anaknya, Ipni banting tulang jadi tukang cuci gosok serta membersihkan rumah pelanggannya. Penghasilannya tak tentu. Adapun kondisi rumahnya sudah bocor di sana-sini. Setiap kali turun hujan, genangan air masuk hingga semata kaki.
Kebahagiaan Ipni bertambah ketika ia menerima uang kontrakan dari Tzu Chi. Ia mewanti-wanti dirinya sendiri untuk segera menyerahkannya ke pemilik kontrakan.
“Saya sudah dapat kontrakan, tadinya 1,5 juta saya tawar jadi sejuta. Nanti akan saya langsung kasih uang ini. Saya tidak mau otak-atik, takut terpakai itu uang,” katanya sambil tersenyum.
Bahagia Saat Bisa Membantu
Senyum yang lebar juga menghiasi wajah Nenek Eni (65) usai menandatangani surat kesepakatan dan menerima uang kontrakan. “Saya girang, hahaha.. bersyukur sekali. Rumah saya sudah digerogoti rayap balok-baloknya,” kata Nenek Eni yang sehari-hari berjualan nasi uduk dan lontong sayur.
Wajah Nenek Eni tak luput dihiasi senyum lebar.
Nenek Eni adalah orang yang sangat baik hati. Biarpun secara materi ia kurang berada, namun hatinya sangat kaya. Ia sering menggratiskan pembeli yang tak mampu membayar. Baginya itu adalah cara termudah yang bisa ia lakukan untuk menolong orang lain.
“Pagi-pagi saya jual nasi uduk dan ketupat sayur. Sudah lama berdagang tapi belum bisa benerin rumah. Cuma bisa kasih makan anak dan menolong orang yang tak punya uang, bawa piring ya saya kasih,” katanya.
Tanpa terasa penandatanganan surat kesepakatan bersama dan pemberian uang kontrakan untuk 20 kepala keluarga hari itu usai. Semua orang kembali dengan hati yang hangat dan penuh syukur, termasuk para relawan Tzu Chi.
“Kami juga terharu karena dengan tubuh yang masih sehat ini banyak kesempatan membantu orang dan membuat orang bahagia. Begitu banyak masyarakat yang butuh bantuan dan kami beruntung karena menjadi relawan Tzu Chi yang mana Tzu Chi terus menerus mencari ladang berkah untuk membantu banyak orang,” ujar Johan, Ketua He Qi Pusat.
Dana bantuan kontrakan juga diberikan kepada warga yang rumahnya tengah diperbaiki.
Tim dari Tzu Chi Indonesia hari itu juga menyalurkan uang kontrakan bulan kedua bagi 18 kepala keluarga di Kelurahan Tanah Tinggi yang tengah menjalani proses renovasi rumah.
Kebahagiaan hari itu tak cuma milik 20 kepala keluarga di Kelurahan Johar Baru. Staf Tzu Chi Indonesia melanjutkan perjalanan hari itu ke Kelurahan Tanah Tinggi untuk memberikan uang kontrakan bulan ke-2 bagi 18 Kepala Keluarga yang juga mendapatkan bantuan renovasi rumah.
Kedatangan staf Tzu Chi Indonesia ini disambut antusias warga. Agaknya Sufyan Hakim dari divisi proyek sudah sangat dikenal warga. Bagaimana tidak, sudah tak terhitung berapa kali ia ke Tanah Tinggi untuk bertemu warga penerima bantuan renovasi serta mengecek perkembangan renovasi rumah.
Saat ini di Kelurahan Tanah Tinggi sudah ada 28 rumah yang sedang direnovasi. Sepuluh rumah merupakan renovasi tahap pertama yang dijadwalkan selesai bulan Juni mendatang. Sementara 18 rumah adalah tahap kedua yang dijadwalkan selesai pada Juli mendatang.
Sufyan, sosok yang sudah tak asing lagi bagi warga Kelurahan Tanah Tinggi.
“Progress-nya signifikan. Kalau tantangan memang ada terbentur sama situasi lingkungan yang cukup sempit makanya mobilisasi dari pekerja, bawa alat agak terhambat apalagi sekarang musim hujan,” jelasnya.
Dengan segala kesibukannya, Sufyan mengakui dalam menjalankan tugasnya ia sangat diliputi kebahagiaan.
“Bahagia karena warga mendapatkan manfaat. Dari rumah yang seperti itu keadannya dibantu oleh Tzu Chi. Dari rumah yang tidak layak menjadi layak, itu sebuah kebahagiaan bagi saya,” pungkas Sufyan.
Editor: Metta Wulandari