Yanto saat menjalani post op katarak ketika buka perban kanan matanya kini dapat melihat jelas tanpa harus menggunakan kacamata. Yanto dengan senyum bahagia mengucapkan terima kasih kepada Susiana Bonardy Ketua harian Yayasan Tzu Chi Singkawang yang mendampingi Yanto saat post op.
Di lorong ruang poliklinik mata pada pagi hari di RS Bhayangkara Anton Soedjarwo Pontianak, seorang pria paruh baya tampak tersenyum sambil berkali-kali mengedipkan mata dan mencoba untuk melihat dan membaca sesuatu. Senyum itu bukan senyum biasa. Bagi Yanto (48), senyum itu adalah sambutan pertama setelah dua tahun lalu hidup dalam pandangan mata berkabut yang menutup penglihatannya. Hari itu, setelah perban di matanya dibuka, dunia yang terlihat samar-samar akhirnya kembali terlihat dengan jelas.
Senyum sumringah tak bisa disembunyikan dari wajah Yanto, seorang warga Pontianak yang baru saja menjalani operasi katarak. Setelah sekian lama pandangannya terhalang kabut putih di mata kanannya, kini ia kembali bisa melihat dengan jelas tanpa harus bergantung pada kacamata.
“Alhamdulillah sekali selesai dengan operasi ini, bisa jelas gitu, tidak menggunakan kacamata lagi,” ucap Yanto, matanya berbinar ketika menceritakan momen pertama kali perban di matanya dibuka.
Dua tahun lalu, sebuah musibah membuat penglihatan mata Yanto terganggu. Mata kananya seperti berkabut, semakin hari semakin buram. Aktivitas sehari-hari kian terbatas. Membaca, bekerja, bahkan mengenali wajah teman sendiri pun menjadi sulit tanpa kacamata.
Namun semua berubah ketika ia diinformasikan oleh kawan yang anggota POLRI sebagai salah satu pasien operasi katarak gratis yang digelar oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama POLDA Kalimantan Barat di RS Bhayangkara Anton Soedjarwo Pontianak. Bagi Yanto, kesempatan itu bagaikan jalan menuju terang yang lama hilang dari pandangannya.
Cahaya yang Kembali
Tim medis TIMA menjalani post op kepada Yanto untuk memeriksa hasil operasi katarak mata kanan Yanto sesuai harapan dapat melihat dengan jelas kembali. Tim medis TIMA dalam post op ini memberikan obat dan memberi penjelasan bagaimana perawatan mata selama pasien pulang ke rumah dan jadwal kontrol kembali.
Momen paling mengejutkan bagi Yanto adalah ketika perban di matakanannya dilepas. “Yang kemarin saya nggak bisa ngeliat, hari ini sudah agak jelas. Biasanya pakai kacamata pun saya nggak bisa baca. Tapi begitu perban dibuka, malah bisa baca tanpa kacamata,” kisahnya, masih takjub dengan perubahan cepat itu.
Baginya, operasi ini bukan sekadar penyembuhan penglihatannya. Ini adalah anugerah, hadiah kehidupan yang tak ternilai. Dengan penuh haru, ia mengucapkan terima kasih. “Insya Allah, Alhamdulillah. Terima kasih banyak kepada Yayasan Tzu Chi dan POLDA KAL -BAR yang sudah mengadakan operasi katarak, program ini untuk masyarakat Pontianak,” tuturnya.
Sentuhan Kemanusiaan
Bagi Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, kegiatan Baksos Kesehatan ini bukanlah yang pertama. Baksos kesehatan ke-150 ini adalah bagian dari misi panjang Yayasan Tzu Chi dalam meringankan penderitaan masyarakat.
“Kami percaya setiap orang berhak mendapatkan penglihatan yang sehat. Operasi katarak ini bukan hanya memberikan kembali penglihatan, tapi juga harapan dan kualitas hidup yang lebih baik,” ujar Ricky Budiman relawan Tzu Chi Jakarta yang turut hadir dalam Baksos Kesehatan ke-150 ini.
Ricky Budiman relawan Tzu Chi Jakarta yang turut hadir pada Baksos ke-150 ini mengatakan baksos kesehatan Yayasan Tzu Chi ini memberikan pelayanan kesehatan yang baik agar warga bisa mendapatkan penglihatan, bentuk bibir yang sempurna dan dapat bekerja dengan penuh semangat tanpa ada keluhan penyakit.
Ketua Tzu Chi Pontianak, Sjamsiar Achmat Bunjamin, menjelaskan bahwa kiprah Yayasan Tzu Chi selalu berlandaskan pada Misi Amal Kemanusiaan yang universal. “Kami menjalankan misi tanpa membeda-bedakan suku, agama, golongan, dan negara. Yang kami lihat adalah penderitaan manusia, dan yang kami berikan adalah Cinta kasih,” jelas Sjamsiar.
Dukungan besar juga datang dari POLDA Kalimantan Barat yang diwakili oleh Kombes Pol. Sigit Jatmiko, S.H., S.I.K., ia menegaskan bahwa kegiatan ini menjadi wujud nyata kolaborasi antara Kepolisian dan lembaga kemanusiaan yang terus terjalin dengan baik.
“Pada tahun 2013, Polda Kalimantan Barat bersama dengan Yayasan Tzu Chi juga menggelar kegiatan serupa (Baksos Kesehatan gratis) di tempat yang sama. Kini, setelah lebih dari satu dekade, kita kembali memperkuat kerja sama ini sebagai wujud komitmen kami untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat,” ujar Kombes Pol. Sigit.
Kombes Pol drg. Josep Ginting Kepala RS Bhayangkara Anton Soedjarwo Pontianak, Ketua Tzu Chi Pontianak, Sjamsiar Achmat Bunjamin, dan Ketua Bakti Sosial Umum dr. Ruth O. Anggraeni sedang berdiskusi tentang kegiatan Baksos Kesehatan Yayasan Tzu Chi ke-150 di RS Bhayangkara Anton Soedjarwo Pontianak.
Harapan Baru
Yanto hanyalah satu dari 149 pasien yang menjalani operasi dalam bakti sosial kesehatan ini. Dari jumlah itu, terdapat 94 pasien katarak, 22 pasien pterigium, 24 pasien hernia, dan 9 pasien bibir sumbing. Angka-angka ini menggambarkan betapa luas manfaat yang dirasakan masyarakat, dari masalah penglihatan hingga penyakit lain yang mengganggu kualitas hidup manusia.
Bagi Yanto, yang bekerja membuka warung kelontong penglihatan mata yang berkabut kini telah sirna. Penglihatan Yanto telah kembali bisa melihat wajah-wajah orang-orang terdekatnya, dan menjalani hari-hari dengan bekerja penuh optimisme.
Yanto salah satu dari 94 pasien katarak telah berhasil ditangani oleh TIMA Indonesia bersama Yayasan Tzu Chi. Hadirnya Baksos Kesehatan ke-150 ini menjadi wujud nyata kepedulian kita POLRI dan Tzu Chi untuk menghadirkan layanan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat Kalimantan Barat.
Kisah Yanto adalah satu dari banyak cerita tentang bagaimana secercah kepedulian Yayasan Tzu Chi bisa mengubah hidup seseorang. Dari balik matanya yang kini lebih terang, ada semangat baru untuk lebih giat lagi dalam bekerja dan menatap masa depan.
Editor: Khusnul Khotimah