Tampilan rumah Waryati yang telah selesai direnovasi oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Kini, waryati sudah tidak takut kebocoran lagi saat hujan datang.
Di sebuah sudut tenang Desa Dawuhan, Banyumas, rumah Waryati (58) kini berdiri dengan wajah yang berbeda. Dulu, rumah renta itu seperti menahan beban waktu, atapnya sering merembes ketika hujan turun, dindingnya dari anyaman bambu yang keropos oleh usia, dan lantai ubin sederhana. Namun saat ini, rumah itu berdiri kokoh untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi pemiliknya.
Seteleh momen bahagia serah terima kunci oleh Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) RI, Maruarar Sirait dan relawan Tzu Chi Indonesia, pada Sabtu, 8 November 2025, Waryati kembali ke rumah dengan langkah gembira.
Waryati tinggal dengan kedua anaknya, anak pertamanya berkerja sebagai seniman bangunan, anak yang kedua masih mengikuti pelatihan di salah satu perusahaaan. Waryati sendiri membuka usaha menjahit untuk menambah penghasilan. Dulu sebelum rumahnya direnovasi oleh Tzu Chi Indonesia dan Kementrian PKP, ia selalu berencana untuk merenovasi rumah, namun terbentur biaya yang hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari. “Pengen ngumpulin tapi kepakai untuk bayar ini, beli itu, buat makan sehari-hari, ya jadi enggak cukup buat renovasi rumah,” cerita Waryati.
Waryati adalah ibu rumah tangga yang sehari-hari membuka jasa menjahit untuk menambah penghasilan.
Dengan ramah Waryati mengajak Adenan Hasan masuk ke dalam rumah untuk melihat langsung kondisi rumah yang telah selesai direnovasi.
Atap rumah yang sudah tua kerap bocor saat hujan turun, membuat air menetes masuk dan membasahi kamar tidur Waryati. Kondisi ini membuat waryati tidak bisa tidur dengan nyenyak. “Dulunya susah, atapnya bocor, gentengnya banyak yang merosot, kalau hujan enggak bisa tidur. Terus saya tadangi dengan baskom,” cerita Waryati
Masalah tak berhenti di situ. Dinding rumah yang masih berupa anyaman bambu sudah mulai rapuh dimakan usia. Celah-celah di antara bilah bambu makin melebar, sehingga angin malam leluasa masuk dan membuat ruangan terasa semakin dingin. Dari celah yang sama, hewan melata seperti ular pernah masuk ke rumahnya. “Dulu dindingnya dari gedek (anyaman bambu), kondisinya sudah parah, sudah rusak semua. Hewan bisa masuk, seperti kucing dan pernah juga ular. Ya takut, terus saya gusah (usir) baru keluar ularnya,” tambahnya.

Saat ini, Waryati dapat tersenyum bahagia tanpa khawatir tentang kondisi rumahnya. Ia dapat tidur dengan nyenyak tanpa takut kebocoran.
Dengan nada bergetar, Waryati mengucap syukur serta ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu merenovasi rumahnya. “Terima Pak Prabowo, Pak Menteri, dan Yayasan Buddha Tzu Chi yang sudah bantu renovasi rumah saya, sampai keadaan baik, dan sampai enggak bocor lagi. Saya senang sekali sudah bisa ditempati,” ucap syukur Waryati.
Renovasi telah selesai, perjalanan keluarga sederhana ini untuk hidup lebih baik baru saja dimulai. Rumah ini menjadi tempat yang penuh kehangatan, keselamatan, dan kebahagiaan dalam setiap langkah mereka ke depan.
Kebahagiaan di Papringan
Setelah dari Desa Dawuhan, kebahagian juga hadir di Desa Papringan, Banyumas. Penuh tawa, Said Sumarjo menyambut rumah barunya. Dengan polesan cat putih, rumahnya paling bersinar di antara deretan rumah lainnya. Di sudut-sudut kecil pedesaan yang rindang, hidup pasangan Lansia Said Sumarjo (84) dan Liartem (70) yang tinggal di rumah yang kondisinya hampir ambruk. Di usia senja ketika kekuatan fisik sudah menurun dan kemampuan finansial terbatas, memiliki rumah yang layak adalah sebuah anugerah besar.
Tampilan rumah Said Sumarjo yang telah selesai direnovasi oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Kini ia dapat merasa nyaman dan aman tinggal di rumah barunya.
Said Sumarjo menunjukan foto rumahnya yang dulu sudah tidak layak untuk dihuni.
Rumah sederhana itu didindinya terbuat dari papan, genteng yang sudah banyak dibongkar pasang, serta lantai plur yang sudah mulai retak. Tiang-tiang penyangga yang terbuat dari kayupun sudah keropos yang membuat Said khawatir. “Ya rusak semua kayunya sama tiang-tiangnya. Ya khawatir saya, kalau ambruk saya bisa ketimpa hahaha,” tawa Said. Keceriaan Said seolah menghapus kekhawatiranya dulu.
Sekarang rumah Said sudah tidak bocor lagi, bahkan di masa tuanya yang sekarang ia merasa seperti pengantin baru karena mendapat rumah yang layak untuk tinggal bersama istrinya. “Sekarang seneng, terima kasih sekali, kaya pengantin baru hahaha. Sekarang sudah enggak bocor, sudah baik semua, top mantap,” ucap said sambil menjulurkan ibu jarinya.
Dengan kebahagiaanya yang sekarang, Said tak lupa mengucapkan syukur dan berterima kasih kepada semua insan yang telah membantu merenovasi rumahnya. “Kepada semua saya berterima kasih, dari Pak Presiden, Pak Menteri PKP, dan Yayasan Buddha Tzu Chi. Saya senang sekali,” tambahnhya.
Kebahagian penuh kebersamaan dirasakan pasangan Said Sumarjo dan Liartem. Kini, di masa tuanya mereka dapat hidup dirumah yang aman dan nyaman.
Di balik perubahan ini, ada tangan-tangan yang bergerak untuk bergotong-royong, Kementrian PKP, para relawan Tzu Chi Indonesia, pegawai desa, dan warga desa yang membantu dengan penuh cinta kasih. Mereka datang bukan sekadar membawa material, tetapi membawa kehangatan kemanusiaan yang membangun setiap sudut rumah dengan rasa peduli.
Editor: Metta Wulandari