Renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Palembang: Kabar Bahagia Hampiri Warga Palembang yang Tak Lama Lagi Rasakan Program Renovasi Rumah

Jurnalis : Windy Riska Hariani (Tzu Chi Palembang), Fotografer : Albert Indra Gunawan, Cakra, Megawati, Windy Riska Hariani (Tzu Chi Palembang)

Relawan Tzu Chi Palembang bersama pemerintah setempat meninjau lokasi yang akan dijadikan sasaran Program Renovasi 500 Rumah Tidak Layak Huni.

Senyum harapan tampak di wajah warga Kelurahan 13 dan 14 Ilir, Palembang saat para relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Palembang datang menyusuri gang-gang sempit untuk melakukan survei program renovasi rumah tidak layak huni. Pada tahap awal yang dilakukan pada Sabtu, 8 November 2025 ini, sebanyak 52 rumah menjadi yang pertama disurvei. Kegiatan ini melibatkan Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Kecamatan Ilir Timur I, Lurah 13 dan 14 Ilir, serta perwakilan Satuan Kerja Sumbagsel.

Sebelum turun ke lapangan, pagi itu para relawan berkumpul di titik awal untuk melakukan briefing teknis. Mereka dibagi menjadi 10 kelompok masing-masing beranggotakan 3 relawan dan didampingi oleh RT setempat agar proses survei tepat sasaran.

Sosialisasi kepada warga terkait rencana survei Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Kantor Camat Ilir Timur I, Palembang.

Senyum para relawan menebarkan semangat, menandai tekad mereka untuk menghadirkan harapan baru bagi rumah-rumah yang rapuh.

Rusmin, Lurah 13 Ilir, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas perhatian yang diberikan Tzu Chi kepada warga di wilayahnya. “Saya, Lurah 13 Ilir, bersama Lurah 14 Ilir dan Kasi Kesos Kecamatan Ilir Timur I yang mewakili Pak Camat, mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah membantu warga 13 dan 14 Ilir dalam program renovasi rumah tidak layak huni.”

Ia juga menambahkan gambaran kondisi lingkungan yang menjadi lokasi survei dimana termasuk wilayah kota tua. “Banyak rumah limas dan rumah lama yang kayunya sudah berusia hampir 100 tahun. Sebagian besar warga merupakan masyarakat menengah ke bawah sehingga mereka hanya bisa menempati rumah warisan dari orang tuanya,” ujar Rusmin.

Lim Nyok Lam (59), menunjukkan kondisi atapnya yang dipenuhi plastik untuk menampung kebocoran.

Dengan senyum yang tak lepas dari wajah, para relawan menyusuri gang demi gang, mendatangi satu per satu rumah warga. Salah satu rumah yang dikunjungi berada di RT 03, milik Lim Nyok Lam (59), yang telah tinggal di rumah tersebut selama 60 tahun. Ia menyampaikan rasa khawatir yang menyelimuti dirinya setiap kali harus meninggalkan rumah.

“Rasanya gelisah dan takut, apalagi kalau hujan. Siapa yang akan menadah airnya, makanya dipasang plastik untuk menampung bocoran,” ujarnya. “Sudah tiga kali direnovasi, tapi karena dari kayu ya tetap bocor juga,” lanjutnya sambil tersenyum tipis.

Meski begitu, Lim Nyok Lam tetap berharap ada perbaikan yang lebih menyeluruh agar rumahnya bisa kembali kokoh dan menjalani aktivitas sehari-hari tanpa rasa khawatir.

Firmansyah (39) dan istrinya Nengsih (37) dengan harap dan hati terbuka, menjawab pertanyaan relawan tentang kondisi rumah yang sudah rapuh.

Tak jauh dari sana, ada rumah Firmansyah (39) dan istrinya, Nengsih (37), salah seorang warga calon penerima program renovasi rumah menyambut relawan dengan hangat sembari menyampaikan kondisi rumah yang mereka tempati.

“Bocor semua, genteng dan seng-nya rusak, dinding mulai retak, lantai juga bolong-bolong. Kalau hujan deras, takut roboh,” tutur Firmansyah.

Nengsih menambahkan bahwa kondisi rumah mereka semakin mengkhawatirkan. “Selain bocor, kayu-kayunya juga sudah rapuh. Kalau tidur, serbuk papan sering jatuh ke mata. Lantai di sebelah sana juga sudah mulai miring, tiangnya sudah tidak kuat lagi,” ujarnya.

Di rumah sederhana ini, Nengsih sehari-hari memanggang kemplang (kerupuk panggang khas Palembang) untuk dijual, sementara suaminya bekerja sebagai buruh. Meski kondisi bangunan rapuh, rumah itu tetap menjadi tempat mereka mencari rezeki dan berteduh bersama enam anggota keluarga.

“Semoga rumah kami bisa segera diperbaiki, jadi lebih aman, nyaman, dan tidak becek lagi,” tutup Firmansyah dengan mata penuh harap.

Relawan berjalan menapaki rumah warga, yang sebagian besar berupa rumah panggung khas kawasan lama Palembang.

Subianto (48), selaku PIC Survei Program Renovasi Rumah Tak Layak Huni di Pelambang, yang mendapatkan berkah untuk mensurvei 7 rumah di Kelurahan 13 ilir menyampaikan bahwa kondisi rumah warga sangat perlu menjadi sorotan. “Ada yang lantainya sudah cukup bagus, tapi atap dan dindingnya rusak. Namun, ada juga rumah yang benar-benar tidak layak huni, bahkan penghuninya terpaksa tinggal di rumah kerabat karena tidak mampu memperbaiki rumah sendiri. Harapan kami, setelah rumah warga direnovasi, mereka bisa memiliki tempat tinggal yang lebih layak, sehat, dan mendukung kualitas hidup yang lebih baik,” tutur Subianto.

Melalui survei ini, Tzu Chi Palembang berupaya memastikan bahwa setiap bantuan benar-benar tepat sasaran karena sejatinya program ini tidak hanya terbatas dalam memperbaiki atap, dinding dan lantai saja, tetapi juga bisa membantu para penghuni dalam membangun harapan baru dan martabat keluarga yang selama ini hidup dalam keterbatasan.

Editor: Metta Wulandari

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -