Ritual Namaskara Menuju Tiga Hari Besar Tzu Chi

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur), Fotografer : Charlie (He Qi PIK), Stephen (He Qi Pluit), Suyanti Samad (He Qi Timur), Wanda (He Qi Tangerang)

Ritual jing xing dimulai dengan Gatha Pendupaan, dipimpin oleh tim He Xin Kebaktian di Lapangan Teratai, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara.

Menjelang tiga hari besar Tzu Chi (Perayaan Waisak, Hari Tzu Chi Internasional, dan Hari Ibu Sedunia), Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali mengundang insan Tzu Chi, donatur, dan masyarakat umum untuk mengikuti ritual Namaskara, atau Chao Shan (tiga langkah satu sujud). Pada Minggu, 4 Mei 2025, ritual ini berlangsung khidmat dalam bentuk meditasi berjalan (jing xing) mengelilingi Lapangan Teratai, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara, sebanyak satu setengah putaran menuju Tangga Seribu. Acara diakhiri dengan meditasi, Gatha Tiga Perlindungan (san gui yi), dan Gatha Pelimpahan Jasa (hui xiang), memanjatkan doa bagi kebajikan semua makhluk.

Sebanyak 276 insan Tzu Chi bersama donatur dan masyarakat umum, dipandu tiga shifu, melangkah dengan pikiran murni, batin suci, dan hati tenang sambil melafalkan nama Buddha dan melantunkan doa menyambut tiga hari besar Tzu Chi.

Ritual namaskara yang berlangsung khidmat pada Minggu, 4 Mei 2025, adalah meditasi berjalan (jing xing) mengelilingi Lapangan Teratai, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara.

Sebanyak 276 insan Tzu Chi, donatur, dan masyarakat umum, dipandu tiga shifu, berjalan dengan pikiran murni, batin suci, dan hati tenang, sambil melafalkan nama Buddha. Mereka menyambut tiga hari besar Tzu Chi dengan langkah penuh makna.

Makna ritual ini tak hanya sekadar gerak fisik, tetapi juga penanaman Bodhicitta — menapak jalan Buddha dan menolong semua makhluk. Koordinator ritual, Anie Wijaya, menjelaskan bahwa seperti di Tzu Chi Taiwan, banyak relawan yang sudah lanjut usia mengalami kesulitan bersujud, sehingga ritual kali ini cukup dilakukan dengan berjalan hening sambil melantunkan nama Buddha. “Kita berjalan dalam keheningan, merenung dengan hati yang tenang, bertekad dan penuh keyakinan di jalan Bodhisawa,” ujarnya. Ia menekankan makna membangun keyakinan, kegigihan, keberanian, mengikis kesombongan, menaklukkan kebencian, dan mengasah ketulusan.

Ritual namaskara berakhir di Fu Hui Ting, Tzu Chi Center, PIK, melalui jalur Tangga Seribu (Teratai).

Meski pernah mengalami stroke pada 2019 dan kesulitan berjalan, Wahyu Dinata (kaos putih, dua dari kanan) tetap bersemangat mengikuti jing xing hingga selesai.

Lebih Dekat dengan Master, Belajar Dharma Sejati
Memasuki usia 32 tahun, Tzu Chi Indonesia telah melengkapi empat misinya. Liu Su Mei, Ketua Tzu Chi Indonesia, menyampaikan rasa syukur kepada para shixiong dan shijie yang terus menjaga tekad awal. “Gan en kepada tiga shifu yang mendampingi kita pagi ini. Mari gunakan hati yang tulus untuk berpartisipasi dalam Perayaan Waisak 11 Mei 2025, dan ajak donatur, keluarga, serta sahabat,” ungkapnya. Ia juga menceritakan bahwa dua rombongan insan Tzu Chi telah pulang ke Hualien, Taiwan, untuk belajar bersama Master Cheng Yen. “Bulan Agustus nanti, masih ada satu rombongan yang berangkat. Semoga kesempatan ini membawa insan Tzu Chi lebih dekat dengan Master dan Dharma sejati,” tutupnya penuh harap.

Memperingati 32 tahun Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada tiga shifu yang telah mendampingi ritual namaskara chao shan jing xing di Minggu pagi ini.

Bagi Adi Nugroho Tanujaya, ritual jing xing menjadi sarana menenangkan diri dan introspeksi. “Mencari ketenangan batin, merefleksi perbuatan,” tuturnya. Dari buku yang pernah ia baca, Adi terkesan dengan makna Chao Shan — mengarahkan diri pada sifat luhur Buddha setinggi gunung. Meski sempat merasa lelah dan lapar, semangatnya kembali membara saat menapaki Tangga Seribu. “Kita belajar menyelaraskan langkah, tidak mendahului atau tertinggal, demi keindahan bersama,” tambahnya, sambil menceritakan tantangan lain seperti menghindari serangga atau lantai basah.

Di tengah dunia yang penuh gejolak, ritual ini menjadi pengingat untuk menenangkan batin dan memperkuat tekad menapaki jalan Bodhisattva, menyebarkan cinta kasih dan perdamaian.

Selain jing xing, peserta juga melakukan meditasi duduk untuk menenangkan pikiran dan batin.

Ediyana (69) menyebut meditasi sebagai sarana membersihkan hati dan memperkuat tekad menuju perdamaian. “Meditasi dibutuhkan semua kalangan. Saat dilakukan dengan tenang dan tulus, semua tantangan menjadi ringan dan membahagiakan,” ujarnya. Ia bersyukur bisa menikmati suasana pagi yang damai.

Sementara itu, Wahyu Dinata (66), yang rutin mengikuti Chao Shan bersama istri dan keluarganya, merasa ritual ini membawa manfaat luar biasa meski sempat terkena stroke pada 2019. “Batin tenang, hati gembira, pikiran cerah,” tuturnya penuh semangat.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Menyambut Ulang Tahun Tzu Chi dengan Langkah Penuh Makna

Menyambut Ulang Tahun Tzu Chi dengan Langkah Penuh Makna

28 April 2025

Dalam rangka memperingati ulang tahun Tzu Chi yang ke-59, relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan Pradaksina. Kegiatan bertempat di Kantor Baru Tzu Chi Tanjung Balai Karimun dan diikuti oleh 54 peserta.

Kebaktian Sutra Bhaisajyaguru untuk Memperingati Hut Tzu Chi ke 56

Kebaktian Sutra Bhaisajyaguru untuk Memperingati Hut Tzu Chi ke 56

10 Mei 2022

Dalam rangka memperingati ulang tahun Tzu Chi ke 56 dan ulang tahun Master Cheng Yen, relawan mengikuti kebaktian membaca Sutra Bhaisajyaguru dengan khidmat melalui sambungan langsung dengan Griya Jingsi di Hualien, Taiwan.

Dari Hualien Hingga Pekanbaru

Dari Hualien Hingga Pekanbaru

28 April 2014
Dengan kemajuan teknologi, asalkan kita bersedia, kita juga bisa bersama-sama dengan Hualien mendengar suara Shifu untuk membaca sutra bersama. Walau jaringan tidak begitu lancar, tapi asalkan ada kesungguhan hati sangat bagus.
Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -