Rumah Bersih, Rumah Sehat

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : Robby Lulianto (He Qi Pusat)

Relawan Tzu Chi membersihkan rumah Weon A Moy, salah satu penerima bantuan Tzu Chi di daerah Senen, Jakarta Pusat pada Minggu, 12 Juni 2016.

Rumah adalah tempat berlindung bagi setiap manusia dari cuaca panas maupun hujan. Namun bagaimana bila rumah yang telah lama kita tempati tidak pernah kita rawat atau bersihkan hingga mengganggu kesehatan seluruh penghuni rumah, juga mengganggu tetangga sekitarnya. Inilah yang terjadi di rumah Woen A Moy. Banyak tetangga mengeluh aroma lembab bercampur bau tak sedap lainnya tercium semakin pekat dari luar rumah tersebut. Ini yang mendorong relawan Tzu Chi, Lidiana Nursalim mengajak relawan lainnya bersama-sama membersihkan rumah tersebut.

Minggu, 12 Juni 2016, sebanyak tiga belas relawan Tzu Chi dari Komunitas He Qi Pusat mengunjungi rumah Weon A Moy yang berada di Jalan Kramat Jaya Baru, Gang Dua, No. 25  RT 015 / RW 003, Senen, Jakarta Pusat. Rumah berlantai dua ini tidak terawat, dan bahkan bisa dibilang kurang layak huni. Kasur yang hitam kotor tanpa beralas seprai, kamar mandi berbau pesing, dan kurangnya sirkulasi udara membuat rumah itu menimbulkan bau pengap tidak sedap yang cukup pekat. Lantai rumah yang tidak pernah dibersihkan membuat debu menempel pekat di setiap sudut rumah, sementara peralatan makan yang tak terawat serta tidak berada di tempatnya membuat rumah itu seperti sebuah gudang yang kurang terawat. 

Rumah pasangan Lie Kwo Puo (70) dan Weon A Moy (68) ini telah ditempati keduanya bersama kedua anak mereka sejak tujuh tahun lalu. Woen A Moy menderita diabetes (kencing manis) yang menyebabkan luka pada kaki, juga menderita penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) serta stroke ringan. Sebelumnya mereka memiliki usaha makanan berupa bakmi di depan Gereja Methodist yang tidak jauh dari rumah mereka.

Karena menimbulkan bau tak sedap, para tetangga mengeluhkan kondisi kebersihan rumah Weon A Moy. Ini yang mendorong relawan untuk membantu membersihkan rumah ini.


Agar lebih bersih dan rapi, barang-barang yang tidak terpakai dikumpulkan dan dibuang.

Saat tiba di rumah tersebut, relawan disambut oleh Ferry Santoso (29), anak bungsu Weon A Moy. Relawan pun bersatu hati membersihkan dan membenahi rumahnya hingga bersih dan lebih sehat. Mereka mengeluarkan semua perabot usang dan barang-barang dari setiap ruangan ke luar rumah, membongkar seluruh isi lemari, membongkar kasur tempat tidur dan menjemurnya di bawah terik matahari. Ferry juga turun serta membantu memilah baju layak pakai untuk dicuci dan sepatu yang masih layak dipakai.

Barang-barang yang sudah tidak terpakai dibuang. Relawan menyapu dan menyikat lantai setiap ruangan dengan cairan antiseptik agar lantai terbebas dari kuman penyakit. Relawan juga menyikat dan menyiram lantai kamar mandi, membersihkan kaca jendela depan rumah, membersihkan serta memilah peralatan makan yang masih layak digunakan, serta mengganti tempat tidur beserta kasur yang masih bisa dipakai

“Hari ini, relawan membersihkan rumah Ibu Weon A Moy karena sudah bau dan kotor sekali. Warga sekitar sudah beberapa kali meminta kepada anak-anaknya untuk membersihkan rumah mereka, tetapi anaknya tidak pernah membersihkan,” jelas The Sui Mei, relawan Tzu Chi dari Komunitas Pademangan. Kondisi rumah yang tidak sehat ini memperparah kondisi kesehatan pada kedua orang lanjut usia ini, karena tidak ada sirkulasi udara bersih yang masuk ke rumah. “Keadaan Ibu Weon A Moy yang sakit-sakitan, dan suaminya yang sudah lanjut usia membuat mereka tidak pernah membersihkan rumah mereka. Tidak ada udara bersih yang masuk ke dalam rumah ini.” tambahnya.

Relawan membersihkan dan merapikan tempat tidur yang tak berseprai.


Kamar tidur yang sudah lebih bersih dan nyaman setelah dibersihkan.

Lima tahun silam, Weon A Moy adalah salah satu penerima bantuan Tzu Chi. Ia mendapat bantuan pengobatan untuk penyakit diabetesnya. Di saat penyakit diabetesnya tidak kunjung sembuh, tepatnya pada tahun 2006,  Weon A Moy terkena stoke akibat tertabrak motor yang terjadi tidak jauh dari rumahnya. Kecelakaan ini membuat ia tidak bisa mengurus diri sendiri, keluarga, serta tidak mampu merawat rumahnya.

“Ibu ini merupakan salah satu penerima bantuan Tzu Chi yang ditangani Shijie Lidiana Nursalim. Setiap bulan Lidiana melakukan kunjungan kasih ke rumahnya. Setiap kali berkunjung, bau tidak sedap sudah tercium dari luar rumah. Lidiana merasa prihatin. Ia mencoba menghubungi Yopie Budiyanto, relawan Tzu Chi lainnya agar menggerakkan relawan melakukan kerja bakti membersihkan rumah yang sudah lama tidak terurus ini,” kata The Sui Mei

Akibat stroke yang dialami, Weon A Moy tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Ia tidak mampu berdiri apalagi berjalan. Setiap hari ia harus duduk di atas kursi roda dan tiduran di kasur. Beban semakin berat tatkala empat bulan silam, suaminya yang sudah sepuh, terpeleset di dalam kamar mandi sehingga membuatnya susah untuk berjalan. Ferry Santoso bersama saudara tertuanya secara bergantian membantu mengurus orang tuanya.

“Sebelum berangkat kerja, saya membersihkan badan orang tua dulu. Menyiapkan makanan, sayuran hangat (beli di warung makanan -red), obat buat mama, pispot, dan kadang menyediakan uang untuk membeli tambahan sayur. Semua saya letakkan di samping ranjang agar mama mudah menjangkaunya.  Setelah semuanya disiapkan, saya meninggalkan pesan buat Koko (kakak –red) agar membantu menjaga mama dan papa. Sekitar pukul setengah delapan saya langsung jalan berangkat kerja,” cerita Ferry Santoso, yang bekerja di salah satu perusahaan garmen.

Setiap penerima bantuan Tzu Chi merupakan keluarga besar Tzu Chi, tak terkecuali Woen A Moy. Walaupun Tzu Chi tidak lagi memberikan bantuan pengobatan kepada Woen A Moy, hal ini tidak membuat Lidiana Nursalim memutus jalinan kasih dengan mereka. Bila keluarga Weon A Moy membutuhkan sembako, Lidiana sebisa mungkin membantunya. Bantuan sembako berupa beras kadang berasal dari salah satu vihara, yang oleh Lidiana langsung diantar dan diberikan kepada keluarga Weon A Moy. “Selama ini Tante Wen Mei (nama panggilan Lidiana -red) membantu mengantar beras, buah-buahan, serta mi instan” ujar Ferry.

Setiap kegiatan Tzu Chi adalah proses dan tempat pembelajaran, menerima kekurangan dan melihat penderitaan orang lain sebagai bagian dari kehidupan agar timbul akar kebijaksanaan bagi diri sendiri. Kita harus terus menggenggam setiap kesempatan, mengambil setiap ladang berkah, menanam benih kebajikan hingga timbul rasa syukur dalam diri kita.

Artikel Terkait

Membersihkan Rumah Kedua

Membersihkan Rumah Kedua

09 Januari 2017

Kerja bakti bersih-bersih lingkungan sekolah menjadi agenda rutin per dua bulan yang diperuntukkan bagi para guru dan karyawan untuk bersama-sama menjaga kebersihan sekolah. Kegiatan ini diadakan pada tanggal 6 Januari 2016. Sementara untuk murid-murid dilakukan pada hari Jumat yang dikenal dengan istilah Jumat Bersih.

Memberikan Kebahagiaan dan Kenyamanan Di Bulan Suci Ramadan

Memberikan Kebahagiaan dan Kenyamanan Di Bulan Suci Ramadan

24 Mei 2019

Untuk menjaga rumah yang selalu bersih adalah hal yang sangatlah mudah bagi setiap orang. Lain halnya, dengan Pak Muhammad (54), salah satu penerima bantuan Tzu Chi yang hidup sebatang kara dan memiliki keterbatasan penglihatan (buta). Relawan membantunya membersihkan rumah untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Bersih-bersih Rumah Oma Lim Kim Hiok

Bersih-bersih Rumah Oma Lim Kim Hiok

05 Juli 2019

Sembilan relawan Tzu Chi Medan membersihkan dan merenovasi rumah Oma Lim Kim Hiok (60), penerima bantuan Tzu Chi pada Sabtu, 29 Juni 2019. Relawan dengan hati-hati menaiki lantai dua rumah yang kayunya sudah mulai lapuk.

Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -